Urain airmata

6 4 0
                                    

Drrrr drrrrr handphone diatas meja kamar Arka bergetar.

"Hallo! Kenapa Ren?" tanya Arka setelah mengangkat telepon.

"Bisa nggak kamu datang kesini?" tanpa basa-basi Iren meminta Arka untuk menghapirinya.

"Bisa!?" balas Arka singkat menjawab permintaan Iren yang terdengar cukup aneh karena Arka merasa seolah telah terjadi sesuatu kepada gadis itu.

Takselang berapa lama Arka telah sampai di depan rumah berpagar hitam itu. "Aku di depan rumah mu!" satu pesan suara di kirim Arka agar Iren keluar menghampirinya. Kurang dari satu menit Iren telah berdiri di hadapan Arka dengan senyum yang sepertinya di paksakan.

"Ada apa Ren kamu nyuruh aku ke sini!" tanya Arka berhati-hati.

"Gapapa, kamu bisa bawa aku jalan kemana gitu sekarang?" tanya Iren datar seolah sedang merasakan kesedihan.

"Kemana?" Arka balik bertanya.

"Terserah kamu, aku cuma pengen pergi aja!"

Beribu tanya langsung bergelayut dalam benak Arka. Ada apa dengan Iren kenapa Iren nampak menyembunyikan sesuatu. Gerutunya dalam hati tak berani bertanya langsung kepada Iren.

"Bisa! Ayok!" Ajak Arka langsung.

"Bentar aku ambil tas dulu!"

Saat Iren kembali dengan tas selempangnya miliknya. Arka langsung menyerahkan helm putih yang di bawanya dari rumah. "Ayo naik!" perintahnya kepada Iren yang telah mengenakan helm pemberiannya.

Setelah Iren naik Arka pun langsung memacu motornya, menerabas gang sempit yang berkelak-kelok di sekitar rumah Iren yang lebarnya tak lebih dari dua meter setengah, saat tiba di jalan antar kota barulah Arka semakin menggila menambah kecepatan laju sepeda motornya menerabas jalan satu arah yang lebar menyalip seluruh kendaraan yang menghalangi jalannya. Membuat orang yang menggonceng dibelakang harus berpegangan erat jika ingin selamat. Dan itulah yang dilakukan Iren memeluk tubuh pria yang memboncengkannya mendekap erat pria itu.

Kini setelah kurang lebih setengah jam perjalanan sampailah mereka disebuah parkiran sepeda motor di bahu jalan.

"Ini dimana?" tanya Iren dengan sorot mata berbinar manatap takjub sekeliling melihat sebuah persimpangan yang begitu besar dengan patung kereta kuda di tengah jalan yang begitu megah dan indah tersorot lampu warna-warni disekeliling patung kereta kuda tersebut.

"Ini simpang lima Boyolali!" terang Arka.

"Aku nggak nyangka kalo Boyolali sebagus ini" terang Iren terkagum tak henti menatap patung besar di hadapanya dengan senyum yang tanpa dia sadar terukir jelas di bibir tipisnya.

"Sudah merasa lebih baik?" seru Arka dengan hati-hati.

Senyum itu langsung memudar. Wajah Iren kembali menjadi datar mendengar pertanyaan dari Arka barusan. Iren mulai menampakan wajah murungnya kembali. "Maaf, apa aku salah mengajukan pertanyaan!" dengan wajah bodohnya Arka meminta maaf dan kembali bertanya.

Iren mendekat, menarik kerah baju cowok di sebelahnya dan mulai membisikan sesuatu "Aku nggak mau bahas itu untuk saat ini, tapi aku cuma mau bilang kalo aku laper!" Arka meringis sesaat kemudian menarik Iren untuk berdiri dari tempat duduknya. Mengajak Iren berjalan menuju tempat makan yang cukup terkenal di daerah sini.

"Kita mau kemana?" selidik Iren yang masih digenggam tanganya oleh Arka saat menyebrang jalan.

"Katanya mau makan?!" Iren hanya tersenyum dan mengikuti kemana langkah kaki Arka berjalan."Makan disini ya?" tanya Arka meminta persetujuan Iren.

Salah ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang