Kring.. kring.. kring..
Aora menekan tombol off pada alarm yang berdering kencang. Pagi ini Aora bangun sewaktu shubuh, tepat pukul 04.00 .
"Hoaaamm!!" Aora menguap, tiba-tiba ia tersadar akan sesuatu. Hal itu membuatnya untuk membuka mata lebar-lebar.
Aora tidak perlu berlama-lama untuk mengumpulkan nyawa. Karena biasanya jika ia tidak sabar akan sesuatu, ia menjadi orang yang lebih bersemangat.
Aora bangkit dari tidurnya, lalu ia beranjak ke balkon kamar untuk mengambil handuk.
Setelah itu Aora langsung menuju ke kamar mandi, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa akan memakai sabun sebanyak 7 kali, dan memakai shampo 3 kali. Bagaimanapun caranya yang penting ia harus wangi untuk hari yang spesial ini.
Setelah selesai Aora langsung turun ke lantai bawah untuk menemui kedua orangtuanya.
Di lantai bawah ia melihat papanya yang sibuk memilih jas formal, sedangkan mamanya sibuk berdandan.
Dengan spontan Rini dan Dedi mengendus-endus hidungnya saat mencium sesuatu yang sangat wangi.
"Pa, bau apa ya?"
"Hm iya ma. Wangi banget ma. Apa ada kuntilanak ya," ucap Dedi asal.
"Ish papa kalo ngomong sembarangan."
Aora yang mendengar pembicaraan kedua orangtuanya hanya bisa menahan tawa.
Yey! Berarti usahanya untuk menjadi perempuan paling wangi telah terwujud.
"Ekhem!!" Aora berdehem keras sembari menyembunyikan ketawanya.
"Eh Ra, udah mandi?" tanya Rini saat sadar anaknya sudah berada di bawah.
"Udah ma."
"Mbak, ikut anak saya ke kamar ya. Make up nya di kamarnya Aora aja. Kacanya memadai disana," perintah Rini kepada perias satunya.
"Baik bu."
Wuusshh
Saat Aora lewat di depan Rini dan Dedi, bau super duper wangi itu bagaikan menyambar.
"Ra, ini kamu toh yang baunya wangi?" tanya Rini.
"Iya uahahaha. Pokoknya Aora mau wangi hari ini, karena hari ini hari yang spesial buat Aora," Aora tertawa.
"Nah nah papa suka nih kalo anak papa wangi kayak gini."
"Wkwkwkw iya dongg. Yaudah ma, pa, Aora make up dulu ya. Nanti kalo udah selesai, Aora langsung turun ke bawah."
"Iya Ra. Dandan yang cantik ya," Dedi terkekeh.
---
Aora make up cukup memakan waktu, ia berdandan menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam.
Selama make up, tentu saja Aora tidak diam saja. Ia terus mengajak perias itu berbicara dan bertanya tentang suka duka dalam pernikahan.
"Sudah selesai," ucap mbak-mbak perias itu sembari merapikan rambut Aora.
Perlahan mata Aora menatap dirinya sendiri di cermin.
Wow!
Dalam hati Aora terkejut melihat hasil riasannya. Rambut dan dress yang ia gunakan tampak sepadan.
"Makasih ya mbak. Makasih udah sharing-sharing juga haha. Aora tambah semangat nih."
"Sama-sama. Semoga lancar ya acaranya," ucap MUA itu.
"Aamiin. Eh mbak, ayo turun. Mama sama papa pasti udah nungguin," ucap Aora.
"Ayo. Saya bantu," MUA itu langsung membantu mengangkat dress Aora, agar gadis itu tidak tersandung jatuh.
---
"Pa, Aora mana ya kok belum turun?" tanya Rini dengan nada cemas. Matanya terus melirik arah jarum jam.
"Tunggu aja ma. Lagian---"
Spontan Dedi tidak melanjutkan pembicaraannya saat ia melihat Aora turun dari tangga dengan sangat anggun.
"Nah ini anaknya!!" spontan Dedi sumringah.
"Aora, anak mama cantik banget siiih," Rini langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri anak satu-satunya itu.
Rini dan Dedi memperhatikan Aora dari ujung sampai kaki, benar-benar menakjubkan!
"Ayo ma, pa. Nanti Revan nunggunya kelamaan," ajak Aora dengan semangat. Wajahnya terpampang jelas bahwa ia sedang bahagia.
---
Aora turun dari mobil perlahan. Lalu mengamati lokasi pilihan Papanya dan Papa Revan, tempat itu terlihat megah.
"Ra, kamu duluan ya. Papa sama mama kesana dulu," ucap Dedi lalu segera mengajak istrinya untuk pergi dari hadapan Aora.
Baru saja akan menjawab papanya, tapi Dedi dan Rini sudah pergi saja. Ya sudah lah.
Aora berjalan melewati lokasi pertama, disana Aora diberi petunjuk untuk mengambil selembar kertas lipat yang dihias dengan minimalis. Ia membuka kertas itu lalu membacanya.
'Setelah ngelewati lokasi pertama, lo jalan lurus aja, nanti bakal ada petunjuk baru.
Oh ya! Jangan lupa ambil satu mawar yang ada di samping lo.'Aora langsung tersenyum sumringah setelah mengambil bunga mawar pilihan Revan.
Setelah selesai, ia langsung mengikuti petunjuk yang ada di dalam surat tersebut dan segera menuju lokasi berikutnya.
Benar-benar sangat menakjubkan!
Beragam hiasan cinta dan beranekaragam jenis bunga yang harum menghiasi lokasi kedua itu.
Tangan Aora spontan mengambil clue ke-2 dan membacanya dengan seksama.
'Jalan lurus dikit lagi dan lo akan ngeliat jembatan cinta. Kalo udah sampe, berdiri tepat di tengah.
Gue saranin siapin jiwa dan hati lo biar kaga meronta-ronta ye wkwk.'Isi surat itu berhasil membuat Aora terkekeh gemas. Pandangannya langsung tertuju pada jembatan cinta.
Entahlah. Tanpa aba-aba kakinya berjalan dengan sendirinya mengikuti isi clue itu.
Tidak sampai tiga menit, Aora sudah sampai di jembatan cinta dan berdiri tepat di tengah.
Matanya terus mencari keberadaan Revan.
Dimana dia? Menurut surat itu Revan akan tiba setelah Aora berdiri tepat di tengah. Tapi nyatanya...?
Wajah Aora mulai terlihat gelisah. Pikiran yang tidak benar tentang Revan mulai bermunculan satu persatu di otaknya.
Apakah Revan kabur dan akan lepas dari tanggungjawab?
Aneh. Revan benar-benar menghilang. Orangtuanya dan orangtua Revan juga tidak ada. Semua menghilang bagai ditelan bumi. Suasana sangat sepi. Ya, disana hanya ada Aora.
"Apa maksud Revan nyuruh siapin hati dan jiwa biar gak meronta-ronta? Apa karena Revan bakal gak hadir?" ucap Aora bertanya-tanya. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya menetes dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Novela JuvenilBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...