"Aku harus kembali ke Pulau secepatnya. Akan sangat mencurigakan jika aku terlalu lama berada di sini."
Sementara itu, Seokjin mencoba untuk memproyeksikan rasa takutnya saat dia berkata, "Kenapa kau melakukan ini padaku?"
Si penculik terkekeh. "Karena kekasihmu sangat kaya, dan tentu saja dia akan membayar berapa pun jumlah uang tebusan yang diminta untuk mendapatkanmu kembali."
"Kau... membiusku."
"Aku?" Lantai kayu itu berderit ketika si penculik melangkah mendekati Seokjin.
Mendekatlah. Mendekatlah sedikit lagi. Sayang sekali, Seokjin tidak memakai kalung yang menjadi senjata rahasianya. Tapi meskipun begitu, dia lebih dari siap untuk memukul bajingan itu dengan kedua tangannya.
"Kau melakukannya. Dan..." Seokjin mengamati si penculik. "Kau tidak melakukan semua ini sendirian."
"Ternyata kau sangat berisik, ya." Lelaki itu menyeringai. "Tapi, ya, kau benar. Aku tidak melakukan semua ini sendirian."
Seokjin merasa ada yang salah dengan semua ini. "Kau... membiarkanku melihat wajahmu." Bisik Seokjin. Dan itu adalah pertanda yang buruk.
Senyuman di wajah si penculik semakin mengembang.
Sementara jantung Seokjin berdegup dengan kencang. "Kau tidak akan melepaskanku, bukan?"
"Tepat sekali. Aku tidak akan mengembalikanmu pada suamimu meskipun dia telah membayarkan uang tebusannya." Si penculik menggedikkan bahu. "Dia akan memberikanku tiga juta dolar, dan kemudian penawar kedua akan membayarnya juga. Ternyata, harga permintaan terhadap dirimu sangat tinggi."
"Apa?" Penawar kedua? Itu tidak ada dalam file kasus sebelumnya. "Apa maksudmu dengan penawar kedua?"
"Jangan khawatir, kau akan segera mengetahuinya."
Degup jantung Seokjin semakin cepat berpacu di dalam dadanya.
"Dia ingin menikmati waktunya untuk menghabisimu. Sepertinya dia sangat marah kepadamu. Dia ingin membunuhmu. Jadi, tidak masalah jika kau melihat wajahku. Lagi pula, kau tidak akan punya kesempatan untuk memberitahu siapa pun tentang aku. Karena tak lama lagi, kau akan mati."
.
.
.
"Aku membutuhkan telepon, sekarang juga!" Bentak Namjoon seraya menghantamkan tinjunya ke meja Erlan. "Kekasihku diculik─diculik! Dan aku harus mendapatkannya kembali! Aku harus─"
"Tuan!" Erlan meraih lengan Namjoon dan menyeret pemuda itu ke pintu terdekat yang bertuliskan STAFF. Erlan menarik Namjoon masuk ke dalam, menutup pintu itu dan menguncinya. "Aku mengerti anda stress, tetapi anda harus tenang. Dalam situasi seperti ini, anda tidak seharusnya panik."
Mendengar kata-kata itu, Namjoon ternganga dan menatap Erlan seolah-olah pemuda itu gila. "Situasi seperti ini? Kau bertindak seolah-olah hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya!"
Erlan memalingkan wajahnya.
"Berengsek. Ini pernah terjadi sebelumnya. Pulau ini benar-benar lubang neraka!"
Erlan berdeham, "Aku memiliki ponsel yang bisa anda gunakan. Tamu tidak diperbolehkan untuk membawa ponsel. Tetapi kami memilikinya di sini untuk staff dengan jabatan yang tinggi. Anda bisa menghubungi pihak bank. Dan anda bisa mengatur uang yang anda butuhkan─"
Bajingan ini memang tidak punya hati.
Erlan terus mengoceh tentang mempersiapkan uang tebusan itu. Bawa uang itu ke pulau ini dan─
KAMU SEDANG MEMBACA
Secreto | NamJin ✓
Aksi"Selamat," Daniel tersenyum lebar kepada Namjoon dan juga Seokjin. "Akhirnya kalian menikah."