34. Bela Diri Hamia Kuno

72 13 30
                                    

Sisa hari itu, kami habiskan untuk menyerang Febri. Ya, walaupun dia tidak mudah untuk diserang——bukan tidak mudah, tapi memang dia tidak bisa disentuh. Berulang kali kami menyerangnya, tapi yang ada adalah kami yang lelah, dan dia masih santai-santai saja, tidak tergores sedikit pun.

Katanya, “Inti dari latihan ini adalah untuk mengendalikan kepemilikan kalian. Bukan untuk menggoresku. Jadi, kalian sudah cukup berhasil. Karena sedikit demi sedikit, kalian bisa mengontrolnya.”

Dia tahu bagaimana cara menghibur murid-muridnya yang kecewa. Dan seketika, rasa lelahku dan Tristan berubah jadi senyuman. Lalu kami berdua mengadu tinju.

Keesokan harinya, dia menyuruh kami untuk mengenakan pakaian yang terlipat di bawah pakaian yang digantung. Dan kami pun memakainya.

Tristan melihat bayangannya sendiri di cermin. “Sekarang jadwal pelajarannya apa?”

“Bela Diri Hamia Kuno?” tebakku.

“Oh, iya,” katanya. “Pantas saja kita mengenakan pakaian seperti ini.” Pakaian yang kami kenakan berupa kaos kutung hitam yang pas di badan, dan celana olahraga pendek di atas lutut——tepatnya sepaha. Namun agak kurang cocok dipadukan dengan sandal gunung kulit yang akan kami pakai nanti.

Kami bertemu Nova di bawah, dia mengenakan kaos lengan pendek ketat, dan celana leging.

“Apa itu?” tanya Tristan. “Apa itu paha?” Saraya menunjuk ke tangan bagian atas Nova dengan ibu jarinya. 

Nova menaikkan jari tengah tangan kanannya. “Ini paha.”

“Ehem.” Febri yang sedang sibuk menyiapkan sarapan langsung berdeham. Dia tidak memakai pakaian yang sama seperti kami. Dia memakai celana dan jaket berhoodie training yang longgar.

Suasana pun seketika menjadi sunyi senyap.

Setelah sarapan pagi yang senyap itu, kami berangkat ke tempat latihan. Tempatnya di pendopo segi lima berbentuk seperti rumah joglo, di Pegunungan Pilar Langit——aku masih lupa bertanya Pegunungan Pilar Langit yang sebelah mana. Selama empat hari berlatih di tempat ini, aku baru pertama kali memasuki pendopo ini. Berada di bawahnya terasa begitu sejuk. Kami disuruh melepaskan alas kaki kami, sehingga telapak kaki kami langsung menyentuh dinginnya batu kali hitam yang disusun menjadi lantai. Langit-langitnya dipenuhi oleh debu dan lumut.

Febri membuka resleting jaket training berhoodienya, yang dia kenakan sampai ke leher. Kemudian membuka jaket tersebut, dan membuka celananya. Lalu menyimpan pakaiannya itu di pendopo yang lebih kecil——ada Kak Gita yang sedang mengemut permen lollipop di sana.

Mata Nova tidak berkedip ketika melihat Febri. Sebenarnya aku juga tidak menyangka. Aku kira tubuh Febri itu biasa saja——dalam artian proposional. Biasanya Febri selalu memakai pakaian yang sedikit longgar. Tapi setelah melihatnya hanya memakai kaos kutung yang pas di tubuhnya dan celana olahraga pendek sepaha... semuanya terlihat.

Lengan bagian atasnya cukup berotot, dadanya terlihat bidang dengan perut ramping, dan jangan lupakan kakinya yang tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, yang juga berotot. Otot-ototnya tidak terlalu terlihat ketat di kulitnya, pas-pas saja. Dia lebih cocok disebut sebagai atlet badminton atau sepak bola yang memiliki tinggi badan seratus delapan puluh lima sentimeter dan berat tujuh puluh sembilan kilogram. Dan itu yang membuat Nova diam. 

Dia menyuruh kami melakukan peregangan, lalu berlari mengelilingi pendopo sebanyak dua belas kali——dia ikut melakukan semua itu, padahal biasanya guru tidak ikut. Kemudian, barulah dia mengajari kami Bela Diri Hamia Kuno.

Febri hanya menyuruh kami mengikuti gerakan-gerakan yang dia lakukan saja. Menurutku, gerakan-gerakannya itu perpaduan dari bela diri Muay Thai, Boxing, Kung Fu, Tai Chi, Taekwondo, Karate, dan Pencak Silat. Dimulai dari kuda-kuda, macam-macam cara menendang, meninju, menangkis serangan, menghindar, membalikkan serangan, dan lainnya. Sekarang dia terlihat seperti atlet bela diri profesional yang telah menyabet banyak sekali medali emas——padahal setahuku, di dunia nyata dia bukanlah atlet.

Aran Alali #1: Hujan Darah IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang