Bab 1. Malam Kelam

3.8K 227 24
                                    


Anime : Naruto
Rate : M
Genre : Drama, Romance, Hurt
Lenght : Chaptered

Disclaimer : This story is belong to me and Naruto always belongs to M. Kishimoto.
Warning : Familiar story, Absurd, OOC, Typos and Genderswitch.
Pic's source : Pinterest
.
.

Selamat Membaca

.
.

Apa yang lebih menyedihkan di dunia ini selain dari kehilangan kedua orang tua yang kita cinta? Jawabannya adalah tidak ada. Itulah yang dirasakan oleh remaja bernama Uzumaki Naruto untuk saat ini.

Diumur yang masih sangat muda, ia harus kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Sang ibu, meninggal setelah mengalami kecelakaan pada malam hari, sepulang bekerja dari sebuah restoran.

Remaja itu menatap gundukan tanah yang menyimpan jasad ibunya dengan pandangan kosong. Kenapa dunia begitu kejam? Mengambil satu persatu orang yang disayanginya tanpa belas kasih. Apa yang harus ia lakukan kini? Ia hanya gadis muda berusia 15 tahun yang bahkan belum mengerti betul arti dari kehidupan keras di luar sana.

"Kenapa kau tidak membawaku ikut serta, Bu? Aku ingin berkumpul kembali dengan kalian. Aku tidak ingin tinggal di dunia ini seorang diri," ratap gadis itu sembari memandang nisan bertuliskan nama sang ibu.

"Nak!" Sebuah tangan mendarat di bahunya, disusul dengan suara berat khas pria dewasa.

Naruto menoleh tanpa minat, ia hanya ingin sosok itu segera menjauhkan tangan dari tubuhnya. Ia benci disentuh oleh orang yang tak ia kenal.

"Maaf."

Menyadari tatapan tajam dilayangkan Naruto pada tangan yang bertengger di bahunya, si pria langsung menjauhkan tangannya seraya meminta maaf.

"Mulai saat ini, kau adalah tanggung jawabku."

Deg

Naruto yang sudah kembali menatap pusara sang ibu, menegang kaku begitu mendengar perkataan si pria. "Atas dasar apa?" Dengan nada dingin ia bertanya.

"Maafkan saya. Kecelakaan itu terjadi karena salah saya."

Deg

Tubuh ringkih gadis itu bergetar, jadi pria di belakangnya inilah yang telah menjadi penyebab penderitaannya kini. "Anda pembunuh!" Naruto mendesis.

"Maaf."

Naruto akhirnya membalikkan tubuh demi melihat wajah si pembunuh yang telah merenggut sang ibu dari sisinya. Sesosok pria paruh baya berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk penuh penyesalan.

"Kenapa anda begitu kejam?" Lirih Naruto yang berusaha matian-matian menahan umpatan yang sangat ingin dilontarkannya pada si pria. Bagaimana pun juga, pria di depannya ini tetaplah orang tua yang seharusnya dihormati bukan dimaki.

"Saya telah lalai, maafkan saya."

Mendengar suara penuh penyesalan itu membuat tubuh Naruto jatuh terkulai di atas tanah. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, beberapa detik kemudian, tangisnya pun pecah. Seberapa keras ia coba untuk bertahan, tapi tetap saja ia masihlah remaja rapuh yang tidak setangguh orang dewasa dalam menghadapi kehilangan seperti ini.

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang