3. ABJ - Love Hurt

5 1 0
                                    

- Inspirasi Mimpi -

Aku Nada Berlian. Kisah pertemuanku dengan jodoh harus melalui masa sedih dan kehilangan. Jalan ini sebenarnya bukan yang ku inginkan...

Rasa kehilangan ini masih terus membekas tanpa tahu kapan dapat terobati...

Terikat pada janji seorang sahabat, benar-benar membuatku tak dapat berkata-kata selain mengiyakannya di akhir hembusan napasnya.

Hari itu kami pergi kemah ke gunung yang masih berada di provinsi kami. Rencana ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Kami pergi berempat aku, Nindy, Mas Bagus kekasih Nindy dan Sinta teman kuliah kami.

Kenangan indah akan kami ukir di sana. Kami sangat bahagia dan sangat tak sabar untuk berangkat. Aku, Nindy, dan Sinta menginap di rumah Nindy karena lokasinya strategis dan terdekat dari lokasi.

"Aku tak menyangka akhirnya hari itu akan tiba," kata Nindy menginterupsi kesunyian kami.

"Aku juga. Sudah tidak sabar ingin memandang keindahan alam sebagai penyejuk hari-hari kita yang sangat luar biasa akhir-akhir ini," sambungku.

"Girls, gimana yah dosen pembimbingku belum ada kabar nih. Mana besok kita mau pergi," keluh Sinta.

"Loh memangnya awal jadwal bimbingannya bagaimana?" tanyaku sedikit kecewa.

"Bapaknya tiba-tiba ganti hari. Aku sudah minta untuk diundur dan jangan bimbingan di 2 hari besok. Tapi, belum ada balasan bagaimana ya?" lirih Sinta.

"Tunggu saja. Nanti juga bapaknya memberi kabar," sahut Nindy.

Tak lama kemudian Sinta kembali bersuara. "Sepertinya aku tidak bisa ikut besok. Bagaimana ini? Aku jadi tidak enak sama kalian," ucap Sinta.

"Kalian pergi saja besok tanpaku yah. Inikan memang rencana kalian awalnya, aku kan hanya ikut nimbrung. Aku tidak mau rencana kalian jadi berantakan dan gagal hanya karenaku," kata Sinta.

"Kamu benar tidak apa-apa? Kalau kami pergi?" tanyaku.

"Iyah, tidak apa-apa. Bawakan cerita luar biasa kalian yah dari sana," kata Sinta.

"Oke siap. Lain kali kita harus kemah dengan formasi lengkap yah," celetuk Nindy.

"Apa kita undur saja ya Nin, perginya?" tanyaku pelan pada Nindy yang sudah berbaring.

"Kenapa? Kamu juga tidak bisa yah?" sahut Nindy.

"Bukan begitu. Aku hanya merasa kurang lengkap tanpa Sinta," jawabku.

"Kamu tidak enak karena pergi hanya bertiga denganku dan Mas Bagus?" kata Nindy seakan sudah paham maksudku.

"Kamu nanti sama Mas Bagus terus. Lalu, aku sama siapa? Kalau ada satu orang lagi kan aku bisa dengan dia," kataku.

"Mas Bagus itu paham situasi kok. Aku juga tidak akan jauh dari kamu. Mas Bagus ikut untuk jadi fotografer kita, bukan pacarku. Jadi agar kamu nyaman ingatlah saja begitu," saran Nindy.

Malam semakin larut. Sinta sudah terlelap tidur karena besok pagi sekali ia harus menemui dosbingnya di kampus. Kini, hanya aku dan Nindy yang entah mengapa tak dapat tidur.

"Nada, menurut kamu Mas Bagus itu laki-laki seperti apa?" Nindy berhasil mengejutkanku dengan pertanyaan random yang ia lontarkan.

"Baik. Mas Bagus baik, cocok sekali dengan kamu," sahutku.

"Kalau dengan kamu bagaimana?" sambungnya.

"Pertanyaanmu aneh deh. Sudah tidur besok kan kita harus berangkat pagi. Aku tidur duluan ya," selaku memotong pembicaraannya yang aneh itu.

Aku Bertemu JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang