Pembunuhan?

452 87 73
                                    

Hari ini ibu dan ayah Thayang akan pulang. Mereka sudah berkemas dan sekarang Thayang mengantar orangtuanya di depan pagar kosan.

"Tha, ingat pesan Ayah ya? Secepatnya kamu cari kosan baru aja. Nanti Ayah bantu carikan juga. Biar lebih jauh dari kampus, tapi aman. Nggak kayak kosan ini, Tha," ujar pak Ruphi menasehati anaknya.

"Iya, Yah. Thaya usahain deh, tapi nggak dalam waktu cepat. Soalnya Thaya mau ada kuis penting sama pak Sleman. Kudu belajar yang bener," sahut Thayang.

"Iya, Ayah ngerti. Juga ... ingat apa yang Ayah ceritain ke kamu. Usahakan ya, Nak?"

"Iya, Yah."

Bu Dela memang tak mengerti arah pembicaraan mereka, jadi memilih menyimak saja. Anak dan suaminya itu emang tak bisa diganggu kalau sudah saling serius.

"Ibu hati-hati ya. Ayah juga nyetir jangan laju-laju. Nanti Thaya pulang kalau libur semester," ucap Thayang.

"Iya, Tha. Uang udah ibu simpan di tas kamu. Jangan lupa kabari ibu tiap malam tentang keadaan kamu," ucap bu Dela mewanti-wanti anaknya.

"Siap, Bu."

Thayang masih berdiri memandangi mobil ayah dan ibunya yang telah menjauh dari kosan. Ia berbalik, lalu menatap kosan dengan tatapan penuh tanda tanya. Seketika ia ingat perkataan ayahnya semalam.

Flashback

"Emang aneh kenapa, Yah?" tanya Thayang bingung.

"Kamu tau nggak, tadi Ayah nggak sengaja melihat rumah hitam itu saat ada di atas pohon. Di bagian belakang rumah itu, atasnya tak ada penutup. Ayah dengan jelas melihat banyak gadis di sana. Ayah juga lihat ada satu gadis yang diperlakukan kasar seorang laki-laki berambut grondong. Ayah tak terlalu tampak wajahnya, sebab kamu dan temanmu menyuruh Ayah turun," tutur Ruphi menjelaskan.

Thayang yang mendengar itu terkejut. Ia mulai berpikir kalau lelaki kasar yang ayahnya maksud adalah Zeron.

"Terus, Yah. Menurut Ayah apa yang harus Thaya lakukan? Percaya atau enggak, Thaya sering dihantuin sosok gadis yang punya dendam sama lelaki penghuni rumah hitam itu, Yah. Jadi Thaya bingung, selidiki atau abai aja?"

"Sejujurnya Ayah takut kamu kenapa-kenapa kalau sampai terlibat. Tapi daripada kamu dihantuin, mending kamu selidiki. Tapi jangan sendiri, cari teman satu atau dua orang buat bantu kamu dan jaga-jaga. Ayah nggak mau hanya karena masalah ini, kamu kenapa-kenapa," tutur Ruphi yang langsung diangguki semangat oleh Thayang.

***

Thayang berjalan masuk kembali ke dalam kosan. Suasana kosan agak sepi, sebab Hobeng, Jimino, dan Jintan ke kampus pagi sekali. Tinggal Thayang, Koko, Yoon, dan Royjoon yang tersisa. Thayang yang ingin menuju kamarnya urung, sebab ia mendengar suara gelak tawa di dapur. Thayang kenal itu suara siapa dan memilih menuju dapur.

"Gue curiga emak lu ngidam jeruk nipis. Gila, makan mangga muda se-asam ini biasa aja," celetuk Royjoon usai meredakan tawanya.

"Bukan gitu, Bang. Adek emang suka mangga muda dari dulu. Setahu Adek bunda ngidam nyium bau bensin. Jadi sebelum makan haus ngendus motor ayahnya Adek," tutur Koko sambil menikmati rujak buatan Royjoon.

"Ahahahah. Gue kira tuh bensin dibikin jus sama bunda lo. Njirr, pantes anaknya aneh. Rada dungu."

Koko menatap tajam Royjoon yang mencelanya.

"Nyokap-bokap lo udah pulang?" tanya Royjoon yang melihat Thayang bergabung dengan mereka. Thayang duduk di samping Koko.

"Iya, Bang. Baru aja tadi," sahut Thayang. Ia melirik Royjoon dan Koko seolah-olah ada yang ingin ia bicarakan.

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang