8. Semua Tergantung Niat

18.5K 2.7K 34
                                    

"Kamu udah sampai di kantornya kan?"

"Udah, Shal. Ini aku udah di parkiran tinggal masuk."

"Nanti kamu tanya aja sama bagian resepsionis. Jangan malu bertanya biar nggak tersesat di jalan." Panji terkekeh sambil mengangguk meski tidak akan dilihat Shalika.

"Iya, Shal." Jawab laki-laki itu kemudian. Sejak tadi di jalan, Shalika sudah mengirimi banyak pesan, takut jika Panji kebingungan.

"Nanti kalo udah selesai ngobrol sama kak Arfan kabarin ya."

"Iya, udah sana kamu balik kerja, aku aman kok." Tutur Panji tidak ingin mengganggu jam kerja perempuan itu.

"Oke deh, good luck!"

"Makasih ya." Ucap Panji seiring terputusnya sambungan telepon.

Panji memasukkan ponselnya ke dalam saku, setelah memastikan motornya terparkir dengan baik, dia segera beranjak ke dalam kantor.

Pagi tadi, Shalika sudah mengirim alamat kantor Arfan, perempuan itu juga membuatkan janji pertemuan mereka.

"Permisi mbak,"

"Iya, ada yang bisa dibantu mas?"

"Bisa bertemu dengan pak Arfan?"

"Oh, dengan mas Panji ya?" Panji sontak mengangguk.

"Silahkan mas, ruangan pak Arfan di sebelah ruangan ini. Nanti tinggal belok kanan saja." Jelas bagian resepsionis.

"Oh, baik mbak, terima kasih."

Panji sedikit gugup saat berdiri di depan pintu besar ruangan Arfan.

Laki-laki itu mengetuk pintu pelan dan membuka sedikit hingga laki-laki di dalam ruangan mempersilahkan masuk.

"Panji ya?" Tanya Arfan sembari berdiri dari kursinya.

"Iya, pak." Jawab Panji canggung lalu berjalan pelan mendekati meja kebesaran Arfan.

"Silahkan duduk," Laki-laki itu mempersilahkan dengan ramah.

"Terima kasih pak."

"Nggak usah formal-formal gitu, panggil aja Arfan atau kak Arfan." Ujar Arfan dengan hangat.

"Kak Arfan aja ya." Ulang Panji dengan ragu.

"Oke." Panji sedikit bernafas lega, perkenalan pertama sukses. Tidak seperti yang laki-laki itu bayangkan. Arfan tidak seseram yang ada di pikirannya.

"Pertama, aku mau mengucapkan terimakasih, karna kak Arfan bersedia meminjamkan rumah untuk tempat tinggalku sementara waktu."

"Nggak masalah Nji, lagian rumah itu sudah lama kosong. Aku malah bersyukur ada yang mau menempati, minimal ada yang bantu membersihkan." Ujar Arfan diselingi tawa.

"Aku pasti jaga rumah itu kok kak," Ujarnya meyakinkan.

"Iya, aku percaya." Arfan mengangguk pelan.

"Pasti Shalika udah jelasin kenapa aku minta kamu datang ke sini kan?"

"Iya kak."

Arfan menghela nafas sejenak sembari membereskan berkas-berkas di depannya.

"Aku ada tawaran kerja buat kamu, itu juga kalo kamu bersedia, kalo enggak ya nggak masalah." Ujarnya kemudian.

"Kira-kira kerjaan seperti apa kak?"

"Aku seorang kontraktor, beberapa waktu belakangan ini banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan yang sedang melakukan pembangunan, untuk dibantu dalam membuat rancangan kontruksi sesuai kebutuhan mereka."

Not a Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang