ALVINO PUTRA BRAMANTYO

19 5 0
                                    

"Ril, Aril woy" bentak Anaa padaku

"Eh iya? Apa?" sautku terkejut

"Daritadi ngelamun, ngelamunin siapa sih? Cowo itu lagi? Udahlah lupain, ga penting buat diinget tau ga"

"......."

"Itu tuh ambilin theodolitenya, praktikum tuh fokus ril. Gue gamau ngulang praktikum ya cuman karena lu praktikum kagak fokus"

"Iya udah iya, bawel deh" kataku datar

Seperti biasa liburan semester tidak terasa libur buatku. Sebagai mahasiswi teknik di salah satu perguruan tinggi swasta, aku dituntut untuk selalu siap praktikum kapanpun dan dimanapun. Berbeda dengan mahasiswi – mahasiswi dari fakultas lain yang ootd ke kampusnya kece – kece. Aku dan mahasiswi lain di fakultas ini cuman identik dengan baju pdh andalan dan sepatu kets. Oke se simple itu.

Praktikum di semester ini adalah praktikum pertama ku. Aku antusias sekali, tapi itu dulu sebelum patah hati terhebat menghancurkan hidupku saat ini. Kehilangan dia membuat aku tidak berdaya. Aku yang dikenal oleh teman – teman ku sebagai seseorang yang anti patah hati, berubah 180o setelah hubunganku dengan dia berakhir. Dia yang kuharapkan mampu menyihir aku dengan sikapnya, dia yang kuharapkan tidak akan mengecewakanku. Dan dia lah satu – satunya manusia yang mampu membuatku susah untuk melupakannya. Mari ku ceritakan sedikit tentang dirinya.

***

Alvino Putra Bramantyo ialah orangnya. Laki – laki dengan tinggi 160 cm yang proporsional dengan berat badannya, berkulit sedikit lebih terang dari sawo matang. Rambutnya lurus hitam legam dan dibiarkan gondrong sampai seleher, senyum tipisnya manis dengan sedikit kumis menghiasinya. Kumis itu tidak pernah dibiarkan tebal, menambah kesan maskulin dari dirinya. Laki – Laki itu sudah ku kenal sejak 4 tahun yang lalu, sejak aku duduk dibangku menengah atas. Sebenarnya kita dulu pernah satu sekolah waktu di menengah pertama, tapi sialnya kita justru kenal setelah sudah ga satu sekolah lagi

Aku sudah menyukainya sejak pertama kali dia muncul di hidupku. Waktu itu aku pernah menyatakan cinta padanya tapi berujung penolakan. Malu memang, tapi mau gimana lagi? Sudah terjadi bukan. Setelah kejadian itu kita sudah tidak pernah lagi saling menghubungi. Cerita tentang kita berakhir sebagai sebatas penonton story masing – masing.

Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain. Menjelang ujian kelulusan ku di sekolah menengah atas. Pesan singkat darinya mendarat manis di ponsel genggam milikku.

Hai Ril, apa kabar?

Bagai mimpi di siang bolong, aku yang kala itu sedang ada di kelas fisika untuk bimbingan intensif ujian terkejut membaca pesan yang kubaca dari notif bar ponselku. Rumus fisika yang sedari 2 jam lalu ku coba pahami, berantakan sudah. Untungnya tidak lama setelah itu, bel pulang sekolah berbunyi. Aku bereskan barangku dan langsung bergegas untuk pulang.

Aku bergumam dalam hati, "Fiuh, aku balas saja pesannya kalau aku udah sampe rumah"

Sampai rumah tanpa berganti pakaianku, aku langsung dengan semangat pahlawan membalas chat darinya.

Hai Vin, kabarku baik, kamu gimana? Sorry ya baru balas, aku baru selesai bimbel

5 menit kemudian Vino membalasnya

Kabarku baik. It's okay Ril gapapa, aku juga tau pasti lagi sibuk-sibuknya persiapan ujian kelulusan hehe

Jantungku berdebar, tidak kusangka dia yang dulu sempat kukira hilang ternyata sekarang dia kembali. Entah apa yang dia bawa, sejuta harapan lagi atau cuman iseng padaku saja. Tidak tahu, yang jelas hari itu aku menikmati berbalas pesan dengan dirinya hingga larut malam.

Luka, Cinta, dan Satu SemesterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang