Thea meregangkan otot-otot tubuhnya sejenak. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Ia harus segera menutup Cafe lalu pulang ke rumah.
"Thea, sudah selesai merapikan mejanya?" tanya Rini yang datang menghampiri Thea.
Thea menoleh ke arah Rini lalu mengangguk. "Lo bisa liat sendiri, udah gue rapihin semuanya."
Rini menatap sekitar, setelah itu manggut-manggut. "Nah, ayo kita pulang!"
"Gue ganti baju dulu," ucap Thea lalu pergi menuju ruang ganti.
Rini yang ditinggalkan pun memilih duduk di kursi kosong. Sembari menunggu Thea selesai berganti pakaian, ia memutuskan untuk memainkan ponselnya.
Sedikit informasi, Rini adalah tetangga Thea. Rumahnya bersebelahan dengan rumah Thea. Usia keduanya pun hanya terpaut dua tahun.
Saat ini Rini kuliah di salah satu Universitas karena beasiswa yang didapatnya. Dua tahun yang lalu kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Tinggal seorang diri membuatnya harus menjadi gadis mandiri dan pekerja keras.
Thea baru saja selesai berganti pakaian. Ia memasukkan seragamnya ke dalam tas lalu menggendongnya. Setelah itu, ia pergi keluar ruang ganti untuk menghampiri Rini.
Rini menoleh ke kanan ketika menyadari kedatangan Thea. "Udah?"
Thea mengangguk. Rini pun langsung bangkit dari duduknya. Mereka berjalan beriringan menuju keluar Cafe. Sebelum meninggalkan Cafe, tidak lupa Rini mengunci pintu Cafe terlebih dahulu.
"T-thea, se-sepeda lo," ucap Rini yang terkejut ketika melihat sepeda Thea yang tergeletak di tanah dengan kedua ban yang terlepas dan kayuh sepeda yang patah.
Thea menghela nafas kasar. Lagi dan lagi sepedanya harus mengalami kerusakan yang tidak wajar. Jelas saja bila ada seseorang yang sengaja melakukan hal itu pada sepeda kesayangannya.
"Gini aja, lo pulang bareng sama gue naik motor. Sepeda lo tinggal disini aja, besok baru dibawa ke bengkel," jelas Rini. Mau tidak mau Thea menyetujui ajakan Rini, toh rumah mereka bersebelahan. Apalagi hari sudah malam, tidak ada satupun bengkel sepeda yang buka malam-malam begini.
Rini mengambil motornya yang terparkir tidak jauh dari sepeda Thea. Ia memakai helmnya lalu menyuruh Thea untuk naik. "Berang-berang makan ketupat, berangkat!"
15 menit kemudian, Rini memberhentikan motornya tepat di depan rumah Thea. Baru saja Thea turun dari motor Rini, ia dibuat terkejut ketika melihat ibunya yang baru saja keluar dari rumah. Hal itu pun membuat Thea curiga.
"Ibu ngapain kesini?" tanya Thea datar.
Ningrum tersenyum sinis. "Saya bukan ibu kamu!" Setelah mengatakan itu, Ningrum pergi menghampiri seorang pria yang menunggunya di dekat mobil berwarna putih. Entah pria itu suami Ibunya atau hanya simpanannya saja tentu Thea tidak peduli.
"Thea!" teriak Johan, Ayahnya.
Mendadak perasaan Thea tiba-tiba menjadi tidak enak. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah guna memastikan keadaan Ayahnya. Rini yang tadinya hanya terdiam saja pun ikut masuk ke dalam.
"Ayah!" teriak Thea yang terkejut ketika melihat Ayahnya kini terkapar di lantai. Di tangannya terdapat bercak darah. Sepertinya Johan kembali batuk darah.
Buru-buru Thea mengangkat kepala Johan lalu menaruhnya diatas pahanya.
"T-thea, ma-maafkan Ayah yang ti-tidak bisa membahagiakan ka-kamu," ucap Johan terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA WOLF
Fantasy[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] Althea Lovandra, gadis malang yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya. Dicaci, dimaki dan dibully sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Thea. Hingga seluruh kehidupan Thea berubah ketika ia...