Date and home

10 4 2
                                    

TING! Satu pesan masuk dari Iren.

"Iya?" balas Arka dengan emoticon senyum tiga jari yang disertakan dalam pesan balasan.

"Bisa kita ketemu?"

"Bisa"

"Aku di Paragon mall lantai satu depan bioskop!"

"Ok tunggu aku!"

Sontak Arka yang baru saja selesai mandi langsung bergegas keluar dari rumah menuju mall Paragon.

"Kakak kenapa sih ma?" Selidik Ayu adik Arka yang melihat kakaknya berlari terburu-buru seperti sedang di kejar sesuatu.

"Punya pacar baru kali!" jawab mama Rita santai.

Setelah tunggang langgang dari rumah dan naik motor seperti pembalap jalanan sampailah Arka di mall paragon lantai satu di depan bioskop.

"Hai,," sapanya kepada Iren sambil terengah-engah.

"Kamu habis lari?" selidik Iren sambil tersenyum melihat Arka yang sedang berusaha mengatur irama nafasnya.

"Sedikit!" jawab Arka tersenyum manis.

"Ngapain lari?"

"Takut kamu nunggunya lama!"

Mendengar jawaban Arka yang begitu apa adanya Iren kontan langsung tertawa. "Apa sih kamu Ka! Biasa aja!"

"Emang bener aku takut kamu nunggunya lama!"

Iren kembali tersenyum, senyuman yang sangat manis tentunya. Memperlihatkan dua lesung pipi yang tersembunyi.Seolah kesedihanya telah benar-benar pergi.

Masih teringat jelas dalam ingatan Arka semalam. Bagaimana Iren menangis terisak dalam dekapannya, bagaimana Iren mengungkapkan rasa kekecewaan yang begitu teramat dalam dengan mantan kekasihnya yang telah menikahi perempuan lain dengan deraian air mata. Tapi sekarang, bekas-bekas kesedihan itu benar-benar tidak terlihat tidak tampak tak berbekas. Yang ada hanya senyum manis yang di tunjukan Iren kepadanya.

"Ayo masuk aku udah beli dua tiket buat kita berdua! Tapi jangan salah paham dulu, aku cuma ingin balas budi aja. Karena kemaren kamu udah mau ngajak aku jalan!"

"Iya!" jawab Arka singkat.Kemudian mengikuti Iren masuk kedalam ruang bioskop.

Tapi baru film berjalan lima belas menit Arka yang sedari tadi mencuri pandang memperhatikan Iren. Melihat bahwa perempuan yang duduk di sampingnya seperti tidak begitu antusias dengan film yang sedang di putar! "Kamu nggak suka filmnya?" bisik Arka.

"Nggak!?" balas Iren berbisik.

"Kenapa kamu pilih film ini kalo kamu nggak suka!"

"Aku pikir kamu suka film AVANGERS makanya aku pilih film ini!"

"Nggak juga!"

"Kamu nggak suka?" Iren sedikit bernada tinggi hingga beberapa orang yang duduk di sekitarnya menoleh."Yah,, berarti aku harus traktir kamu lagi dong!"

Arka malah tersenyum tipis "Nggak? udah ini juga udah cukup, ayo kita keluar!" ajak Arka.

"Filmnyakan belum selesai" tandas Iren.

"Kamu nggak suka aku juga nggak suka terus ngapain kita masih nonton?!" Arka yang langsung menggenggam tangan Iren dan mengajaknya keluar bioskop.

"Terus kita mau kemana?" tanya Iren kepada Arka yang mengajaknya keluar bioskop.

"Makan?!"

"Aku udah makan tadi! Kalo,, main kerumah ku gimana?" tawar Iren.Kontan Arka langsung menjawab iya dengan mata yang terbuka lebar dan memancarkan cahaya berkilauan seolah setuju dengan ide cerdas yang di kemukakan Iren "Hei! kamu mikir apa?"bentak Iren melihat Arka yang terbengong beberapa saat.

"Nggak ada!" Tandas Arka menggelengkan kepala.

"Jangan mikir macem-macem atau aneh-aneh ya!" Iren sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada Arka.

"Orang aku nggar mikir macem-macem apa lagi aneh-aneh, aku cuma mikir satu macem dan itu nggak aneh?!"

"Yaudah ayok!" ajak Iren.

***

Arka menapak masuk ke dalam rumah Iren untuk pertama kalinya. Rumah yang cukup besar bercat putih, berlantai dua dengan anak tangga dari kayu yang menancap pada dinding pojok ruangan menambah kesan artistik rumah ini.

Sepanjang Arka memperhatikan sekeliling ruangan yang di dominasi warna putih. Arka tidak mendapatisatupun berabotan penghias rumah yang nampak selain jam dinding yang tergantung di tembok itupun juga dalam keadaan mati.

"Ini kamu ngontrak?"

"Bukan! Ini rumah warisan dari nenek ku! Gaji ku nggak cukup buat ngontrak rumah sebesar ini?!"

"Owh aku kira ngontrak."

"Nggaklah. Oh iya! Sampe lupa aku nawarin minum. Kamumau minum apa?"

"Apapun minuman yang kamu kasih aku minum!"

"Beneran? Kalo gitu aku kasih air keran aja ya?"

"Gapapa asal kamu yang bawain" goda Arka.

"Aaisst dasar!"desis Iren langsung beranjak pergi meninggalkan Arka menuju dapur menyembunyikan rona kebahagiaannya karena Arka yang selau berhasil membuatnya salah tingkah.

"Kamu bilang ini rumah warisan, tapi kok! nggak keliatan ini rumah jaman dulu!" teriak Arka di ruang tengah sambil menatap sekeliling.

"Iya emang. Tapi rumah ini udah di renovasi karena waktu itu mau ada yang ngontrak nggak mungkinkan di biarkan keliatan nggak terurus."Balas Iren sedikit berteriak dari dapur.

"Pantesan dari tadi aku nggak ngeliat perabotan apapun selain jam dinding yang kehabisan baterai itu!"

"Maklum namanya juga mau di kontrakin, itu tv di depan mu aja. Aku baru beli kemarin. Nih silakan di minum!?" Iren yang telah datang sambil membawa dua gelas jus jambu di tangan.

"Apa nih? keliatannya enak!"

"Jus jambu aku beli saat pulang kerja tadi. Nggak ada kulkas jadi harus segera di minum."

"Lumayan!?"ucap Arka setelah meminum jus jambu yang di suguhkan. "Gimana kerjaan baru mu. Menyenangkan?"

"Biasa aja cuma berdiri nggak ngapa-ngapain"

"Bagus deh kalo begitu!"

"Kok bagus!?" tanya Iren Bingung.

"Iya bagus dong, berarti kamu nggak capek!" sekali lagi Iren tersenyum dan mulai memahami gaya bicara cowok di hadapannya ini.


**ON THE WAY**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salah ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang