Ruas-ruas jalan di desa mulai dipadati oleh orang-orang yang berlalu lalang. Udara segar terasa memenuhi paru-paru. Suasana yang begitu damai. Sangat jarang terjadi semenjak mereka datang di dunia tersebut.
Keempat remaja berjubah hitam, berjalan menyusuri deretan kios. Banyak orang-orang yang melakukan jual beli, layaknya di dunia mereka. Semakin masuk ke tengah pasar, semakin padat manusia yang memenuhinya.
Irene terus memperhatikan keadaan sekitar. Namun, tak ada satupun yang mengusik penglihatan. Semua tampak damai, tanpa gangguan. Membuatnya sedikit melupakan kejadian yang dialaminya kala dini hari.
"Alat tukarnya menggunakan koin emas. Di mana kita bisa mencarinya?" tanya Irene setelah sekian lama hanya terdiam.
"Aku menemukan banyak di dalam laci meja yang ada di loteng. Keberuntungan kah?" Rhea merogohkan tangannya kedalam jubah. Gemericik receh terdengar.
"Kamu benar. Di tempat pemukiman yang kita tempati, banyak sekali koin emas yang tersebar. Seakan-akan, pemilik sebelumnya sengaja mencecerkannya di dalam situ." Pallas menimpali.
"Tapi, terkait draugr, aku jadi yakin bahwa pemilik sebelumnya tertimpa kesialan, atau mati mengenaskan akibat keserakahan draugr tersebut," ujar Charon.
"Eh, iya. Draugr kan makhluk yang tamak. Padahal mereka hanya revenant, tapi kenapa masih suka dengan harta sih?" Rhea terkekeh pelan.
"Kalian tahu banyak tentang mitologi ya?" Pallas yang tidak mengerti, akhirnya bertanya.
"Tentu," jawab Charon dan Rhea hampir bersamaan. Namun, ketika menyadari hal tersebut, tatapan mereka berdua langsung saling beradu tajam.
"Ya, dulu aku sama sekali tidak percaya. Namun, semenjak datang ke dunia ini, pandanganku berubah. Aku yakin, kamu pasti juga begitu kan, Pallas?" Irene berkata lirih.
"Tepat. Terlebih, dunia kita kan sudah modern. Kepercayaan kuno sudah tidak berlaku lagi. Yang ku pelajari hanya teknologi dan teknologi, kemudian sains." Pallas merespons.
"Yah, sudahlah. Yang penting malam ini kita makan enak ya!" Rhea seketika bersemangat.
"Leo dan yang lainnya pergi ke sungai ya? Kemudian Cordelia dan Seren menjaga tempat tinggal. Yah, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada mereka." Irene menghela nafas.
"Tenang saja. Lagi pula, dari pagi hingga matahari tinggi, kita hanya berburu draugr di tempat yang kita gunakan tersebut. Kupikir, sisanya tidak terlalu banyak." Charon berkata tajam.
"Semoga saja begitu."
Mereka terus bergerak menembus kerumunan. Menghampiri salah satu kios yang berisi bumbu-bumbu dapur. Kemudian membeli semua bahan yang mereka perlukan.
Tak terasa, matahari mulai tergelincir dari tempat tertingginya. Sore mulai tiba. Langit kini berwarna jingga menenangkan. Hembusan angin khas pegunungan, menerpa tempat tersebut. Menerbangkan sebagian kecil dedaunan.
Keempat remaja itu telah beranjak keluar dari pasar yang entah mengapa semakin gelap keadaan, pasar tersebut semakin ramai pengunjung. Namun, pandangan mereka seketika tertuju pada seseorang dengan jubah hitam panjang yang menutupi seluruh tubuh. Bagian kepala orang tersebut juga tertutup oleh tudung terusan dari jubahnya.
Orang tersebut duduk di sudut pasar yang sepi, jauh dari keramaian para pengunjung. Sebenarnya, tak ada yang menarik dari sosok tersebut. Hanya saja, aura yang dikeluarkan darinya terasa sangat berbeda.
Perlahan, mereka mulai bergerak mendekati tempat dimana sosok itu terduduk diam. Niat mereka sebenarnya hanya ingin kembali melewati jalan yang berada di hadapan orang tersebut. Namun, langkah mereka sontak berhenti ketika sebuah suara datang menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demonic Paradise ✔ [Complete]
RandomREPUBLISH (tapi belum direvisi hehe) Scolamaginer, merupakan akademi sihir yang mana para siswanya mendapatkan kesempatan langsung diajar oleh iblis tingkat atas. Tak seperti akademi sihir lainnya, Scolamaginer hanya akan menerima sepuluh murid di s...