Eps 13. Jee

44 10 0
                                    

"Hei? Kau mau pergi ke mana dengan koper itu? " tanya Micha sambil melirik koper  yang baru saja diboyong oleh Jee dari kamarnya. Dia meletakkan piring. Kemudian menghampiri Jee. Ya. Pria itu tidak meresponnya tadi.

"Kau mau ke mana? " tanya Micha lagi. Jee hanya menatap sejenak Micha dan tidak berniat menjawabnya.

"Appa akan menginap ke sekolahnya, " ucap Eri tiba-tiba. Micha hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil mengangguk. Oh, ternyata mau ke asrama.

Dia hanya mengendikkan bahunya acuh. Micha lantas menggiring Eri menuju meja makan dengan senyuman merekah. Micha mengelus rambut gadis cilik itu yang nampak kusut karena belum di sisir. Lantas, ia melenggang cepat menuju kamar Eri untuk mengambil sisir.

"Eih? Kenapa belum makan? Pastanya tidak enak? Kau mau makan apa? " tanya Micha lembut. Eri nampak menggelengkan pelan kepalanya. Jee hanya memasang wajah datar.

"Aku mau pasta rasa barbeku pedas. Ini tidak pedas sama sekali. Aku tidak suka, " protes Jee datar. Micha merotasikan bola matanya malas sambil tetap menyisir rambut panjang Eri.

"Aku tidak bertanya padamu, " sahut Micha pedas. Jee menghembuskan nafas panjang kemudian mengeratkan pegangannya pada garpu sambil memejamkan matanya paksa. Nampak sekali jika dia menahan magma kemarahan pada wanita itu.

"Cukup. Aku tidak mau bertengkar hari ini, " geram Jee pelan.

"Terserah. "

Kemudian hening memeluk suasana meja makan. Hanya terdengar bunyi garpu dan piring yang saling beradu. Tidak ada yang berucap sepatah kata pun. Bahkan suara dentingan jarum jam yang terletak di tembok yang berada di belakang Micha duduk, terdengar keras dan jelas.

Jee meraih tisu yang berada di tengah meja kemudian melirik Eri dengan suapan terakhirnya. "Eri? Kau sudah selesai? " tanya Jee kemudian mengambil tisu lagi untuk menghapus noda saus pasta yang berada di sudut bibirnya.

"Eung! " Eri hanya mengangguk semangat. Jee tersenyum kecil. Sambil mengusap halus puncak kepala putrinya.

"Cepatlah berganti pakaian. Appa akan mengantarmu, " ucap Jee yang disanggupi dengan anggukan antusias. Gadis cilik itu turun dari kursi meja makan dan berlari menuju kamarnya. Sampai di bawah tangga, gadis cilik itu berhenti membuat ayahnya mengernyit.

"Dengan Micha eonni? " tanyanya polos dengan mata yang mengerjap-ngerjap pelan. Jee terkekeh renyah menanggapi. Dia lantas mendekati anaknya yang tengah berdiri di bawah tangga.

"Sepeda motor tidak mengangkut tiga orang Eri, " jawabnya kemudian mengecup cepat bibir putrinya. Mata gadis cilik itu berbinar senang. Senyumnya mulai mengembang membuat mata sipitnya menghilang.

"Appa akan mengantarku dengan motor? " tanyanya antusias. Senyumannya belum surut sedari tadi. Dia berpikir... Ah! Akhirnya! Setidaknya di sekolah dia tidak bau keringat.

"Tentu! Maka dari itu cepatlah bersiap! "

"Ya! " sahutnya antusias sambil mengepalkan tangannya keatas. Jee ikut bersorak antusias kemudian mengisyaratkan Eri untuk segera bersiap. Jee merubah ekspresinya menjadi datar. Mulai melangkahkan kaki panjangnya menuju meja makan lagi. Mendudukkan dirinya di kursi samping Micha. Menarik napas pendek kemudian angkat suara.

"Micha aku ingin berbicara denganmu." Jee menatap intens Micha membuatnya berdeham kecil menenangkan ritme jantungnya.

"Tentang Eri? " tebaknya. Jee mengangguk kecil sambil mengulum bibirnya sejenak. Dia menunduk. Berusaha menemukan deretan kosa kata untuk menjelaskan kepada Micha.

"Begini, aku dulu memintamu untuk cepat pergi kan? Sekarang, aku memintamu untuk menetap di sini sampai—" ucapan Jee terpotong oleh Micha. Memandang wanita itu lekat.

730 Days My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang