06. KYURARA.

79 15 2
                                    

Selamat pagi teman-teman. Jadi saat kemarin saya hiatus, saya, sesuai janji berusaha menyelesaikan cerita2 lama saya perlahan hahahah. Pokoknya salah satu resolusi tahun ini kisah Rara-Bryan harus bisa selesai supaya saya juga bisa move on. XD. Selamat membaca semua. Dan karena cerita ini menjadi yang paling lama digantung, maka pasti kalian akan merasakan perbedaan tulisan saya.

Selamat membaca.
Warm & Regards.

**************************

Aku selesai mandi dan berganti pakaian. Okasan sedang rapat bersama para anak buahnya, Bibi Arisa bilang akan menyiapkan makan malam, lalu Bryan, yah...dia hanya menjadi dirinya sendiri. Mendapatkan kamar tamu yang terletak di halaman belakang.

Bisa kulihat kalau pria itu tampak gugup saat harus berhadapan dengan Shitosu Aragaki. Pada faktanya siapapun akan mengalami serangan panik di awal bertemu dengan Ayahku. Seorang pria bertubuh tinggi, tegap, dan masih terlihat gagah padahal usianya sudah menjelang pertengahan kepala lima.

Seorang Shitosu Aragaki memiliki wajah tampan namun garang, kedua netranya seolah menolak menua, dipenuhi sorot tajam bagai elang selalu waspada. Ada tato memenuhi bagian leher kanan terus turun mencapai tangan kanannya. Tapi selalu tertutupi akibat kinagashi (sebutan untuk kimono santai milik para pria) yang selalu ia kenakan.

Setelah basa-basi singkat, Ayah tanpa menatap ke arah Bryan memberitahu pelayan untuk mengarahkan lelaki itu ke ruangannya, beliau bahkan hanya menyapaku singkat sebelumnya aku masuk ke dalam kamarku.

Sejujurnya hal seperti ini sudah biasa bagiku, komunikasi kami memang tidak terlalu bagus. Ayah sejak dulu dikenal sebagai lelaki berhati tembok besi yang kokoh dan sulit dijatuhkan, akan tetapi, tak banyak orang tidak tahu, kalau sesungguhnya, Shitosu memiliki hati lembut juga sensitif.

Sifat itu hanya beliau tunjukkan pada dua orang saja. Pertama adalah aku, sewaktu aku masih kecil.

Kedua, pada Hitomi Hyousu. Mantan penari balet yang mampu membuat lelaki sekeras Shitosu bersimpuh dan bertekuk lutut dibawah kakinya. Atau bisa ku sebut, mendiang ibuku.

Saat Ibu meninggal dunia karena sakit, dapat kulihat dengan mata kepalaku sendiri betapa hancurnya Ayahku, seakan beliau kehilangan seluruh pegangan dalam hidupnya. Bisa dibilang hanya mendiang Ibu yang benar-benar memahami seperti apa Ayahku sesungguhnya, namun beliau tiada terlalu cepat. Dan hubungan kami semakin memburuk, namun beruntung saat itu ada Kak Aoshi selalu menemaniku.

Kemudian, Kak Aoshi juga meninggalkanku.

Lalu tanpa sadar, rupanya aku sedang melangkah menuju rumah samping. Disinilah semua aktifitas Ayahku kebanyakan lakukan. Bekerja dan bekerja adalah prinsip utamanya sejak Ibu meninggal. Saking kerasnya beliau bekerja, aku sampai yakin kalau dia bakal bisa menakhlukan seluruh negara dengan usahanya tersebut.

Kemudian, tepat saat itulah kupingku menangkap sesuatu. Suara percakapan antara Ayah dan beberapa tangan kanan kepercayaannya. Aku melihat pantulan bayangan mereka dari balik fusuma ( pintu geser) ada sekitar empat orang sedang berbincang bersama Ayah.

"Ini gila! Mereka bergerak lebih cepat dari perkiraan kita. Kita harus segera memindahkan lokasi labolatoriumnya".

Kata suara cempreng, maskulin pertama. Mereka berbicara dalam bahasa Jepang.

"Ada yang lebih mengerikan lagi, aku dengar mereka akan melakukan kekacauan di Korea Selatan" suara kedua berucap.

"Apa maksud anda? Mereka akan melepaskan virus di sana?!" Lelaki ketiga terdengar terkejut. Mendengar suaranya, sepertinya yang ini masih muda.

[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang