Sudah hampir tengah malam saat Yunseong sampai di rumah sederhana yang menjadi tempat tinggalnya beberapa tahun belakangan ini. Itu berarti, ia lagi-lagi tidak pulang setelah menutup tokonya lebih awal.
Tapi hari ini, ia tidak pergi untuk duduk di halte di depan kantor Minhee. Hari ini, yang ia lakukan adalah pergi sebuah komplek perumahan elit—tempat tinggal Minhee—dan menunggu hingga si manis pulang.
Malam ini, Minhee tidak pulang dengan supirnya—lagi. Tidak juga dengan Yoonbin. Tapi dengan Junho—yang dari informasi yang si manis berikan, ia tahu jika lelaki itu adalah sekretarisnya. Minhee juga tidak pulang larut lagi. Ia hanya keluar tiga puluh menit setelah jam kerja selesai. Mungkin itu alasan Junho yang mengantarnya.
Awalnya, Yunseong ingin menemui Minhee lagi tadi. Tapi, ia urung dan hanya melihat-lihat di sekitar situ dan pulang sepuluh menit kemudian.
Masuk ke dalam rumahnya, Yunseong langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan beristirahat. Tidak ada siapa-siapa di rumah itu karena memang ia hanya tinggal sendirian.
Lalu, saat ia sudah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk tidur, sebuah panggilan masuk di ponselnya membuat ia tidak jadi melakukan apa yang sudah direncanakannya.
Yunseong meraih ponselnya yang terletak di atas meja. Ada nama sepupunya yang tertera di layar benda itu. Ada apa sepupunya menelponnya malam-malam begini?
Memilih menjawab telpon itu, Yunseong lalu meletakan ponselnya ke sisi telinga kanannya.
“Hm?”
“Bang, lo udah tidur? Sori kalo gue ganggu lo malam-malam.”
Yunseong tidak langsung menjawab, ia memilih melirik sekilas ke arah jendela sebelum menjawab ucapan sepupunya itu.
“Gak. Gue juga belum tidur.”
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Penting, harusnya gue udah ngomong dari beberapa hari yang lalu, tapi karna banyak kerjaan, gue lupa dan baru ingat lagi. Makanya gue telpon lo jam segini.”
“Gak apa-apa. Lo mau ngomong apa?”
“Sebelumnya, gue mau nanya sesuatu dulu.”
“Apa?”
“Lo kenal sama Minhee? Kang Minhee.”
“Minhee?”
“Iya. Beberapa hari yang lalu, gue liat lo sama dia dekat kantor, lagi gandengan. Lo kenal sama dia.”
“Menurut lo kenapa gue bisa sampe gandengan sama dia.”
“Bang, gue... mau ngomong kalo dia...”
“Gue udah tahu.”
“Lo udah tahu?”
“Hm. Gue udah tahu.”
“Terus, lo ngapain?”
“Gue mau dia...”
“Lo? Apa?”
“Pokoknya gue mau sama dia. Jadi, gue minta tolong sama lo. Jangan sampe dia tahu kalo lo kenal sama gue. Dan kalo kita ketemu pas ada dia, jangan nunjukin kalo kita saling kenal.”
“Lo serius?”
Minhee yang sedang mengupas jeruk jadi mengangguk kecil dan memakan jeruk itu ketika Asahi mengajukan pertanyaan itu padanya. Mereka sedang ada di rumahnya saat ini.
“Terus?”
“Ya, gue mau nolak. Tapi pak Seungwoo bilang gak apa-apa. Justru gue harus liburan.”
“Sampe kapan?”
“Katanya semau gue.”
“Njir, enak banget jadi lo. Bisa libur semaunya.”
“Enak apanya, sat? Lo gak tahu aja kalo...”
“Iya, iya.”
Minhee mendengus malas ketika Asahi memotong ucapannya lebih dulu. Membuatnya berakhir mencibir dan sibuk lagi dengan jeruknya.
“Btw, lo mau kemana?”
“Kemana apanya?”
“Ya liburannya. Lo mau liburan kemana? Luar kota atau malah luar negri?”
Pertanyaan berikut yang Asahi ajukan sukses membuat Minhee kembali mendengus. Pemilik marga Kang itu lalu meletakan kulit jeruknya ke atas piring di atas meja dan menggantinya dengan buah jeruk yang lain.
“Gak kemana-mana. Gue di sini aja.”
“Di sini aja? Ngapain? Lo di kantor aja kadang uring-uringan gara-gara sendiri. Ngapain lo mau di sini aja?”
“Ya kalo gue liburan juga gue sendirian, kan? Mending gue di sini aja.” Menjawab acuh, Minhee kembali makan jeruk dulu sebelum kembali menatap Asahi dan melanjutkan jawabannya. “Lagian nih ya, gue mau di sini aja biar gua bisa melancarkan aksi pendekatan gue ke kak Yunseong.”
“Hah?”
“Gue mau pedekate sama kak Yunseong selama dikasih waktu liburan ini. Gue mau ke toko rotinya tiap hari, ketemu sama dia, deketin dia dan lakuin apa aja biar gue sama bisa...”
Minhee tidak menyelesaikan ucapannya dengan benar. Ia terlanjur larut dalam khayalannya tentang rencana pendekatannya dengan Yunseong sehingga berakhir tersenyum bodoh. Membuat Asahi yang melihatnya jadi bergidik ngeri.
“Gak salah lo?”
“Ya iyalah.” Menjawab cepat, Minhee melempar tatapan tidak senangnya pada Asahi. “Emang kenapa?”
“Lo lupa kalo dia sahabatan deket banget sama Jihoon? Lo gak lupa juga kan seberapa gak sukanya Jihoon sama lo?”
“Lah bodoh amat.” Tapi, Minhee tidak peduli sama sekali dengan apa yang Asahi katakan. “Gue gak peduli sama kak Jihoon. Dia gak suka sama gue kan karna kak Ben sering perhatiin gue. Gue mau sama kak Yunseong, gak ada hubungannya sama dia.”
“Tapi, Hee...”
“Gak peduli. Pokoknya, gue mau kak Yunseong.”
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys be Ambitious || HwangMini
FanfictionAwalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja, menjad...