10. Chika

17.3K 2.6K 36
                                    

"Udah siap?" Tanya Shalika membuat Panji mengangguk cepat.

Hari ini Shalika dan Panji berniat menjenguk istri Riza yang kebetulan melahirkan kemarin.

"Kamu bisa nyetir?"

"Iya, bisa. Semoga aja nggak kagok, udah lama nggak pegang stir mobil." Ujar Panji membuat Shalika terkekeh.

"Pelan-pelan aja." Pesannya sembari memasang sabuk pengaman.

Panji memang sudah bisa mengendarai mobil sejak duduk di bangku SMP, dulu keluarga ibu tirinya menjadikan Panji sopir pribadi di rumah. Bahkan laki-laki itu dilarang menggunakan fasilitas mobil, kecuali untuk kepentingan keluarga.

"Kamu udah bawa kado untuk anak Riza?"

"Udah, aku bawa dua. Sekalian buat kamu." Panji menatap Shalika bingung.

"Aku nggak ulang tahun Shal,"

"Bukan gitu, kado itu atas nama kamu. Nanti kita kasih ke Riza dan istrinya." Jelas Lika membuat Panji mengangguk paham.

"Aku ganti uang beli kadonya berapa?" Tanya laki-laki itu tanpa mengalihkan fokus dari jalanan.

"Udah nggak usah, santai aja."

"Oh iya, semalam beneran lembur?"

"Iya, baru selesai bikin desain tadi pagi Shal. Alhamdulillah kak Arfan puas dengan hasilnya."

"Syukurlah kalo gitu, dikasih bayaran berapa dari kak Arfan?" Canda Lika membuat Panji tersenyum kecil.

"Ada, lumayan sih. Belum aku pakai juga, kemarin aku simpan ke rekening yang pernah kamu bikinin."

"Iya, ditabung aja. Tapi kalo kamu butuh apa-apa bisa pakai uang itu untuk membeli keperluan kamu."

"Sekarang yang terpenting aku hidup dengan normal dan kerja dengan baik, Shal." Shalika tersenyum mendengar penuturan laki-laki di sampingnya. Dia menyadari kemajuan Panji begitu besar.

Tentu dia sadar, tidak mudah menjalani hidup seperti laki-laki itu.

"Ini apa?" Tanya Lika saat tidak sengaja melirik kotak kecil di tas yang Panji bawa.

"Oh, itu jam tangan. Aku sengaja beli buat Riza."

"Riza ulang tahun?" Tanya perempuan itu lagi.

"Enggak, aku cuma beli aja. Sebagai tanda terima kasih karna selama ini dia sudah baik."

"Berhubung sekarang aku udah ada uang, nggak ada salahnya membalas kebaikan dia."

"Hebat!" Ujar Lika bangga.

"Boleh lihat nggak?"

"Boleh, buka aja." Panji mempersilahkan.

"Udah cocok belum untuk orang sekelas Riza? Mungkin kalo mau sama dengan merek yang biasa dia pakai, uangku nggak akan cukup." Tutur Panji dengan nada ragu.

"Tenang aja, ini udah bagus kok. Aku yakin Riza suka."

________________


"Akhirnya kalian datang juga, gue kirain nyasar." Ujar laki-laki yang tengah berbahagia menyambut Putri pertamanya.

"Za, gue masuk ya! Nggak sabar mau ketemu anak lo." Seru Shalika semangat sembari membawa dua buah kado turun dari mobil.

"Masuk aja, itu Felicia baru selesai kasih susu."

Tanpa babibu, Shalika segera beranjak ke dalam rumah. Sedangkan Panji dan Riza memilih berhenti dulu di ruang tamu.

"Selamat ya Za, untuk kelahiran anak pertama lo." Ujar Panji sembari duduk di sofa.

Not a Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang