Melisa tergolong murid monoton di sekolahnya. Dia tidak terkenal, pun tidak banyak mengenal banyak orang di sana. Nilainya masih rata-rata kelas, jika boleh dibilang, Melisa adalah anak yang sedikit pemalas. Bukan berarti dia tidak pintar di bidang non-akademik, Melisa unggul dalam hal menggambar dan melukis-yang sayangnya tidak ia kembangkan bakatnya itu.
Ayah Melisa meninggal satu minggu yang lalu. Hidupnya seketika jungkir balik, Melisa seperti kehilangan salah satu pilar hidupnya. Ibunya depresi dan dirinya tak tahu harus lakukan apa agar tidak berlarut-larut dalam kesedihannya. Dia tidak mau menambah beban ibunya.
Akhir-akhir ini, Melisa menyibukkan diri dengan belajar. Belajar apapun yang bisa dipelajari-setidaknya dengan itu dia bisa melupakan sejenak kesedihannya. Melisa pikir, ini bisa jadi hadiah terakhir untuk ayahnya. Beliau pernah berkata bahwa melihat Melisa mendapat peringkat pertama dan berhasil wisuda adalah sebuah kebahagian dan kebanggaan. Dia ingin tapi juga merasa tidak yakin dengan kemampuannya.
Melisa memforsir tenaganya untuk belajar siang dan malam pada dua bulan terakhir sebelum ujian try out. Beberapa kali tumbang tapi kali ini Melisa sudah enggan menyerah lagi. Membuat ayahnya bangga adalah tujuannya saat ini.
Satu hari sebelum ujian try out, Melisa dilanda kepanikan. Tangannya selalu gemetar dan keringat dingin terus bercucuran. Tiga hari berikutnya, Melisa bisa sedikit bernapas lega-sedikit, karena hasil ujian try out baru akan keluar satu minggu kemudian.
Beruntung Melisa tidak merasa sendiri, Nada-teman sebangkunya itu terus memberikan support dan berkata bahwa Melisa sudah melakukan yang terbaik.
Hingga satu minggu kemudian, hasil try out keluar. Melisa berhasil mendapat peringkat tujuh di kelasnya. Lega adalah yang dirasakan Melisa saat itu. Teman-temannya mengucapkan selamat-merasa kagum dengan kerja keras Melisa demi membanggakan ayahnya.
Namun, masih saja ada yang iri dan tidak suka dengan kemajuan yang dia dapatkan. Mereka adalah Leo, Kristal, juga Mauren-langganan peringkat teratas kelas juga paralel. Melisa tidak merasa itu adalah masalah asal mereka tidak mengganggunya.
Justru, Melisa jadi lebih semangat untuk ujian-ujian berikutnya. Kali ini lebih teratur, ibunya berbaik hati memasukkan Melisa di lembaga belajar khusus murid tahun terakhir sekolah. Melisa sungguh bersyukur untuk itu.
Ujian berikutnya tak terasa sudah hampir datang. Melisa yang awalnya ketar-ketir akhirnya bisa lebih tenang dengan dukungan sang ibu.
Melisa yakin, hasilnya tidak akan mengkhianati usahanya selama ini. Melisa tidak terlalu berharap akan mendapat peringkat pertama. Ibunya bilang bahwa beliau dan ayahnya sudah cukup bangga dengannya. Ini adalah upaya Melisa di SMA, karenanya ia tetap mengusahakan yang terbaik dari dirinya.
12 MIPA 3 PERINGKAT PERTAMA: MELISA PUTRI.
PERINGKAT PARALEL TRY OUT 3 SMAN 400 SURABAYA TAHUN 2020:
1. MELISA PUTRI (12 MIPA 3)
2. LEONARD NURAGA (12 MIPA 3)
3. KRISTAL DIANDRA (12 MIPA 3)
4. JANUAR WINDARTA (12 MIPA 1)
5. MAURENINA HASAN (12 MIPA 3)Melisa terkejut. Jantungnya bertalu lebih keras, lututnya lemas hampir seperti jelly. Matanya terus menatap papan mading. Suara berisik di sekitarnya seakan tidak menembus gendang telinganya. Ada yang mengucapkan semangat pun mencibirnya dengan stigma-stigma negatif.
"Melisa! Ya ampun, nggak nyangka banget kamu peringkat paralel satu! Aku seneng banget dengernya. Aku yakin ayahmu pasti bangga luar biasa."
Melisa mengangguk. Senyumnya terulas lebar, dia membalas pelukan Nada tak kalah erat. Dirinya dikuasi euforia, masih tidak percaya peringkatnya tembus ke paralel satu. Bayangan sang ayah dan ibu menatap bangga padanya berputar-putar di kepalanya.