lagu untuk diputar
the street you left
oleh liver and gallbladder
where is my dream
oleh jung kyung hoHembusan napas saya terlalu kencang, telinga saya sakit saat mendengarnya. Jantung saya tersembunyi di sebalik dada, berdentum keras, kelewat kencang, saya takut ia akan meledak, membuat tubuh saya terbagi menjadi potongan-potongan kecil menyedihkan. Telinga saya mulai berdenging nyeri saat kepala saya berdenyut hebat. Oh, Tuhan, saya ingin semua ini berhenti.
Saya berhenti sejenak, tanpa sadar wajah saya telah basah akibat keringat bercampur tangis. Saya kembali berlari, membiarkan kulit telapak kaki saya menghantam aspal dingin dengan kencang, menggubah bunyi nyaring di tengah malam senyap. Hembusan bayu yang dingin berusaha keras menarik saya ke dalam pelukannya. Air dari hidung meleleh, tercecap oleh lidah, menjijikan, tapi saya tidak peduli. Kaki saya sakit, begitu pula seluruh tubuh saya, tapi saya tidak peduli. Yang saya pedulikan saat ini hanya satu : saya takut dan saya harus lari.
Malam ini terlalu sunyi, saya berharap ada sekelompok orang yang berkumpul di sudut jalan, menoleh saat melihat saya berlari seperti kesetanan lalu menghentikan saya, menanyakan keadaan saya. Akan saya jawab dengan lantang, saya tidak baik-baik saja, ayah saya memukuli saya di rumah. Saya sedang melarikan diri. Tolong saya. Selamatkan saya.
Tapi itu hanya imaji bodoh yang berpendar tipis di kepala. Tak ada orang, tak ada pertolongan. Hanya ada saya sendiri, dan saya tidak bisa menyelamatkan diri saya. Saya sudah lelah bertahan. Jalan raya terbentang di hadapan saya, masih tidak ada orang. Lampu lalu lintas menyala hijau, seakan meyakinkan saya, "Ya, kamu benar. Kamu sudah terlalu lelah dan tidak bisa menahannya lagi."
Saya berhenti. Kali ini tidak hanya sejenak, saya berhenti cukup lama. Berhenti hanya untuk kian menyadari, betapa sunyinya malam ini, para jangkrik mungkin berhibernasi. Manusia-manusia lain mungkin sedang berpeluk mesra dengan guling saat si kasur empuk dengan setia menopang tubuh. Pemabuk yang suka memukuli anaknya sendiri itu kemungkinan besar sedang meneguk habis minuman beralkoholnya. Botol demi botol, mereguknya sampai tak tersisa satu mili liter pun dalam botol.
Saya mendongakkan kepala, mencari bintang. Menatap sampai mata saya perih dan mengeluarkan air, para kartika tak ada di tempatnya malam ini. Mungkin ada, mungkin kabut tipis sedang menutupinya. Saya mengedipkan mata saya, kali ini mencari keberadaan bulan. Sang candra ada di atas sana, tampak tak kalah kesepian dari saya, semburat temaramnya membuat saya sedih. Rembulan malam ini sama lemahnya dengan saya. Saya terus menatap langit, berusaha mencari alasan untuk bertahan. Mencari hal indah yang mungkin saja meminta saya untuk terus bernapas agar ia bisa memamerkan kecantikannya pada saya lebih lama. Tapi tidak ada. Semesta seolah lupa akan kehadiran gadis remaja yang hilang arah ini. Di malam yang kelam ini, saya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
old man
Short StoryPertemuan kami malam itu terlalu berharga untuk dilupakan, terlalu membekas.