27

2.5K 536 46
                                    

Hazel meraih sebelah tangan Bangchan, dan meletakkannya di atas perut.

"Aku masih tidak menyangka, ada manusia yang akan berkembang di sini," ujar Hazel, sebelum menolehkan kepalanya ke arah Bangchan yang berbaring di sampingnya.

Bangchan tersenyum simpul, "Aku juga." Gumam Bangchan, sebelum mengelus perut Hazel.

"Kau masih mau kerja?" tanya Bangchan.

"Selama aku sanggup, aku akan kerja," jawab Hazel.

"Tapi kalau kau tidak sanggup, kau akan bilangkan?

Hazel mengangguk, "Tentu."

Bangchan menggeser tubuhnya agar lebih berdekatan dengan gadis itu dan bisa memeluknya.

"Aku tahu kau wanita yang keren, hebat dan mandiri, tapi selalu katakan apa yang kau butuhkan padaku," kata Bangchan.

"Kau juga," timpal Hazel, "Aku sadar selama ini kau tidak pernah benar-benar membebaniku, padahal bebanmu pasti banyak,"

Bangchan tersenyum simpul, dengan pelukan yang semakin mengerat.

"Heum, jujur, kadang hanya dengan melihatmu, bebanku rasanya sudah lenyap,"

"Ck, mana bisa begitu? Aku jadi merasa tidak berguna tahu. Aku sudah bergantung padamu, kau juga harus melakukannya," omel Hazel, yang membuat Bangchan tertawa.

"Masalahku paling hanya masalah di kantor saat ini, jadi cukup ada kau, itu sudah meringankan bebanku."

Hazel mendongak untuk menatap Bangchan, kemudian tiba-tiba mencium pipinya, membuat Bangchan terkejut, dan melihatnya dengan kebingungan, tetapi wajah dan telinga memerah.

Hazel tertawa melihatnya, "Kita sudah cukup lama menikah, tapi kenapa kau masih tersipu aku cium?"

"Karena kau jarang menciumku," jawab Bangchan dengan bibir mengerucut.

Hazel memegang sebelah pipi Bangchan, kemudian mencium pipi Bangchan yang lain secara bertubi-tubi. Bangchan tiba-tiba menoleh ke arahnya, sembari memajukan bibirnya, membuat bibirnya bertemu dengan bibir Hazel.

Hazel mendesis kesal, dan sontak menyentil kening Bangchan.

"Lagi," ucap Bangchan.

"Tidak, nanti kelewatan. Aku sedang hamil muda, tidak boleh berhubungan,"

"Hah? Yang benar saja?!" seru Bangchan tidak terima.

Hazel tertawa, "Tanya saja pada dokter, harus tunggu trismester kedua atau ketiga, baru bisa,"

"Ahh, yang benar saja?" protes Bangchan kesal.

Melihat raut wajah kesal Bangchan, malah membuat Hazel senang.

°°°

Hazel baru saja membuka kulkas dan mengeluarkan bahan makanan untuk membuat sarapan, Bangchan tiba-tiba muncul dengan tergopoh-gopoh, lalu ia merebut bahan makanan yang Hazel pegang.

"Duduk saja," ucap Bangchan.

"Ck, apa-apaan kau ini? Kau bahkan belum cuci muka. Aku yang bangun duluan, jadi aku yang menyiapkan sarapan. Biasanya juga begitukan?"

"Tidak, sekarang kondisinya berbeda. Kau sedang hamil, dan kau masih bekerja. Kau akan kelelahan nanti, jadi selama kau masih bekerja, jangan mengerjakan pekerjaan rumah, oke? Ah, tidak, meskipun nanti kau cuti kerja, kau juga tidak boleh berlebihan melakukan pekerjaan rumah,"

"Jangan berlebihan," ucap Hazel.

"Aku seharian mencari di internet, wanita yang sedang hamil, terutama yang masih hamil muda, itu tidak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan,"

Hazel mengangguk-ngangguk, "Pantas kau bangun kesiangan, kau semalaman buka internet ternyata."

"Sudah, kau duduk saja, atau bersiap-siap ke kantor. Kau juga harus berhenti minum kopi mulai sekarang, lebih baik minum yang lain. Kau mau minum apa? Susu? Teh? Atau minuman herbal? Aku punya banyak koleksi,"

"Haish, pantas kau sangat subur. Aku mau teh rosella, ada tidak?"

"Tidak, tapi aku akan pesan sekarang juga, mungkin akan sedikit terlambat, tidak apa-apa kan? Kau pasti sedang mual, ya? Makanya mau yang asam-asam."

Hazel tertawa kecil, "Astaga, kau jadi sangat cerewet,"

"Tentu saja!"

Hazel menepuk-nepuk sebelah pipi Bangchan, sembari tersenyum, yang membuat pria itu jadi mematung.

"Ya sudah, aku mandi dulu, terimakasih sudah mau menyiapkan sarapan, membelikan teh rosella, mengkhawatirkan aku, menjagaku," tutur Hazel.

"Kau tidak perlu berterimakasih sebanyak itu, itu kan memang tugasku," jawab Bangchan.

"Tidak, sekalipun itu kewajiban, tetap harus dihargai. Jadi aku akan selalu berterimakasih, sekalipun itu untuk hal kecil." Kata Hazel.

Bangchan tersenyum, kemudian mencium kening Hazel sekilas.

"Kau pasti tidak tahu, seberapa besar rasa banggaku padamu," ucap Bangchan.

"Aku tahu," jawab Hazel, "Ya sudah, aku mau mandi dulu."

Bangchan tersenyum lebih lebar sembari mengangguk.

°°°

Hazel membuka totebag kecil yang Bangchan suruh bawa saat tiba di kantor. Bangchan membuatkan bekal makan siang, lalu ada jus buah, serta vitamin.

Hazel tersenyum simpul, perasaannya berbunga-bunga, perutnya seolah diterbangi kupu-kupu. Setiap hari rasanya ia selalu jatuh cinta.

Hazel menutupi sejenak wajahnya yang memerah dengan kotak bekalnya, berusaha meredam keinginannya untuk berteriak histeris seperti gadis remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Padahal ia bahkan sudah hamil.

'Bangchan merasakan perasaan yang sama sepertiku tidak, ya? Aku merasa tidak pernah berbuat banyak untuknya,' batin Hazel. 'Kalau istri memberi rangkaian bunga dan coklat untuk suaminya bagaimana, ya? Sebentar lagi kan valentine. Aku rasa dia cocok diberi itu, apa lagi ditambah boneka, dia mirip beruang putih. Heum, mungkin akan sedikit aneh, tapi aku rasa tidak masalah memberinya hadiah itu, karena sekarang kita tidak bisa berhubungan. Ah, ditambah mengajaknya makan enak, diakan suka makan.'

Hazel senyum-senyum sendiri membayangkan rencananya.[]

Maaf lama updatenya, dan cuman pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf lama updatenya, dan cuman pendek. Karena lg istirahat, jd bakal jarang update, dan cuman bs pendek2 aja. Moodnya lg gk stabil

Btw, cerita ini emang kayaknya gk akan ada konflik yg berat, anggep aja buat ngilangin penat di real life, jd cerita ini semoga bs jd hiburan

Wedding Bo2s | Bangchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang