(2/2) through the time

778 138 10
                                    


Mark masih memperhatikan layar ponsel pintarnya, sibuk bergelut dengan perasaan dongkol pada kenyataan yang ada. Tahun kemarin, Renjun berjanji untuk wisuda Juni dan pulang sebelum Chuseok, tapi sederet pesan dari yang lebih muda berhasil meruntuhkan imajinasi indah Mark.

'Maaf sekali sudah membuat janji yang tidak mungkin kutepati.'

'Aku kesulitan mengejar.'

'Mungkin kepulanganku akan mundur sampai akhir tahun.'

Masih belum ada balasan yang Mark tulis. Untuk sementara, ia akan membiarkan pesan dari kekasihnya tak terbalas. Mungkin juga lebih baik begitu sekaligus memberi waktu pada dirinya sendiri untuk kembali tenang dan berpikir.

Mark tahu, menyelesaikan sebuah tugas akhir tentu tidak semudah itu. Ada banyak waktu dan tenaga yang harus dicurahkan, dan bila Renjun tidak mampu, tak sepatutnya Mark marah. Ia bahkan tak pernah merasakan tekanan yang dirasakan sang kekasih, siapa dia sampai berani protes.

Ia meletakkan ponselnya begitu saja, membiarkan layarnya tetap menyala dan terbaca oleh salah satu rekan grupnya, Jung Jaehyun.

"Bertengkar dengan pacarmu?"

Mark tak menjawab lantang, ia hanya mengangguk lesu kemudian meletakkan kepalanya di sandaran sofa ruang tengah asrama mereka. Televisi di hadapan keduanya nyala terbengkalai, tak sedikitpun mendapatkan atensi dari dua kaum adam disana.

"Seminggu lagi liburan Chuseok, setidaknya kalian bisa bertemu dan menyelesaikan masalah kalian." Jaehyun tersenyum getir, takut setiap katanya dapat menyakiti Mark,"Tapi sebisa mungkin, ajak Renjun bicara sebelum semuanya terlambat."

Terlambat? Apanya yang terlambat. Pada tahap ini Mark merasa ia dan Renjun hanya berusaha bertahan untuk hal yang sia-sia. Mereka sama sekali tidak berjuang meraih satu sama lain.

"Kau beruntung sekali bisa memiliki seorang seperti Renjun. Hubunganku dengan Doyoung yang tidak terpisah apapun bisa berakhir sekejap mata."

Giliran Mark yang menaruh simpati. Ia mengangkat kepala, kemudian menepuk pundak Jaehyun guna memberi semangat,"Doyoung hyung masih menyayangimu, aku bisa tahu dari cara ia memandangmu, hyung. Jangan berhenti, kalian pasti kembali."

Jangan berhenti, kalian pasti kembali.

Mark seolah kembali mendengar gaung suaranya, meloncat kesana kemari di saluran pendengarannya kemudian menyadarkannya. Ya, dia juga setidaknya harus mengerti posisi Renjun, menjadi egois tidak akan menyelesaikan apapun.

Ayo bertahan sedikit lagi.

Orang bilang, hasil tidak akan mengkhianati usaha, maka Mark akan membuktikan kebenarannya.

Ia kembali meraih ponselnya, menuliskan beberapa kalimat meski dadanya seolah terbakar dan engap. