Niki mengantar adiknya ke sekolah seperti biasa. Berharap bisa bertemu omega cantiknya, tentu saja. Dalam perjalanan dia senyum-senyum sendiri sambil menanggapi ocehan Yuki tentang betapa ia menyukai lagu anak-anak yang dia putar di radio.
Begitu sampai di sekolah. Dahinya berkerut saat tak mendapati Sunoo di lobi depan. Biasanya pemuda itu sudah duluan menunggu disana, dengan mata menyipit untuk menghindari silau matahari pagi.
Tapi sekarang, tidak ada.
Setelah memarkirkan mobilnya, Niki mengambil ponselnya dari dashboard, mengecek pesan yang sebelumnya dia kirim ke Sunoo. Status pesan sudah terkirim, dan sudah terbaca, tapi tidak ada balasan. Membuat Niki jadi berpikiran yang tidak-tidak.
"Onii-chan!"
Seruan Yuki barusan berhasil menarik atensi Niki. Dia mengulum senyum tipis pada adik kecilnya itu.
"Sepertinya Kim sensei tidak datang, Yuki. Yuki berani pergi ke kelas sendiri?"
"Kenapa Kim sensei tidak datang?"
"Kakak juga tidak tau, mungkin sakit."
Wajah Yuki terlihat khawatir. Tentu saja dia khawatir, Sunoo adalah guru favoritnya yang selalu banyak tersenyum dan berbicara dengan intonasi penuh semangat, rasanya menyedihkan saat mendengar kalau pria dengan julukan sunshine itu tiba-tiba sakit.
Niki mengusak rambut Yuki sambil tersenyum.
"Untuk hari ini Yuki belajar jadi mandiri dulu ya."
*
Niki langsung melesat ke rumah Sunoo setelah mengantar adiknya ke sekolah. Dia dirundung kecemasan dan tanda tanya. Sunoo sama sekali belum ada tanda-tanda akan membalas pesannya. Bahkan pesan yang baru saja dia kirimkan masih belum terbaca.
Berhenti di depan sebuah rumah mungil dengan pagar setinggi bahunya, Niki segera turun dari mobil, membuka pagar dengan mudah dan memencet bel di sebelah pintu. Satu kali, tidak ada jawaban. Dua kali, masih tidak ada jawaban. Tiga kali...
Oke, Niki akhirnya memutuskan untuk nyelonong masuk saja. Dia tau passwordnya.
246912
24 Juni, 9 Desember
Iya tanggal ulangtahun mereka dipadukan jadi satu.
Tapi saat ini arti dari password rumah Sunoo tidak penting. Tidak sepenting rasa penasaran dan cemas Niki terhadap kondisi omeganya.
Dia berjalan terburu-buru menuju kamar. Sedikit terganggu dengan aroma wangi yang tercium semakin pekat saat dia mendekati pintu kamar yang tertutup rapat. Aroma itu semakin memabukkan di saat ia berhasil membuka pintu kamar. Mendapati gundukan berselimut di atas kasur, bergerak tidak nyaman dan terdengar suara rintihan yang bisa didengar Niki.
Tanpa membuang waktu lebih banyak, Niki segera menghampiri gundukan tersebut. Melirik ponsel Sunoo yang diam anteng di atas nightstand.
"Sunoo.." panggilnya, dengan suara yang terdengar lebih berat dari normalnya.
Gundukan itu berhenti bergerak-gerak, suaranya bahkan seolah hilang tertelan bumi. Butuh beberapa detik hingga selimut itu disibak sendiri oleh empunya, menampilkan wajah Sunoo yang .. err agak berantakan?
Wajahnya total memerah, keringat membuat poninya lepek hingga beberapa helainya menempel di dahinya, bibir plumnya tampak semakin penuh karena bengkak dan ranum, ditambah dengan tatapan sayunya. Bohong kalau Niki masih waras setelah menyaksikan pemandangan itu.