🎼Truth

23 5 0
                                    

"Jongdae! Jongdae! Aku mau pegang Cheonsa!"

Chanyeol menjitak Baekhyun yang berseru semangat padahal mereka tengah dilorong rumah sakit. "Berisik," Cercanya lalu dibalas pukulan lain dari Baekhyun. Tidak mengaca katanya, padahal sama sama berisik.

"Cheonsa masih harus tinggal di-inkubator. Cheonsa kan lahir sebelum HPL, buat beberapa alasan lain dia harus disana dulu.."

"Keponakanku baik baik saja kan?"

"Harus baik baik saja, Jongin. Sarang bagaimana?" Tanya Baekhyun penasaran.

"Didalam sama Suho hyung, ada Sehun juga."

Chanyeol perlahan masuk keruanganmu dan menyeret Suho untuk ikut dengannya. "Sehun, jagain (Y/N) ya. Aku butuh Suho hyung buat beli makan." Celetuknya tanpa dosa- bahkan Chanyeol tersenyum lebar. Mengabaikan Suho yang berusaha meronta karena Chanyeol menariknya tanpa aba aba. Sehun sendiri hanya diam karena lelah dengan kelakuan hyung-nya. Lebih baik menemanimu dan bicara tentang Cheonsa daripada tertular kegilaan ChanBaek.

"Kamu ada kertas? Aku harus tulis yang tadi aku bilang."

"Kertas? Mungkin Chen oppa punya.. Dia sering menulis jadwalnya karena pelupa."

"Chen hyung nggak pernah lupa membacakan fanfiction setiap kali aku mau tidur." Sehun tersenyum bangga memamerkan hal itu padamu. Maknae yang loyal sekali.

Kamu meraih ponsel Chen yang terletak diatas nakas dan menemukan potongan kertas dibelakang ponselnya. Kamu mulai mengernyit saat kertas itu sudah tertulis sesuatu. Sehun mencondongkan tubuhnya untuk melihat tulisan apa itu.

Aku hanya ingin reinkarnasi dan hidup mencintai juga dicintai

"A-apa apaan ini?" Tanganmu bergetar.

Kamu ingin percaya ini tidak nyata. Tapi tulisan tangan itu, kenapa Chen bisa menulis hal semacam ini. Kamu bahkan memilih hidup setelah diambang kematian untuk mempertahankan dirimu dan Chen. Tapi Chen ternyata berpikiran untuk hal semacam ini. Kenapa bisa? Orang yang setiap harinya tersenyum dan tertawa menulis seperti ini.

Kamu meremat kesal kertas yang telah basah airmatamu barusan. Kamu menyibak rambutmu kebelakang, kamu tidak tau apa apa tentang Chen. Kamu yang selalu bilang untuk ada bersama Chen, tapi ternyata itu kebalikannya. Bukan kamu yang menjaga Chen, tapi Chen yang selalu melakukan itu untukmu.

"J-Jongdae hyung beneran bakal pergi..? Aku harus bagaimana kalau nggak ada dia.."

"S-Sehun oppa, jangan begitu.." Kamu menoleh kearah Sehun yang sudah menangis hebat.

"Dengan siapa aku jalan jalan kalau lagi mau kumpul sama member? Siapa yang bakalan aku bantu dengan senang hati? Chen hyung selalu kasih tau aku kalau ketemu bunga cantik dijalan.. sekarang aku nggak bisa tanya itu lagi? Kalau bukan Chen hyung, siapa yang bacain fanfiction sebelum aku tidur? Aku nggak bisa ngadu padanya kalau member jahil padaku? Padahal Chen hyung satu satunya.."

Sehun benar, Chen satu satunya. Selama ini ternyata kamu hanya bergantung padanya. Berkata kalau kamu akan berjalan bersamanya, tapi tanpa sadar Chen yang berjalan didepanmu. Kamu merasa tidak pantas dan benar benar bersalah. Selama ini kamu hanya memikirkan perasaanmu sendiri. Dan mengabaikan kalau Chen juga merasa sakit. Bagaimana ini.. kamu merasa malu sekali dan sangat bersalah.

Kamu yang selalu bersandar padanya tapi tidak paham kalau Chen juga mati matian menahan perasaannya sendiri. Kenapa kamu bodoh sekali?

"Sehun.. (Y/N)? Kenapa kalian nangis?"

Suho mengernyit bingung saat Sehun memeluknya. Raut wajahnya sedikit berubah setelah Sehun berbisik memberitahukan sesuatu padanya. Lelaki itu menenangkan adiknya sebelum duduk dan berbicara berdua denganmu.

"Jongdae nggak bakal menyalahkanmu. Nggak akan marah, atau berpikir bahwa dia kerepotan. Jongdae nggak pernah punya pikiran seperti itu."

"... Gimana bisa aku pergi kalau keadaannya masih seperti ini.."

Kamu menoleh kearah Suho dengan bingung. Apa katanya? Pergi kemana? Seolah mengerti dengan tatapanmu, Suho tersenyum tipis. "Aku bakal pergi ke-militer, besok.. akan aku umumkan."

Detik itu juga, kamu merasa sangat takut. Suho satu satunya orang yang bisa kamu ajak bicara. Dia yang menjadi tempat curhat dan mengatakan semua kesulitanmu. Kalau Suho tidak ada.. pada siapa kamu akan bergantung? Kamu tidak mau pada Chen, itu malah akan membebaninya. Chen juga sudah tidak punya tempat cerita.

Deg!

Kamu terdiam. Benar, Chen tidak punya tempat cerita. Tapi kamu dengan bodohnya menaruh semua perasaanmu padanya? Tanpa memikirkan bagaimana Chen menghadapinya?

"Xiumin hyung tau semua tentang Chen. Tapi dia sekarang pergi, kadang Chen cerita padaku. Tapi dia lebih banyak mendengarkanmu. Dia hanya akan tersenyum, dan terus mencintai." Suho menjeda ucapannya. Lelaki itu tersenyum simpul, menatapmu yang tengah terdiam mencerna semuanya.

"Chen memang orangnya nggak banyak berekspresi, tapi dia punya bahu yang paling kuat diantara lainnya."

Kalimat itu, berhasil menusuk hatimu dengan sangat dalam. Apa yang dikatakan Suho benar. Dan kamu merasa sangat bodoh karena baru menyadarinya. Kenapa kamu bisa se-lengah ini. Chen yang selalu menyimpan semua perasaannya, namun dia tidak pernah mengeluh saat kamu meletakkan masalahmu padanya. Bahunya rapuh, tapi selalu bisa kuat untuk jadi sandaran. Kamu langsung menangis hebat menyadari semua kebodohanmu. Chen selalu melihat dari sudut pandangmu, tapi kamu tidak melakukan hal yang sama padanya.

"Dear!?"

Chen membuka pintu ruanganmu dengan panik saat mendengar suara tangisan. Ia mendapati kamu yang sedang menangis dipelukan Suho.

"Tolong ambil handuk, air hangat, teh, atau apapun Jongdae.."

Chen tau, Suho sudah mengatakan sesuatu padamu.

_________________________
TBC..

Inget nggak pas awards mama tahun 2017? Yang semua member nahan nangis bahkan Suho udah terlanjur nangis disana. Chen masih bisa tenang bahkan sempet meluk Chanyeol buat nenangin dia :)

Hope you like♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang