Dalam keadaan Dave yang harus kembali menstabilkan perusahaan, itu berhasil membuatnya kadang tidak pulang. Kadang pulang hanya untuk menemani Kyra dan Jamie makan siang, kadang pulang tepat waktu, namun tidak jarang juga bagi Dave untuk pulang tengah malam.
Alex sudah bekerja kembali di perusahaan Dave tapi tidak dengan Niken. Kalau NIken sih lebih memilih membantu orang tuanya karena siapa lagi yang akan melakukan itu kalau bukan dia?
Mengenai apa yang menjadi keputusan Hana atas Gilang, tentu saja Alex dan Niken sudah tahu. Tapi mereka lebih memilih menghargai Dave dan Hana dengan membiarkan mereka mengatasi hal ini karena Alex dan Niken merasa tidak punya porsi untuk mendukung salah satu pihak. Meski nyatanya Alex dan Niken sudah terlalu geram dengan apa yang Gilang lakukan dan menginginkan Gilang mendekam selamanaya dalam penjara.
Tapi hari ini Hana memaksakan diri untuk berani menelepon Gilang. Nomor lamanya tidak aktif, jadi Hana memohon Niken untuk membantunya mencarikan nomor yang bisa Hana hubungi untuk bicara dengan Gilang.
Sudah pasti Hana perlu memohon dan menjanjikan beberapa hal kepada Niken karena mereka berdua tahu pasti konsekuensi apa yang didapat kalau-kalau Dave sampai tahu. Walaupun akan tahu juga sih nantinya. Tapi Hana tetap tidak bisa melupakan idenya.
Tepat ketika Hana mendapatkan forward message dari Niken yang akhirnya mendapatkan nomor telepon asisten pribadi Gilang, Hana menelepon ke nomor tujuan tanpa membutuhkan waktu untuk berpikir lagi. Ia tidak mau kalau nanti tiba-tiba ketakutannya muncul saat terlalu lama berpikir.
"Halo? Saya Hana. Bisa tolong sambungkan kepada Gilang?" kata Hana to the point. "Tolong tanyakan dulu, kalo Gilang gak mau bicara sama saya ok saya akan tutup teleponnya." Hana masih mencoba membunjuk.
Dalam hati dia berharap-harap cemas smeoga Gilang mau bicara kepadanya. Ia bisa mendengar bermacam-macam suara dari latar belakang sambungan di seberang sana.
"Kenapa Hana?" jawab Gilang akhirnya.
Hana menghela napas lega tanpa sadar. "Apa kabar Gilang?"
"Let's cut the crap, ada apa?" Gilang masih berintonasi datar meski dia mengeluarkan kalimat yang tidak ramah.
"Sorry for shot you that day."
Agak lama hingga ada jawaban. "Ok."
"We're not being recorded. Aku beneran mau ngomong itu dan.." Ada jeda yang ingin Hana ambil karena bagaimanapun ia melakukan ini tanpa sepengathuan suaminya. "Sorry kalo keluarga kami tetap melayangkan gugatan. I tried my best to stop this."
"Gak apa. Gak usah."
"Tapi aku tetep akan coba meminimalisir yang bisa aku minimalisir." Ucap Hana bersikeras.
"Gak usah. Ini udah cukup aneh untuk kamu hubungi aku just to say sorry for shot me. Aku gak akan layangkan banding atau kasasi atau pembelaan apapun karena kamu udah nembak aku. Kamu bisa tenang."
"Engga jangan gitu. Please keep fight for yourself."
Gilang berdecih. "Then I'll hurt your family someday."
"You won't."
"Tahu dari mana?" Gilang bertanya layaknya menantang.
"I just knew that you won't."
"Gak akan ada jaminan untuk itu."
Hana menghela napas. "Sekarang saatnya untuk kamu menata kembali hidup kamu."
"Kamu gak tahu what my family does to me. Kamu gak perlu untuk jadi satu-satunya orang yang bela aku. You really disgust me."
"Take care Gilang. Dan plese, keep fight for yourself. Kalau saatnya kita semua nanti bertemu lagi, aku harap kita semua akan berada dalam keadaan dan hubungan yang lebih baik." Dan Hana menutup sambungan mereka.
Hana menghela napas lagi lalu menenggelamkan kepalanya diatas paha. Dalam hati ia berdoa bahwa inilah keputusan yang tepat untuk ia lakukan saat ini. menggapai tas yang berada diatas tempat tidur, lantas Hana pergi keluar kamarnya dan segera masuk ke mobil.
Setelah membuat pertimbangan selama hampir tiga hari, Hana kini tidak bisa lagi untuk keras kepala pada pikirannya. Ia dihadapkan dua pilihan untuk maju atau untuk mundur. Ia tentu tidak bisa mundur dari keluarga yang ia miliki sekarang. Jadi ketika ia telah sampai di kantor Dave, Hana lantas masuk begitu saja ke dalam ruangan Dave setelah menyapa asistennya di depan ruangan.
Dave tentu sedang melakukan deal dengan perusahaan lain untuk menstabilkan perusahaannya kembali. Sekarang tidak ada yang lebih penting baginya dari perusahaan dan pemidanaan Gilang.
Karena Hana merasa bahwa hal ini harus cepat diselesaikan, maka ia meminta Mamanya untuk menjemput anak-anak kali ini. Hana tidak bisa menunda apapun. Kalau ini yang suaminya pikir adalah hal baik, maka Hana akan mencoba menerimanya dan berjalan disamping suaminya sekuat tenaga.
"Hana? Kamu ngapain kesini?" kata Dave begitu ia menutup pintu ruangannya lalu menyampirkan jasnya pada gantungan dekat meja kerjanya. Tidak ada intensi untuk segera duduk di kursinya, Dave malah mendatangi Hana yang duduk di sofa tamu sebelum akhirnya badan Dave menegang karena serangan pelukan yang tiba-tiba. "You ok? Ada apa?" tanya Dave mulai khawatir.
"Let's do this in your way." Ucap Hana tanpa tedeng aling-aling.
Kening Dave berkerut karena kebingungan dengan apa yang Hana maksud. "Apanya?"
Pelukan Hana makin mengencang sebelum akhirnya menjawab. "Gilang."
Keduanya berada dalam keheningan selama beberapa menit. Baik Hana maupun Dave sama-sama tidak tahu mau bicara apalagi. Tapi kemudian Dave membalas pelukan Hana karena ia tahu hal ini berat untuknya.
"Could you please spend time just the four of us nanti setelah kerja? Karena mulai besok akan gak mudah buat kita semua." Hana mulai bicara memecah kesunyian.
Dave mengambil Hana untuk ia pangku diatas sofa. Mereka masih mempertahankan pelukan seraya Dave berkata, "I can go home now."
Namun Hana hanya diam saja tanpa berniat meregangkan pelukannya sedikitpun. Inilah yang harus dipertaruhkan jika ingin mempertahankan harta dan tahta. Hana bukan mau menyalahkan siapapun, Hana tahu Dave melakukan ini juga untuk kemaslahatan orang banyak. Untuk seluruh kemakmuran karyawan dan orang-orang yang telah mereka percaya.
"Janji sama aku, apapun yang bakal kamu lakukan ke siapapun, niat kamu untuk membela diri. Bukan untuk balas dendam, ok? Aku gak mau kita menginjak orang agar bisa berdiri tinggi."
"Ya Tuhan.. Who am I married with?" ucap Dave pelan.
Walau pertanyaan Dave tidak masuk diakal karena sudah jelas-jelas mereka berdua tahu siapa, tapi Hana tetap menjawabnya. "Me?"
"I think I'm married with an angel." Dave mengelus puncak kepala Hana. "Kenapa kamu masih bisa sebaik ini?"
"Everyone has their own battle that we know nothing about." Kata Hana singkat.
"Bagaimana kamu bisa yakin Gilang akan berhenti disini?" tanya Dave lagi.
Sejujurnya Hana juga menanyakan hal yang sama kepada dirinya sendiri. Ia juga masih meragukan dirinya mengenai alasan ini. Tapi disini hatinya lebih merasa benar. Meski banyak pertanyaan dan keraguan, Hana tahu bahwa Langkah ini benar. Maka Hana mulai menyuarakan apa yang ia kemelutkan, "Gilang sedikit banyak punya masa lalu yang mirip kayak kamu. Both of you punya masa muda yang gak seperti anak lainnya. Kalian punya banyak tuntutan karena nama kalian. Kamu masih ingetkan, ketakutan paling terbesar aku yaitu kalo sampe Kyra dan Jamie gak happy? Langkah Gilang yang bisa sejauh kemarin bener-bener bikin aku takut kalo Kyra dan Jamie bisa aja jadi seperti dia karena nama belakang mereka yang begitu penuh tanggung jawab. I don't blame anyone, aku juga gak nyesel sama keluarga yang udah kupunya, tapi rasanya ketakutanku makin nyata, Dave. Ini kenapa juga aku gak mau kamu terlalu menyelam sama pekerjaan kamu. Kamu punya kehidupan lain yang boleh kamu jalanin. Kamu punya hobimu sendiri yang boleh kamu jalanin, kamu punya keluarga yang dukung kamu selalu. Aku juga takut Gilang akan berbuat lebih lagi, tapi aku harus percaya sama dia kalo dia gak akan seperti itu. kita akan sama jahatnya kalo kita gak bisa percaya sama dia."
GImana kesannya lihat Hana-Dave mulai akur? ok ya, mulai jadi laki idaman lagi, ya?
terimasih sudah vote🖤🖤
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...