My Invisible Friend

25 3 0
                                    

Wangi khas rumah sakit dan obat-obatan sudah tidak asing untuk gadis itu. Carrol dan Carlos menatap sedih anak satu-satunya, Clara. Setelah dokter mendiagnosis ia menderita penyakit serius.

" Ma.. Pa.. Rara ga berimajinasi! Coba dengerin aku dulu.. Mama dan Papa selalu bilang gitu ".

Mereka hanya tersenyum menanggapi kata-kata Clara. Menganggapnya sebagai bualan anak kecil saja. Sesampainya dirumah pun Clara terus mengoceh. 

" Ma! Pa! Jangan bawa aku ke dokter lagi! Rara ga suka baunya.. Rara ga berimajinasi! Memang bener di belakang Eli ada perempuan cantik! Di taman bermain juga ada nenek yang suka nolongin temen-temen! ".

" Iya.. Anak Mama yang cantik sekarang tidur ya, udah malem besok sekolah ", kata Carrol sambil mencium keningnya. 

" Good night sweetie.. ", disusul dengan satu kecupan lain dari Carlos. 

" Hmph! Jangan pikir dengan begini Rara ga ngambek lagi ya! Ma! Pa! Dadah.. ".

" Sayang.. Clara makin banyak yang dia imajinasiin, kita harus gimana? Dia bahkan ga punya temen di sekolah, mereka takut sama Clara.. Aku takut bakal begini sampe dia gede ", Carrol menyandarkan kepalanya di pundak Carlos. 

" Kamu tenang aja.. Kita cari pengobatan paling bagus buat penyakit skizofrenia Clara ya ".

.

.

.

Tidak seperti hari biasanya, sekolah sedang merayakan tema halloween. Semua anak-anak memakai kostum pilihan mereka masing-masing. Clara terlihat sangat cantik seperti anak normal dengan kostum penyihir, tapi sayangnya tidak ada yang berani mendekati gadis itu karena takut padanya. 

" Hey! Kamu pembohong itu kan? ".

" Apa?! Rara bukan pembohong! ".

" Hahahaha! Kamu berbohong lagi! Dasar pembohong! ", ejek anak-anak. 

" Udah Rara bilang, Rara bukan pembohong!! ".

Clara menangis, ia berlari ke pohon besar di dekat taman bermain. 

" Huhuhu!! Aku bukan pembohong!! Kenapa mereka terus bilang Rara pembohong? ".

" Iya.. Kamu bukan pembohong ", kata seorang anak laki-laki berkulit pucat. 

" Hahaha! Kamu ceritanya jadi zombie ya? Kulit kamu putih! ".

" Mungkin? Aku juga ga tau ".

Hari-hari Clara lebih berwarna dengan hadirnya Zein. Satu-satunya teman yang dekat dengan Clara. 

" Ma! Fotoin Rara sama Zein!! ", Clara merangkul Zein, ia berpose saat Carrol mulai mengambil fotonya. " Senyum dong! Rara juga senyum, Zein harus juga ".

Teman-teman Clara melirik dengan aneh kearah gadis itu. Orang tua mereka pun bertanya-tanya ada apa dengan Clara. Carrol hanya terdiam, memotret anak nya dengan sedih.  

" Udah ya Ma! Kita mau pergii mainn! ".

" Memang nya kita mau pergi kemana Clara? ", tanya Zein.

" Ehm.. Gatau ".

" Yaudah kalo gitu ikut aku aja! ", Zein menggandeng Clara untuk lari bersamanya ke bukit di pinggir kota.

" Sebentar! Ah! Topiku! ", Clara berlari mengejar topinya, semakin masuk kedalam bukit. " Yah… Kaya nya masuk ke dalem! ".

Ada sebuah jaring pembatas yang sangat tinggi, sayang nya itu membuat Clara tidak melihat bahwa ada peringatan bahaya.

" Ya.. Masuk aja, itu ada lubang di jaring pembatasnya kok ", kata Zein dengan santainya.

" Oh ya! Ada lubang! Ayo masuk ".

Clara berlari mencari topi kesana kemari, tapi tidak menemukan nya.

" Kamu capek? Sini duduk ", Zein duduk di bawah pohon besar.

" Tapi kalo kita dimarahin sama tukang kebun nya gimana? ".

" Gapapa.. Ini taman yang udah tutup kok, ga ada yang pernah kesini ".

" Woahh! Taman nya bagus banget, tapi mulai gelap.. ".

" Mau permen puzzel? ", Zein menawarkan dua permen.

" Makasih! Eh! Ada tulisan nya! ".

I Found You

" Iya.. Yang aku juga ", Zein menunjukkan kertas permen nya.

You Found Me

Ngantuk.. Aku ngantuk banget. Clara mulai tertidur, seharian terasa seperti mimpi buruk bagi gadis itu.

" Claraa!!! Clara!! Anak Mama!! Kamu dimana?!! ", rombongan polisi bersama Carrol dan Carlos mencari Clara yang hilang sejak siang kemarin. Ia sudah masuk kedalam daftar anak hilang di kota itu.

" Ini topi Clara kemarin siang! ".

Mereka mulai berjalan ke dalam bukit, betapa terkejutnya mereka saat menemukan Clara tertidur dibawah pohon besar bersama seorang anak lelaki yang kulitnya putih pucat dan bau.

" Clara!! Sayang!!! Mama sama Papa khawatir sama kamu.. Untunglah kamu udah ketemu! Kenapa bisa sampai sini?! ".

" Nghh.. Aku ikutin Zein kesini, kita juga makan permen bareng ".

Polisi-polisi itu mulai berbisik-bisik. Sambil mencoret foto Clara dan foto seorang anak lelaki dari daftar hilang.

" Kenapa ya Pa? Ada masalah? Maaf kita merepotkan.. Ternyata Clara hanya bermain di bukit ", tanya Carlos.

" Bukan begitu Pa, Bu.. Tapi anak laki-laki yang ada dibawah pohon itu adalah anak yang dilaporkan hilang dua bulan lalu, tubuhnya juga mulai membusuk... Namanya Zein ".

" A-Apa?! Clara! Jadi Zein yang selama ini bersama kamu.. Anak laki-laki itu? ", tanya Carrol yang diikuti oleh anggukan.

" Kita pulang ya.. Aduh kamu ini nakal banget! Anak Papa ya? ", ejek Carrol di perjalanan pulang.

" Giliran jelek dibilang anak Papa ya? ".

" Ma! Pa! Rara gamau ke dokter lagi ya! Rara itu ga berimajinasi! Rara jujur! ".

Carrol dan Carlos bertukar pandang, mereka mulai tersenyum pada Clara.

" Iya sayang.. Kamu bukan Skizofrenia ya ternyata, kamu anak Mama sama Papa yang spesial ".

" Clara, sekarang kamu tidak akan dianggap pembohong lagi.. Terimakasih " - Zein.

* * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Invisible FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang