Hi, they call me Dyn🦋
Follow Instagram @dinasitirasdin & @wattpaddyn (untuk info seputar karya-karya ku).
•
•
HAPPY READING
•
•
4. PENYELIDIKANMempunyai banyak hal yang sama bukan berarti memiliki hubungan darah, bukan?-Ansellandra Marcellino Dhitya.
***
Auris mengembuskan napasnya kasar. Kepalanya terasa pusing mendengarkan celotehan Aurel yang entah kapan akan berakhir.
"Zee kamu denger gak sih, aku ngomong apa?" ketus Aurel semberi menatap Auris kesal.
"Zee kamu-"
"Sekali lagi lo ngomong, gue jahit mulut lo."
Aurel memilih untuk menutup rapat-rapat mulutnya karena ancaman Auris. Ia tahu jika ancaman saudara kembarnya itu bukan sekedar omongan belaka, tetapi omongan yang akan di buat nyata.
Usai menyelesaikan makan siang di kantin sekolah, Aurel memilih untuk menyusul Syela dan Tasya di perpustakaan sedangkan Auris dan teman-temannya duduk di taman belakang sekolah yang berhadapan langsung dengan sebuah kolam ikan hias.
"Gimana pesta semalam?" tanya Kaila kepada Auris.
"Biasa aja," jawabannya.
Kaila mengernyit binggung. "Serius biasa aja?" Gadis itu menatap Auris tak percaya.
Apa sebegitu biasanya pesta pertemuan antar Mafia di seluruh dunia sampai sahabatnya itu mengatakan kalimat 'biasa saja' untuk menilai pesta tersebut.
"Emang yang biasa aja di mananya, Ris?" tanya Kanaya setelah beberapa saat menyimak pembicaraan keduanya.
"Semalam itu bukan pesta, tapi peperangan antar para rival mafia dalam satu ruangan. Dan itu udah jadi konsekuensi bagi seseorang yang nyatu'in mereka dalam satu ruangan yang sama."
Kanaya berdehem lalu beralih menatap Auris serius. "Jadi maksud lo, semalam mereka semua di jebak?" tanyanya yang di angguki oleh Auris. "Berarti semalam lo ketemu dong sama Red Blood?"
Untuk yang kedua kalinya Auris mengangguk dengan mata yang terpejam. Lantunan musik di earphonenya sangat sesuai dengan suasana taman yang sepi, meskipun ada ketiga sahabatnya di taman itu.
"Guys, ini udah hari ke tiga kita sekolah. Kita kapan jalanin misinya?" tanya Ellen.
Gadis yang sedari tadi fokus memainkan ponselnya itu. Kini beralih menatap Kaila, Kanaya, dan Auris yang tampak sedang memikirkan jawaban dari pertanyaannya.
"Iya juga ya, kalau kaya gini terus pelakunya gak bakal ketangkap." Ellen mengangguk menyetujui ucapan Kanaya.
"Emang harus secepat itu, ya? Buat jalanin misinya?"
"Lebih cepat lebih baik," ujar Kanaya yang membuat Kaila menganggukkan kepalanya mengerti.
Ellen beralih menatap Auris yang masih memejamkan matanya. "Ris, lo denger gak gue ngomong apa?"
"Nanti malam."
Dahi mereka mengkerut kala mendengar ucapan Auris yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA PRINCESS [COMPLETED]
Teen FictionKasus pembunuhan yang belakangan ini terjadi di Alexander High School membuat seorang gadis harus pindah ke sana demi menjalankan sebuah misi yang di berikan oleh paman dan ibunya. Tadinya gadis itu berpikir jika misi itu akan di selesaikan dalam wa...