AX 112 - Surrender

162 17 20
                                    

Ig : @anantapio26_

Happy reading, Guys :)

Jangan lupa vote dan comment, ya :D

"Udah siap?" tanya Nanta mulai mengisi perjalanan menuju rumah Olivia dengan obrolan ringannya.

"Hm." Laisa hanya bergumam sambil terus mencoba untuk mengabaikan kata-kata Nanta.

"Beneran?" tanya Nanta lagi.

"Tau, ah. Kamu nyebelin," serah Laisa memilih untuk mengalah.

"Peluk aku kalo katamu aku nyebelin."

"Ngarep!"

"Ayo dong. Kapan lagi coba bisa pelukan di motor kayak gini."

"Nggak."

"Beneran?"

"Tau, ah! Bete!"

"Pete?"

"B-E-T-E! BETE!"

"Sambel pete emang enak, sih. Mas Handara sama Mas Andi aja suka rebutan kalo ibu bikin sambel pete."

"Kok sambel pete?"

"Nggak, La. Ini aku lagi cerita aja. Kamu dengerin aja."

"Hm."

"Beneran kamu nggak mau peluk aku?"

Grep!

Rasa hangat membalut punggung Nanta tatkala Laisa memeluknya dengan erat. Gadisnya pun menyandarkan dagu di punggungnya.

"Puas?" Laisa mengarahkan mulutnya ke telinga Nanta.

"Segitu nyebelinnya, ya?" Nanta menahan gemuruh dalam dadanya.

"Nyebelin banget."

"Harus ada bangetnya?"

"Wajib!"

Nanta kembali terkekeh.

"Kok ketawa?"

"Ya kapan lagi coba bisa ketawa sama kamu?"

Laisa menghela napas. Ia kembali teringat dengan kata-kata sang mama bahwa tak pernah mau untuk menyetujui hubungannya dengan Nanta. Tangan Laisa semakin erat untuk memeluk Nanta. Sedangkan laki-laki itu menggenggam tangannya dengan hangat.

Di antara udara dingin yang melindas gemerlap malam, sebisa mungkin Laisa untuk ikhlas jika suatu masa untuk melepas itu datang. Ah, cepat atau lambat, pasti hal itu akan tiba.

Motor yang Nanta kendarai sampai di pelataran rumah klasik dengan gaya keeropaan. Dari arah pintu muncul Olivia sambil menggeret kopernya.

"Aduh, tolong kondisikan. Gue uwufobia," komentar Olivia cukup merasa iri.

Nanta terkekeh. Lalu memutar tubuhnya menghadap Laisa. "Turun, Yang," ucapnya sukses membuat pipi Laisa bersemu merah.

Olivia berdeham keras. "Aduh! Udah, udah. Uwu-uwuannya setelah gue take off. Nah, kalian bisa bebas," ujarnya dengan satu tarikan napas.

"Olivia, nggak usah iri sama kami, ya. Karena gue yakin lo juga akan menemukan orang yang tepat." Laisa menatap Olivia dengan tulus setelah turun dari tumpangan motor Nanta.

"I hope so too." Senyuman Olivia mengembang. "Dan buat lo, semoga Nanta jadi yang tepat buat lo."

Laisa hanya mampu menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman tipis. Namun, di hatinya justru mengaminkan dengan keras.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang