Aku tidak percaya aku benar-benar datang ke rumah Rajendra Johardjo. Aku datang sore hari setelah pulang kerja. Sebenarnya tadi Lintang menjemputku, tapi aku menolak dan berdusta padanya jika aku akan datang ke tempat ini. Sekarang bagaimana aku bisa masuk ke rumah besar itu. Ayolah jarak pintu gerbang dan rumah itu cukup jauh. Aku berteriak sampai berbusa pun aku yakin tak ada yang mendengarku.Aku melirik pos satpam yang berada tak jauh dariku. Tak ada satupun penjaga yang ada di dalam pos. Rumah sebesar ini sekuritinya kemana? Gak takut di satroni maling apa? Aku tak punya nomor telpon Rajendra lagi.
"Mbak mau cari siapa?" celetuk seorang perempuan dari balik pintu gerbang.
"Em ini benar rumah Rajendra Johardjo?" tanyaku dengan sopan.
"Iya, benar," balasnya segera membuka pintu gerbang.
"Saya mau ketemu dia, ada?" ujarku.
"Mbak sudah ada janji sama Tuan?" tanyanya.
"Udah,"
"Mbak namanya siapa?" katanyanya mengecek sesuatu di ponselnya.
"Akselia."
"Owh, Mbak Akselia? Silahkan masuk sudah ditunggu dari pagi sama Tuan, Nyonya dan Tuan Besar," katanya dengan antusias, lalu ia segera berlari ke arah gerbang dan membukakan pintu gerbang untukku.
Sebentar, ada yang aneh tidak? Kenapa jadi Tuan, Nyonya dan Tuan Besar? Bukannya janjinya hanya dengan Rajendra, kenapa seperti terdengar satu keluarga menungguku? Aku berjalan di belakang wanita yang sepertinya akan mengantarku ke Rajendra.
"Maaf ya Mbak, tadi sekuritinya lagi ke kamar mandi, agak lama ya?" kata wanita itu.
"Nggak papa," balasku santai. Wanita itu tersenyum, lalu kembali melanjutkan jalannya.
Kami sampai di pintu utama rumah besar nan mewah di hadapanku. Tuhan, aku sungguh menyesali perbuatanku yang berurusan dengan keluarga Johardjo ini tapi aku juga tidak bisa menolak uang di situasi seperti itu, jadi tolong lancarkan urusanku. Wanita itu membuka pintu, semakin aku masuk mengikuti wanita itu, rasanya napasku semakin sesak, tenang Aksel, everything is ok. Wanita itu menyuruhku di duduk di sofa ruang tamu, aku membenarkan penampilan. Tak lama setelah wanita tadi masuk beberapa orang mulai muncul dari dalam rumah. Tentu saja, dengan Rajendra bersama mereka.
"Je, kamu yakin dia gadis yang buat tunanganmu batal? Kamu tidak menyewa anak gadis orang untuk menutupi kesalahan kamu kan?" celetuk seorang wanita tua yang nampak cantik meski beberapa kerutan terlihat di wajahnya. Wanita itu mengambil tempat duduk di sebrang meja dan menghadapku. Rajendra menyusul duduk di samping kirinya, lalu seorang pria tua duduk di sisi kanan wanita itu. Aku mengerti sekarang, tampaknya Rajendra berniat membuatku mengakui kesalahan di depan orang tuanya. Mereka orang tua Rajendra bukan?
"Tidak Ibu, mana mungkin saya berbohong," balas Rajendra dengan lembut. Wah, sepertinya ia hanya bersikap baik pada ibunya.
"Ibu gak tahu loh, kamu seleranya damage sugar baby begini," jawab sang ibu. Sugar baby? Siapa maksudnya, aku?
"Maksud Ibu apa?" protes Rajendra. Wanita tua berparas cantik itu mengabaikan protesan putranya lalu kembali fokus padaku saat suaminya angkat bicara.
"Baiklah, siapa namamu Nak? Saya Saroso Johardjo dan ini istri saya Verani Johardjo, mungkin kamu juga sudah menduga kami orang tua Rajendra," kenal pria tua yang berada di sebelah kanan ibu Rajendra.
"Ya, saya Akselia Navier Pak," balasku dengan cepat. Pria tua itu diam, begitupun wanita yang ada di sampingnya.
"Silahkan jelaskan apa yang terjadi malam itu? Sejujurnya saya tidak percaya kamu mabuk, saya lebih percaya kamu memang sengaja melakukannya," wah, parah. Wanita di depanku ini tidak bisa dianggap remeh. Rajendra masih bisa diajak negosiasi tapi tampaknya aku tak yakin dengan wanita tua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Damage Sugar Baby
RomanceKegilaan Safira Soraya membuat sahabatnya Akselia Navier dalam masalah besar. Akselia yang notabenenya adalah seorang gadis baik tiba-tiba menjelma menjadi kucing liar yang meresahkan untuk banyak harimau di luar sana. Tapi untungnya, keliaran itu h...