Yoonbin menyambut Minhee dengan senyum hangatnya ketika bocah Kang itu memasuki ruang kerjanya. Tadi pagi, Minhee memang menghubunginya dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu—dengan tujuan yang sebenarnya masih Yoonbin bingungkan.
Sedangkan si manis yang baru saja memasuki ruang kerja sang kakak hanya membalas senyuman sang kakak sebelum pergi dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
“Tumben mau ketemu? Kemarin-kemarin sibuk sama Yunseong mulu.”
Yoonbin lalu membuka pertanyaan saat Minhee sudah duduk dan ia sendiri beranjak dari duduknya untuk menghampiri si manis. Minhee sendiri tidak langsung menjawab dan memilih untuk menunggu hingga Yoonbin duduk di depannya—baru ia mengatakan apa maksudnya meminta bertemu dengan sang kakak.
“Aku mau minta tolong sama kakak.”
“Minta tolong apa?” Ada sedikit kerutan di kening Yoonbin saat mengajukan pertanyaan itu pada sang adik. “Tentang Yunseong?”
Tapi, Minhee menggeleng sebagai jawaban. “Aku mau minta kakak bantu aku nyari orang itu.”
“Orang itu?”
“Orang yang sekarang posisinya aku tempatin.”
“Kamu masih cari dia?”
Bukan jawaban yang Minhee dapat setelah mengatakan apa tujuannya bertemu Yoonbin saat ini, tapi kakak sepupunya itu terlihat heran dengan kenyataan bahwa ia masih mencari orang itu—bahkan setelah banyak tahun berlalu.
“Masih.”
“Tapi kamu gak pernah ketemu sama dia sampe sekarang. Ini udah lama banget loh, Hee.”
“Tapi aku juga gak bisa hidup kayak gini terus, kak. Aku cape, aku mau bebas.” Minhee menjawab ucapan semua ucapan Yoonbin tadi. Tatapannya pada sang kakak juga sudah menggambarkan keputusasaan. “Setiap langkah yang aku ambil selalu ada dalam bayang-bayang dia. Ujungnya aku gak bisa ngelakuin apa aja yang aku mau. Aku gak bisa kayak gini terus, kak. Ini hidupku. Kenapa aku harus hidup dalam bayang-bayang orang lain?”
“Bukan salah kamu. Dia yang pergi sendiri, Hee.”
“Tapi karna siapa dia pergi? Dia pergi karna ayah sama bunda, jadi dia harus balik. Dia gak pergi sendiri gitu aja.”
Jeda sesaat, Yoonbin masih menatap Minhee. Hingga pada detik kesekian, ia akhirnya menghela napas dan mengangguk kecil.
“Oke, kakak bantuin kamu.” Diam sesaat lagi, kekasih Jihoon itu lalu mengajukan sebuah pertanyaan—yang untuk pertama kalinya—membuat sebuah senyum paling tanpa beban menghiasi wajah Minhee lagi. “Tapi, setelah dia balik, kamu mau apa?”
“Aku mau pulang....”
“....dan ngejar kak Yunseong.”
“Lo beneran gak lagi sibuk kan ini?”
“Kenapa emangnya?”
“Minhee bilang dia lagi liburan, jadi pasti kerjaannya numpuk di lo.”
Ucapan Yunseong setelah itu sukses membuat sepupunya mengalihkan tatapannya dari piring di hadapannya untuk menatap lelaki Hwang itu. Dua detik kemudian, ia berdecak sebelum benar-benar hanya menatap Yunseong.
“Dia ngasih tahu lo? Udah sedekat apa kalian?”
Tapi, Yunseong mengendik—tidak memberikan jawaban yang pasti. “Menurut lo udah sedekat apa kalo dia udah berani minta cium dan gue bisa kasih itu?”
“Lo? Anjir, gila lo.”
“Siapa peduli? Dia yang minta ya gue kasih. Lagian, siapa juga yang bisa nolak kalo dia yang minta gituan?”
“Lo serius dia yang minta?”
“Gue keliatan lagi bohong gitu?”
Pertanyaan balik yang Yunseong ajukan sukses membuat sang adik melongoh tak percaya. Diam beberapa saat hingga ia menanggapi ucapan Yunseong. “Seumur-umur gue kenal dia, gue gak pernah tahu kalo dia sampe bisa minta yang kayak gitu ke lo.”
“Lo pernah pisah sama dia. Bisa aja dia udah berubah, kan?”
“Tapi gak, bang. Gue gak liat ada yang berubah dari dia. Dia masih sama kayak yang terakhir kali gue liat.”
“Jadi?”
“Dia pasti beneran suka sama lo.”
“Ya, bagus dong. Emang itu yang gue mau.”
“Lo beneran mau sama dia?”
Yunseong tidak memberikan jawaban yang pasti. Ia hanya menatap sepupunya itu dengan tatapan datar. Benar-benar tidak mengeluarkan satu suarapun hingga sepupunya itu akhirnya menghela napas dan mengangguk.
“Oke, gue paham maksud lo.” Kembali mengambil jeda, sepupu Yunseong itu memilih untuk menatap keluar cafe sebelum kembali menatap Yunseong. “Tapi bang, ada satu yang harus lo tahu tentang dia.”
“Apa?”
“Dia kalo udah mau sesuatu, bakal berubah jadi anak paling ambis.” Yunseong masih diam dan sepupunya itu memilih untuk melanjutkan ucapannya dengan sebuah cerita. “Dia bukan anak yang pintar banget, yang bisa ngerjain apapun tanpa banyak mikir. Tapi karna orang tuanya, dia berubah jadi anak ambis. Dia selalu bilang sama gue kalo dia harus jadi nomor satu buat dapat perhatian orang tuanya. Katanya, dia suka perhatian orang tua. Kalo dia suka sama lo, dia mau lo, dia bisa juga jadi orang ambis buat dapatin lo.”
“Gue gak peduli.”
Jawaban Yunseong setelahnya sukses membuat sepupunya diam sesaat sebelum mengangguk pelan.
“Oke. Gue cukup tahu gimana hidup lo setelah kejadian itu. Jadi, gue gak akan larang-larang lo.”
“Dan ingat satu hal, jangan sampe dia tahu.”
Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys be Ambitious || HwangMini
FanficAwalnya, hidup keduanya terlampau biasa saja, terlalu datar dan hanya berjalan apa adanya. Tapi tidak lagi setelah mereka bertemu. Karena setelah hari itu, ada ambisi rahasia di diri masing-masing, membuat hidup yang awalnya biasa-biasa saja, menjad...