Pria itu berjalan sambil terus menunduk dengan kacamatanya yang bulat. Pipinya begitu tembem dan gayanya sangat kuno, sangat jauh dari kata modis. Dia adalah Park Jimin, mahasiswa cupu semester lima jurusan psikologi yang hobby baca buku.
Tidak ada yang menarik darinya, apalagi tertarik. Tentu saja, siapa yang akan mendekati pria cupu yang tidak mengundang selera bagi para wanita. Kulitnya juga sedikit hitam dan ada tompel hitam di bawah bibirnya yang membuat para wanita sering bergidik jijik.
Namun semua itu hanyalah penampilan, meski sering di cela karena tidak memiliki daya tarik, Park Jimin ternyata punya otak yang cerdas, dia adalah mahasiswa kesayangan para dosen. Hampir setiap tugas dan ujiannya selalu mendapat nilai A.
Meski dengan kecerdasan yang luar biasa, tetap saja tak banyak yang ingin menjalin pertemanan dengannya. Bagi wanita dengan pergaulan yang selalu menilai penampilan, tentu akan menolak bahkan ogah melirik Jimin bahkan untuk sedetik pun, kecuali satu wanita yang selalu percaya jika kesempurnaan hanya milik sang pencipta, Jeon Yunhee.
Bagi Yunhee, kekurangan adalah sesuatu yang harus di syukuri serta kelebihan adalah keunikan. Apapun itu, cintailah dirimu dan hargai orang lain.
° ° °
Yun Hee sibuk merapikan buku di perpustakaan. Sudah seminggu ia menjadi pekerja paruh waktu disana. Ia bekerja paruh waktu disana atas permintaan Bu Min penjaga perpustakaan yang sedikit kesulitan mengatur buku-buku pada tempatnya karena penglihatannya yang sudah tidak jelas lagi.
Bu Min tahu jika Yunhee begitu menyukai buku, maka dari itu ia menyuruh Yunhee untuk bekerja di perpustakaan.
Awal pertemuan mereka yaitu saat Yunhee mencari sebuah buku untuk tugas sastra miliknya. Saat itu, ia bertemu dengan Bu Min yang baik hati mau membantunya. Karena kecocokan akan banyak hal, keduanya menjadi akrab bagaikan ibu dan anak.
° ° °
Jimin berjalan menunduk melewati koridor kampus dengan malu-malu. Dia bahkan tidak berani melihat orang-orang di sekitarnya. Dia hanya berjalan terus dengan tas selempang yang talinya terus ia remas karena khawatir.
Cacian, kritikan, dan ejekan tampak samar terdengar di telinga Jimin. Bagi mereka yang memandangnya, Jimin bagaikan kotoran yang harus di singkirkan, sejahat itu mereka pada pria bertubuh agak berisi itu.
Ditengah obrolan para wanita, Yumi tak sengaja mendorong Helena saat mereka sedang bercanda tawa, membuat tubuh Helena langsung bertabrakan dengan tubuh Jimin yang tengah lewat di sampingnya.
Dengan wajah kaget, Helena segera menarik diri, mulutnya terus mengumpat dan berteriak kesal pada Jimin yang dengan beraninya menyentuh tubuhnya. Dengan wajah cupu, Jimin hanya bisa terus menunduk dan meminta maaf dengan tulus.
"Dasar kotor! pergi sana!" ucap Helena kasar menolak ampun.
Helena terus menepuk bajunya yang bahkan tidak kotor sama sekali. Padahal jika bukan karena Jimin yang menahan badannya, mungkin dia sudah terjatuh, bajunya kotor dan mungkin sedikit terluka.
Dari jauh, Juon datang dengan gagah bersama dua temannya bergaya sok menolong. Dengan cepat ia menghampiri Helena yang masih marah-marah dengan Jimin.
"Ada apa ini?" tanya Juon sok jadi pahlawan.
"Kau apakan Helena hah?" tanya Juon seakan ingin menghajar Jimin.
Joun menarik kera baju Jimin hingga tidak bisa bernafas, beruntung Pak Kim yang melihat tindakan Juon segera menghentikannya. Dengan langkah cepat mereka semua segera bubar dan meninggalkan Jimin sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLORYOURS
Short Story[ONESHOOT - JIMIN] Ketika kalian terlalu jahat untuk memandang hina seseorang. Lihatlah, seberapa besar bantuan seseorang itu padamu. Happy reading 🤗