Setelah Seo-jun pergi dari pandangannya, Su-ho masuk kedalam rumah, menatap satu ruangan yang kini menjadi tujuannya.Klik!
Klik!
Klik!
Su-ho menekan beberapa angka pin, ruangan yang tidak pernah ia kunjungi karna memang ruangan ini menyimpan banyak kenangan.
Ruangan ini tertata rapi, bahkan tidak ada satu benda yang ia ubah. Ia menatap satu bingkai foto yang terletak pada piano, tiga orang pria yang tersenyum pada kamera, itu dia, Seo-jun, dan Seo-yeon.
Seo-yeon memilih untuk menjadi penyanyi, karna bakatnya yang begitu hebat ia sukses dan diterima oleh salah satu agensi. Mereka senang, bahkan sempat merayakan kelolosan Seo-yeon menjadi penyanyi.
Hingga hari dimana Seo-yeon dinyatakan meninggal, keduanya sangat amat terpukul terlebih Seo-jun, ia menyalahkan Su-ho atas kematian Seo-yeon. Sedangkan Su-ho hanya bisa terdiam saat Seo-jun mengatainya pembunuh, karna diapun sama menyesalnya tidak ada wujud di hari Seo-yeon meninggal.
"Se-yeon,"
"Aku harus apa sekarang?"
#
Seo-jun melangkah di halaman sekolah sembari menatap ponsel, karna banyak panggilan dari Lee sung-ryong, teman akrabnya.
"Rawr!" Dari arah belakang Juk-yung bernyanyi lalu mengaum, tangannya dibuat seolah ia akan mencakar Han Seo-jun membuat sang empu terdiam di tempat.
"Rawr!" Juk-yung mengaum kembali saat jaraknya sudah jauh dari Seo-jun, lalu menjulurkan lidahnya seolah mengejek Seo-jun.
Tentu saja ia menahan dirinya agar tidak membalas ejekan wanita itu.
##
"Belajarlah dengan giat," Pak Han mengakhiri percakapan pagi hari ini.
"Oh ya, Su-ho tidak hadir hari ini, jadi kalian tahu itu."
Lalu keluar dengan tergesa-gesa setelah melihat Juk-yung, kenapa dirinya? padahal biasanya setiap pagi pasti ada kutipan kata yang akan ia katakan sebelum keluar.
Pikiran Seo-jun langsung dipenuhi oleh nama Su-ho, apakah pria itu sakit karna kejadian kemarin malam?
Sebenarnya, kejadian itu. Itu salah Ayah Su-ho, egois dan bengis. Jika saja saat Ayah Su-ho datang ke pemakaman Seo-yeon tidak mengatakan bahwa ia tidak ingin membantu anak tak berdaya, bahkan mengatakan bahwa agensi lah yang salah mengeluarkan talenta menuai kritikan dari masyarakat, ia tidak akan sedendam itu.
###
"Tingkat kreatinin menurun sejak terakhir kali, dan segala sesuatu tampak sudah normal,"
"Saya akan menurunkan dosis untuk obat anda."
"Tentu."
Hati Seo-jun senang keadaan ibunya semakin membaik. Semenjak ayahnya meninggalkan keluarga mereka, ibunya yang harus menafkahi dirinya dan adiknya, hingga penyakit yang menganggu ginjal ibunya tumbuh, itu penyebabnya ia berhenti sekolah tak lain untuk bekerja, apapun untuk membiayai pengobatan ibunya dan tentu untuk memberi adiknya makan.
"Itu berita bagus Bu!"
"Lihat? Sudah ibu bilang jangan khawatir."
"Terimakasih," ia tersenyum pada dokter yang menangani ibunya.
"Harusnya anda berterimakasih kepada dokter Kang."
Senyum Seo-jun seketika menghilang.
"Seorang kenalanmu meminta staff terbaik untuk menangani kasusnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
enemy love
FanficSedikit ubahan kata kata hanya sama dalam tempat dan topik (18+/BL) Karya tulis ini dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada maksud lebih untuk menjatuhkan atau merugikan pihak manapun. Dan segala masalah yang terpaut pada cerita ini tidak ada hubu...