Jason mengikuti mobil Hino hingga kendaraan itu masuk ke baseman sebuah apartemen mewah yang tidak jauh dari kampus mereka. Wanita cerewet di sampingnya tidak berhenti bertanya ke mana mereka pergi. Setelah melihat mobil Hino di depan mereka, pertanyaannya pun berubah.
“Ngapain kita ngikutin Hino?” tanya Nagita.
“Lho ngapain dia ke sini? Nono pindah ke sini?” tanya Nagita lagi. Gadis itu baru menyadari bahwa Hino sudah tidak tinggal di apartemen yang lama.
“Ayo. Kamu siap kan melihat kejutannya?” tanya Jason.
Jason sudah lama ingin mendengar penjelasan keluar dari mulut Hino. Sejak mereka bertemu kakaknya Nagita di mall. Waktu itu Jason langsung merasa ada yang aneh. Ia melihat Tania, kakak Nagita itu merasa gelisah. Matanya sering tidak fokus dan suaranya bergetar tanda sedang menyembunyikan sesuatu. Jason memiliki kemampuan untuk mengetahui seseorang yang sedang berbohong. Oleh sebab itu, setelah keluar dari restoran ia kembali lagi untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Dan benar, Hino berutang penjelasan kepada mereka terutama kepada Nagita.
Mereka kini berada di depan lift yang tadi dinaiki Hino. Untungnya bilik baja itu langsung menunjukkan angka sembilan lalu berhenti. Itu tandanya Hino berada di lantai sebelas.
Kini mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Jason mengetuk pintu apartemen satu per satu. Pintu terakhir yang paling ujung adalah kesempatan tarakhirnya. Tetapi memiliki tingkat kebenaran sembilan puluh delapan persen. Jason menekan bel lalu menunduk. Sedangkan Nagita yang lebih rendah tidak perlu melakukannya. Dia tidak akan tampak jika Hino melihat mereka dari lubang pengintai pintu.
Pintu dibuka oleh Hino. Lelaki itu terkejut. Saat akan menutup kembali, tangan Jason menghalanginya. Jason memegang daun pintu lalu memerintahkan Nagita masuk. Gadis itu langsung menyelinap di antara daun pintu dan tangan Jason.“Untung aku kecil,” ujarnya.
Hino tidak ada pilihan lain kecuali membiarkan Jason ikut masuk. Kini kedua tamunya sedang duduk manis di sofa ruang tamu. Nagita masih terlihat kebingungan, sedangkan Jason menatapnya dengan tajam.
Hino melihat ponselnya. Tania saat ini sedang di perjalanan naik ke apartemen mereka. Hino mengira bahwa Tania yang mengetuk pintu tadi. Karena mungkin saja karena mengetahui bahwa Hino sudah pulang, Tania tidak menggunakan kuncinya. Tapi ternyata musibah bagi mereka.
“Jadi lo tinggal di sini?” tanya Jason berbasa-basi.
“Kalian ngikutin gue sampai sini?” tanya Hino tidak percaya.
“Iya emang kenapa? Kamu kan nggak mau ngasih tahu alamatnya!” jawab Nagita.
“Apa karena apartemen ini lebih elit makanya kamu nggak mau biarin kita nongkrong di sini?” tanya Nagita. Jason terkekeh sementara Hino menggaruk kepala yang tidak gatal.
“Udah tahu kan? Sekarang kalian pulang sana!” usir Hino dengan tega.
“Kasih kita minum kek. Kita kan tamu!” ucap Nagita.
“Aku aja deh yang buatin minumannya,” ucap Nagita lalu berlari kecil ke dapur.
“Ngapain lo pengen tahu banget tempat tinggal gue?” tanya Hino begitu Nagita hilang.
“Buat dia. Dia selalu nunggu kabar dari kakaknya.”
Wajah Hino berubah panik. Ia melihat ke pintu lalu melihat ke arah dapur.“Lain kali gue jelasin, please sekarang ajak Gita keluar!” pelas Hino. Jason bergeming.
“Kampret! Keluar sekarang juga! Bawa tuh makhluk keluar sebelum Tania datang!” hardik Hino sambil mengacak-acak rambut dengan kedua tangannya.
“Ckckck. Sampai kapan lu mau ngumpetin mereka?” tanya Jason.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hino (LENGKAP)
Romantik*** Tania baru saja mengakui perasaan cintanya kepada Argio setelah berkencan sekian lama. Pasangan ini masih malu-malu mengungkapkan ketertarikan mereka. Sentuhan fisik yang mereka lakukan baru sebatas cium di pipi sekali. Argio yang sudah lama ber...