e p i l o g

545 39 4
                                    

Lenyap sudah keheningan yang Langit ciptakan pada pagi hari ketika memandangi istrinya, akibat suara alarm yang dipasang oleh wanita masih tertidur nyenyak tanpa terganggu. Langit terkadang heran sendiri, siapa yang memasang siapa pula yang lebih dulu bangun akibat gangguan tiap pagi.

Pagi ini Langit sudah menempati rumah minimalis barunya berlantai dua. Langit begitu suka cita menerima perjalanan baru hidupnya bersama wanita yang ia pilih. Langit juga menerima bekas luka masa lalu yang Darin punya, luka yang dimaksud si wanita pada malam ia melamar di Semarang. Di mata Langit, Darin tetaplah cantik apa adanya walau sampai saat ini sang istri masih merasa insecure.

Dua bulan lalu Langit berhasil menggelar pernikahan sesuai dengan wedding dream yang Darin impikan, yaitu mengusung tema garden namun tetap ada etnik Jawa dikarenakan keduanya keturunan Jawa Tengah. Acara resepsi Langit dan Darin tidak dilaksanakan di gedung atau kediaman Langit tetapi diselenggarakan di Balai Sarwono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Mereka sepakat akan konsep intimate wedding sebab keadaan tidak dapat diprediksi akibat covid yang melanda.

Satu tahun dihabiskan Langit dan Darin menyusun serta mengumpulkan anggaran resepsi pernikahan, walau tetap biaya dibantu kedua orang tua Langit. Mereka terpaksa memundurkan waktu meraih impian bersama karena wabah virus corona memasuki Indonesia. Pemerintah mengumumkan bahwa lockdowm besar-besaran dilakukan sebagai bentuk pencegahan agar tidak semakin banyak penularan virus.

Beruntungnya Langit pun berpikir lebih baik mengikat Darin secara resmi, terlebih secara mental dan finansial Langit sangat siap menjadi kepala rumah tangga. Darin sendiri pun setuju untuk ikut melangkah bersama Langit ke jenjang pernikahan dahulu supaya tidak lama-lama menjalin hubungan.

Langit kemudian menyingkirkan selimut sehabis mematikan alarm, yang berhasil mengusik ketenangan damainya yang sedang menikmati status sebagai suami.

"Morning cantik," ucap Langit merasakan kasur bergerak karena istrinya terbangun.

"Morning."

Langit menuju lantai bawah diikuti langkah Darin mengekori di belakang. Langit mengambil satu botol air kemasan yang memang ia stock di lemari pendingin, dikarenakan dispenser Darin beli lewat online masih dalam proses pengemasan. Tanpa aba-aba sang istri berjinjit memberikan kecupan singkat di bawah dagunya.

Selepas itu Darin melangkah dari area dapur, mau ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi, dengan langkah kecilnya Darin tertawa mendapat hiburan pagi hari sebab Langit benar-benar terkejut mendapat serangan kecupan. Air minumnya bahkan sampai tumpah-tumpah.

Langit membuang botol ke keranjang sampah. Mengerutkan kening melihat Darin sudah keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah pintu depan.

"Mau ke mana?"

"Ke warung sayur depan komplek, takut keburu habis."

"Ngapain ke tukang sayur?"

Darin menatap dari ruang tengah, sementara sang suami masih berada di dapur yang menyambung dengan meja makan bertolak pinggang.

"Mau beli daging ayam kalau ada sekalian beli sayur sama jagung, masa tiap siang sama malam kita delivery terus, mas."

"Mau keluar dengan pakaian kayak begitu?"

Langit menunjuk dengan arah tatapan bagain bawah Darin, jelas membuat si istri ikut menatap ke arah bawah. Wanitanya tersenyum malu-malu. Setelah menikah Darin memang menjadi lebih sering keluar memakai celana panjang atau rok dibawah lutut, menuruti keinginan suami tercintanya.

°°°

Siang hari Langit bersama Darin duduk di sofa berbentuk L, usai kurir datang membawa furniture pesanan Darin. Selain dispenser yang dibeli online mereka juga masih menyicil beberapa perabotan sedikit demi sedikit untuk memenuhi hunian baru. Karena kesibukan Langit beberapa belakangan ini jadi belum sempat membawa Darin membeli furniture secara langsung.

Cerita Satu Minggu JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang