My Enemy Is My Best Friends

35 6 0
                                    

Aku duduk di bangku taman sekolah. Merenung meratapi diriku yang hari demi hari tidak ada perubahan, masih sama, masih ada kesakitan di setiap hariku, masih dikelilingi orang yang membenciku hanya karna mereka mengganggap aku anak dari hubungan di luar nikah. Masih untung kalau memang aku anak dari hubungan di luar nikah, dari pada tidak tahu orang tua nya dimana, mereka hidup atau tidak juga tidak tahu. Bagaimana aku bisa hidup didunia ini juga tidak tahu. Aku hanya seorang anak yang ditemukan di tong sampah oleh seorang ibu yang baik hati dan sekarang dia juga sudah pergi meninggalkan ku.

Aku hampir putus asa dengan hidupku. Tidak ada yang mau berteman denganku. Aku melakukan hari - hari ku yang berat. Harus bekerja untuk biaya hidupku. Berjuang untuk membuat diriku bahagia.

"Hufffftttt" Entah hembusan nafas keberapa kali yang keluar dari mulutku, aku merasa sangat putus asa. Takut menjalani hari-hari ku kedepannya. Tidak ada keluarga, tidak ada teman, tidak ada kebahagiaan.

Kringgg.... Kringgg....

Tanda bel berbunyi.

"Ayo Semangat yura, masih ada Park Jimin di Korea sana yang selalu mendukungmu" Ucapku menyemangati diriku sendiri dan meninggalkan taman belakang sekolah bergegas masuk ke kelas.

"Lihatlah dia datang, kasian sekali dia, sudah tidak punya orang tua di tinggal sama yang mungut kasian sekali hidupnya" Teriak Sei salah satu wanita yang membenciku di kelas.

Aku tidak menghiraukan ucapannya dan memilih duduk di bangku ku dan membaca novel karya dari penulis kesayangan ku.

Dia berjalan menghampiriku. Merenggut novel itu dari genggaman ku.

"Lihatlah, dia membaca buku karangan Asabellia penulis kesukaan ku, wahhh lihat bahkan ini Eufloria edisi terbaru. Dapat uang dari mana dia, bagaimana kalau kita belah jadi dua. Aku tidak mempunyai series yang ini. Bagaimana? Mari kita bagi setengah - setengah. " Ucap sei sudah siap merobek novel ku.

"Tolongg jangan Sei, aku baru membelinya kemarin,kumohon hentikan." Ucapku memohon kepadanya.

"Ahh sayang sekali, aku menginginkan ini mari kita bagi setengah, aku bagian awal dan kau bagian akhirnya. "ucapnya enteng dan merobek novel ku.

" Hikss.... Hiks... Hiks... Ka ka kau kenapa jahat sekali, sebegitu bencinya kau denganku, apa salahku, aku bahkan tidak pernah menganggu hidupmu, aku juga tidak pernah merobek buku kesayanganmu. Lihat ini! Aku baru membelinya kemaren, aku harus menabung selama sebulan untuk membeli buku ini. Aku harus bekerja separuh waktu. Apa kau tak pernah merasakan itu? Begitu lelahnya aku hanya untuk mendapatkan ini, dan kau dengan teganya merobek buku ku tanpa rasa bersalah, terbuat dari apa hatimu hiksss.... hikss... "Teriak ku meluapkan segala emosiku.

Bayangkan saja kau baru membeli buku karya penulis kesayanganmu dengan susah payah menyisihkan uang biaya hidupmu, bahkan kamu rela tidak membeli makanan di kantin sekolah demi membeli ini. Dan sekarang, baru semalaman kamu memegangnya sekarang sudah terbelah menjadi dua.

" Ahh kasian sekali, Bagaimana ini? Aku kembalikan saja bagian awalnya kepadamu. Nah ini, lihat sudah ku kembalikan padamu berhenti menangis seperti ini. Kau terlihat menyedihkan." Ucapnya menaruh buku bagian awal ke depan mejaku.

"Hiksss, hikss, apa sebenarnya yang kau benci dariku. Kalau memang hanya aku tidak punya orang tua itu tidak merugikan mu! " Ucapku seraya mengambil novel ku yang sudah robek dan menyambar ransel ku keluar kelas.

Teman - teman ku memandang iba ke arahku. Tidak ada yang berani untuk menghentikan Sei, dia anak dari pemilik sekolah ini. Orang - orang disini tidak mau mengambil resiko hanya untuk menolong ku.

"Ahh kasian sekali"

"Isshh, menyebalkan"

"Huftt, sudahlah biarkan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Enemy IS My Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang