Setelah semua selesai mandi akhirnya mereka kembali ke tenda. Tidak ada yang digendong, semua berjalan sendiri. Hara memaksa untuk berjalan sendiri. Dia bisa merasakan jika Baga tidak nyaman menggendongnya, Baga melakukan karena terpaksa.
"aku jalan sendiri atau aku pulang sekarang !" ancam Hara kepada Kalya.
Akhirnya Kalya menyetujui itu dari pada melihat Hara ngambek lalu pulang sendiri.
"baiklah kalau Hara memaksa, yaah aku bisa apa yaudahlah" ucap Baga seolah menyesali permintaan Hara, padahal dalam hatinya dia sangat senang sekali. Dasar rubah.
Tapi kenyataan memang kadang tak sesuai rencana. Di tengah perjalanan Hara mengeluh capek, dan terlihat menahan sakit di kakinya.
"tuhkan Hara kamu tuh gak usah sok kuat, kalo gitu kan jadinya kaki kamu gak sembuh-sembuh. Udahlah di gendong aja sampek ke tenda biar hari ini bener-bener sembuh" Kalya mengomel sudah seperti Ibu tiri ditinggal suaminya.
Tanpa menjawab sepatah katapun, Hara menurut ketika Baga berjongkok didepannya. Hara memeluk punggung Baga lagi. Baga menggendong Hara sampai ke tenda.
Sampai di depan tenda, Baga segera menurunkan Hara. setelah itu Baga berjalan ke kursi, duduk di samping Xena. Masih dengan muka tertekuk. Entah kenapa Baga kesal setelah menggendong Hara,sebenarnya ia sadar ini tidak baik. Biasanya Baga akan ringan tangan, terlebih dengan perempuan. entah kenapa kali ini ia kesal karena setiap menggendong Hara rasanya canggung, ia gugup dan lebih suka tidak usah menggendong.
"kenapa muka mu begitu ?" tanya Xena.
"kenapa muka ku ? tampan ? apa kau baru tau ?" jawab Baga malas.
"kau kenapa ? ada apa ?" tanya Xena lagi dengan memperhatikan setiap inci raut wajah Baga.
"iya iya aku tau aku tampan sudahlah"
"ah terserah saja, aku dan Galan mau mandi. Kita tinggal dulu" pamit Xena. Mereka bergantian untuk mandi.
Baga meletakkan kepalanya di atas meja. Ia memejamkan mata. Berusaha memahami apa yang dirinya tengah rasakan. Bahkan Baga mengingat dosa masa lalu, apakah dia pernah menyakiti Hara, apa Baga pernah berbuat jahat kepada Hara dengan tidak sengaja, sampai akhirnya dia mendapat hukuman seperti ini. jika dipikir ulang lagi apa hal pertama yang menyebabkan Baga merasa canggung dan gugup ?. aku gugup karena melihat Hara sangat cantik. Itu jawaban yang bisa Baga temukan, tapi hanya karena dia cantik bisa sampai begini. Sebelumnya juga Baga sering bertemu perempuan cantik.
"aaarrrgh entahlah pusing" resah Baga.
"aw awww Bagaaa toooloooong"
"Baga toolongin"
Kalya dan Philo berteriak minta tolong. Baga mengangkat kepalanya, menengok ke kanan lalu ke kiri. Suaranya ada tapi dimana orangnya.
"Bagaaaa" Kalya kembali berteriak.
Klutak
Seseorang memukul kepala Baga dengan botol minum kosong. Ia mengusap kepalanya yang sakit, lalu menengok ke belakang.
"aduuuh" Baga mengaduh.
"heh tolongin cepet" ucap Hara setelah melempari kepala Baga.
"iya tapi dimana"
"KAALYAA DIMANAA ?" Hara berteriak.
"disini di belakang tenda cepet kesini"
Baga dan Hara bergegas ke belakang tenda. Ia melihat Philo dan Kalya berdiam dengan tubuh kaku.
