Chapter Satu

7K 379 78
                                    

Happy Reading💜
....................................

Sean mempunyai lima adik. Mereka bernama Alleta Zeevanya Franklin, Arghaza Alvarez Franklin, Albarado Syauqi Franklin, Aryan Bima Franklin, dan Agatha Queena Franklin. Sean sangat menyayangi adik-adiknya. Mereka selalu ada disaat ia benar-benar membutuhkan pelukan hangat. Semenjak kejadian itu, membuat Sean selalu dihantui rasa takut. Ia menjadi orang yang posessive. Semenjak kejadian itu pula, ia menjadi anak yang pendiam. Sebagai orang tua, Via dan Rafael melakukan berbagai cara agar Sean menjadi orang yang ceria. Setelah kejadian itu pula Sean selalu berminpi buruk. Ia selalu takut untuk tidur sendiri.

"Mommy..." gumam Sean dalam tidurnya.

"Jangan sakitin Mommy, Tante!"

"Jangan!"

"Jangan sakiti adiknya Sean."

"Mommy!"

Sean pun langsung bangun dari tidurnya, ia langsung terduduk. Ia memeluk lututnya ketakutan.

Ceklek....

"Sean!"

"Mommy." gumam Sean dengan lirih. Keringat dingin bercucuran diwajah tampan Sean. Via pun segera berlari menghampiri Sean. Via segera mencari obat penenang yang biasa Sean konsumsi disaat seperti ini.

"Minum dulu sayang." Sean pun menurut. Setelah meminum obat itu, Via segera mambawa Sean dalam pelukannya. Sean memeluk Mommynya dengan erat.

"Sean takut Mom. Mimpi itu selalu menghantui Sean." gumam Sean dengan lirih.

"Mommy disini sayang, jangan takut. Mommy selalu ada disamping kamu." gumam Via sambil mengusap punggung dan rambut Sean.

"Detak jantung Mommy selalu membuat Sean jadi lebih tenang." gumamnya.

"Sekarang kamu tidur lagi, Mommy akan temani kamu sampai tidur." Sean pun kembali berbaring di atas kasurnya.

"Jangan pergi Mom." Sean menggenggam erat tangan Mommynya.

"Mommy disini nak. Tidurlah." sebelah tangan Via mengusap rambut Sean. Sean memejamkan matanya, rasanya sangat menenangkan. Mommynya mampu membuat dirinya selalu merasa tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Melihat Sean sudah tertidur dengan pulas, ia pun melepaskan tangannya yang digenggam oleh Sean. Via membenarkan letak selimutnya. Ia mencium kening Sean cukup lama.

"Mommy sayang kamu nak. Dimata Mommy kamu adalah Sean kecilnya Mommy, putra kesayangan Mommy. Tuhan, tolong lindungi anak-anakku." gumam Via. Via pun mematikan lampu kamar Sean. Setelah itu ia keluar dari kamar Sean dan kembali ke kamarnya.

Via menghela napas beratnya. Ia sudah berusaha semampunya untuk mencari psikiater yang terbaik untuk kesembuhan Sean. Namun Sean belum juga sembuh. Hanya terjadi perubahan kecil saja. Via hanya bisa terus berdoa untuk anak-anaknya. Setiap malam, Via selalu menangis ketika melihat Sean bermimpi buruk. Apalagi Sean selalu susah untuk tidur karna takut bermimpi buruk. Sebagai seorang ibu, hatinya sangat sakit melihat anaknya seperti itu.

Pagi ini, Sean sudah terlihat rapi dengan balutan baju olahraganya. Ia berencana akan berolahraga mengelilingi kompleksnya.

"Mom, Sean pamit dulu mau olahraga pagi." tak lupa Sean mencium pipi dan menyalami tangan Mommynya. Via pun tersenyum dan mengangguk.

Sean Galeno [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang