8. Rencana

158 150 53
                                    

Anyeong👋


Happy Reading

.
.
.

Bel istirahat baru saja berbunyi. Sebagian siswa di kelas sudah keluar. Entah itu ke kantin atau tempat yang lain. Saat ini Luna masih ada di dalam kelas. Mira, Anna, dan Sarah sudah pergi ke kantin. Tadi mereka mengajaknya, tetapi Luna menolaknya, ia hanya menitip air minum saja. Ia lebih memilih untuk mempelajari materi yang akan diujikan setelah ini.

Ia membaca dari satu halaman ke halaman lain. Semaksimal mungkin ia memahami materi tersebut agar apa yang dipelajarinya itu melekat di otak.

"Lun."

Luna mengalihkan pandangannya dari buku pada seseorang yang memanggilnya. Rupanya Naufal.

"Kenapa?"

"Nanti pulang sekolah wakil sama ketua kelas disuruh kumpul di aula." Jelasnya.

Luna terdiam sebentar. Ia memikirkan Mamanya. Jika nanti dirinya ikut kumpul, pasti ia akan terlambat datang ke rumah sakit.

"Aduh, maaf Fal. Gue nggak bisa, ada urusan. Gimana kalo digantiin sama Syarif aja?" Tolaknya sembari memberi saran.

"Emang urusan apa?"

"Ya ada lah, lo nggak perlu tau. Dah, sana pergi lo. Gue mau lanjut belajar."

"Dih ngusir."

Bukannya pergi, Naufal justru malah mendudukkan dirinya di samping Luna. Ia mengambil alih buku yang ada di tangan Luna dan menaruhnya tepat di depannya.

"Heh! Apaan lo. Ngapain lo ngambil buku gue? Ambil sana buku lo sendiri. Nggak modal banget."

Luna berusaha mengambil bukunya, tetapi dengan cepat Naufal menahannya, membuat Luna memelototkan matanya.

"Balikin nggak?"

"Apaan sih Lun. Gue pinjem, pelit banget."

"Lo ada buku sendiri kenapa harus minjem di gue sih? Balikin sini!"

"Gue mager."

"Nggak mau tau, balikin buku gue sekarang!" Mereka terus saling tarik menarik tanpa ada yang mau mengalah diantara keduanya.

Srekk

Luna membulatkan matanya ketika melihat bukunya yang sobek.

"Yahh, kan sobek." Luna mengalihkan pandangannya pada Naufal yang kini justru menampilkan cengirannya.

"Buku gue sobek Naufal." Ujarnya geram. "Ah! Anjim. Aduh, bisa disolasi nggak ya?"

Luna mengobrak-abrik tasnya guna mencari solasi. Setelah menemukannya, ia memposisikan kertas yang sobek agar sesuai letaknya seperti sedia kala.

Naufal yang melihatnya menjadi merasa bersalah. Ia kemudian mengarahkan tangannya untuk membantu Luna memposisikannya. Hal itu membuat tangan Luna berhenti bekerja. Ia menatap Naufal dengan pandangan bertanya.

"Biar gue bantuin. Atau kalau nggak, kita beli lagi aja gimana?" Ujar Naufal memberi saran.

"Nggak usah deh. Lagian ini masih bisa diperbaiki kok."

"Ya udah, sini. Biar gue bantuin. Lo pegangin aja kertasnya, biar gue yang solasi."

Luna menurut, ia memegangi kertas sedangkan Naufal, ia mulai menyolasi dengan seksama. Ekspresinya terlihat sangat fokus. Matanya sama sekali tak pernah beralih dari buku di depannya.

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang