Vote before you read!
⊙︿⊙⊙︿⊙⊙︿⊙
JIRA menghela nafasnya panjang. Menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin yang berada didalam kamar setelah berhasil mengoles sedikit wajahnya dengan Make Up. Seperti yang Jimin katakan, ada Tamu yang akan datang. Membuat Jira berkeinginan untuk menyentuh riasan wajah gadis itu yang tidak sepenuhnya terpakai selama beberapa hari.
Tentu saja tidak mudah melakukan hal tersebut disela kesibukannya tadi. Butuh beberapa jam untuk ia beristirahat setelah banyak hal sudah ia lakukan sebelumnya. Mengurus Jino Jina, ralat, membujuk kembali sisulung yang tidak menanggapi sama sekali. Disusul sibungsu yang merengek minta ditemani bermain.
Jira mengerti, Inilah yang seharusnya terjadi jika Ara tidak datang. Gadis tersebut izin karena ada hal mendesak yang harus ia bereskan. Tidak ada pilihan bagi Jira, selain, mengizinkan nya.
Namun, Jira tidak mungkin merasa terbebani dengan ini semua. Karena ia seorang Ibu, ya memang seperti itu.
"Eommaa...."
Suara tidak asing tersebut seketika menggema. Jira yang sebelumnya ingin meraih Sisir untuk merapihkan rambut yang tergerai, mendadak berhenti. Dan menoleh segera pada sumber suara yang ia dengar. Terlihat jelas, Dari ambang pintu, Laki laki yang tubuh nya tidak sampai mengenai Knop pintu besar kamar utama itu mengerucutkan bibirnya seketika. Membuat Jira juga turut menyerngit bingung.
Park Jino.
Dia mendekat perlahan, sedikit terlihat ragu ragu tetapi berhasil berdiri didepan Jira yang masih duduk dikursi. Seketika, mereka terdiam sejenak. Mungkin Jira sengaja melakukan itu, Membiarkan si sulung untuk bisa membuka suara terlebih dahulu, menjelaskan maksud kedatangannya kemari. Karena Ini bukan terlihat seperti Park Jino, dia tidak biasa datang ke kamar utama. Alasan pentingnya memang larangan dari Jimin namun selain itu, Jino terlalu gengsi jika harus datang ke kamar Jimin dan Jira.
Mungkin, melihat Adiknya. Park Jina lebih sering datang menemui Jira dimalam hari. Entah ingin dipeluk, meminta sesuatu, atau apapun yang dilakukan Putri Jimin tersebut untuk memenuhi kemanjaannya. Dan Jino... Membenci itu. Dia sama sekali tidak tertarik dengan hal yang berbau kekanak-kanakan. Melupakan usianya yang bahkan belum genap 8 tahun sekarang, beberapa bulan lagi.
Jira tersenyum, mengusap lembut Puncak Kepala Jino dengan gemas. Menghapuskan kecanggungan diantara mereka. Dengan kondisi, Jino yang masih ingin kemauan nya terkabul.. Dan Jira yang enggan untuk mengabulkan hal tersebut. Kira kira seperti itu.
"Eomma... Biar aku yang mengikat rambut mu sekarang." Lirih Jino dengan menggemaskan, beralih berdiri dibelakang badan Jira yang masih terduduk. Melihat Jelas, Rambut panjang Jira yang tergurai dengan rapih tanpa tau harus diapakan. Dan jangan lupa, Jino yang sudah memegang sebuah ikat rambut cantik, entah datang dari mana.
Jira mengulas senyum, Mungkin merasa terhibur dengan aksi Jino sekarang. Karena dia tau, Jino tidak tau apapun tentang ikat mengikat rambut. Memegang nya saja tidak pernah.
"Jino..."
"Eomma senang, bukan? Jika diikatkan rambutnya. Appa yang mengatakan itu," Serunya yang sudah siap menggapai rambut Jira. Mengumpulkan nya dalam satu genggaman dan bersiap untuk mengikat, "Ara Nuna mengajarkan sedikit padaku. Persentase nya 50 persen, Diantara sulit dan mudah."
"Apa itu sangat sulit bagimu?, Ini hanya sebatas ikat mengikat, Park Jino."
"Lebih sulit dari rumus Pythagoras."
"Jino-yaa, Kau-"
"Sudah selesai..." Ucapan Jino memotong. Dia tersenyum saat ikatan buatannya telah selesai dilakukan. Walau tidak sempurna, Bahkan rambut Jira pun masih belum sepenuhnya terikat. Namun untuk seorang Jino, ini adalah pencapaian yang luar biasa. Jira harus mengapresiasi kan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth • Pjm
FanfictionSequel Of Mafia Pjm. [On-Going] Ini adalah tahun kesembilan, untuk keluarga kecil 'Park Jimin' setelah mendapatkan sebuah kebahagiaan nya bersama sang buah hati mereka. Jimin benar-benar menjadi Seorang Ayah untuk anak anaknya. Membahagiakan Jira s...