"bungarus candidus" ucap Baga setelah melihat ada ular di depan mereka.
"haaa....!" Hara memekik terkejut melihat ada dua ekor ular melilit di akar pohon besar.
Hara dan Baga berjalan pelan pelan di belakang Kalya, agar ular itu tidak tiba-tiba bergerak menyerang.
"apa kau mengenalnya Baga ? sepertinya kau mengerti nama mereka" ucap Philo dengan bergetar.
"apa mereka berbisa ? apa mereka akan menggigit jika aku bergerak ?" ucap Kalya gugup.
"tenang, kalian diam aja disitu"
Baga masih berjalan pelan mendekati ular itu. Namun Hara dia diam termangu di belakang, tapi masih bisa melihat dengan jelas keberadaan dua ekor ular tersebut.
Seharusnya ular ini akan pergi jika mendengar suatu ancaman, tapi sampai Baga berada di dekat mereka, ular itu tidak bergerak, malah salah satu ular melilit ke akar pohon. Baga memperhatikan posisi ular tersebut.
"ularnya kejepit" ucap Baga
"hah pantesan mereka dua dua an disitu, aku pikir mereka berkoalisi mau nyerang" ucap Philo
"tapi yang kejepit Cuma satu, mungkin satunya ini mau nolongin"
"hah ?" ucap Kalya dan Philo bersamaan, mereka belum sepenuhnya paham
"kalo gitu tolongin Gaa malah diem aja, bukannya kamu pecinta alam, anak gunung" ucap Kalya
"bukannya kamu anak Biologi, nanti dosenmu marah kalo tau anak didiknya gak nolongin hewan" ucap Philo.
Baga mengabaikan perkataan kedua temannya. Baga masih diam memperhatikan posisi kedua ular tersebut. salah satu ular tidak bergerak berada diantara akar yang besar sedangkan yang satunya masih bisa bergerak dan berada diantara satu akar dan akar lain seperti ingin melilit ke ular yang satunya.
"ini kalo aku tarik akar yang ini, ular yang ini bisa mati kejepit. Tapi kalo aku tarik akar itu yang satunya yang kejepit. Dan kalo gak di tarik ini, mereka bisa terus melilit dan bisa kejepit dua duanya"
"trus kamu pilih gimana ?" tanya Kalya.
Baga diam tidak menjawab sekitar 1 menit, dia masih berpikir.
"gak mungkin kamu milih diem aja kan" ucap Philo.
"Ga kamu harus nentuin mana yang mau kamu tolong" ucap Hara.
Mendengar ucapan Hara, Baga bangun dan berdiri tegap memandang Hara. menaikkan satu alisnya.
"aku kan bukan Tuhan, kenapa aku harus menentukan mana yang mati dan mana yang hidup" ucap Baga.
"tapi kamu yang punya pilihan"
Baga terdiam dan kembali berpikir.
Lalu beberapa menit kemudian Baga menarik salah satu akar, jetak, benar saja satu ular bebas dan ular lainnya terjepit membuat tubunnya menjadi tipis dan kemudian mati. Baga mengambil ular yang terbebas itu lalu membawanya ke tempat yang jauh dari akar. Agar ular itu tidak kembali melilit di akar.
Prokprokprok
Philo dan Kalya bertepuk tangan.
"hebat Bagaaaaa aku hampir nangis" ucap Kalya
"kereen bos good job"
Baga berjalan berbalik ke tenda.
Mereka menyusul di belakang Baga.
"seenggaknya kamu nylametin salah satu nyawanya Ga dari pada mati semua" ucap Hara yang sepertinya memahami kegundahan Hati Baga.
............................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Camping (the secret of ecology)
Ciencia FicciónBaga, Galan, Philo, Xena, Kalya dan Hara berkemah di Gunung. Ketika mereka merapikan tenda untuk pulang tiba-tiba sekawanan babi hutan menyerang tenda mereka. Saking paniknya semua berlari ke sembarang arah, membuat mereka terpisah dan hilang di da...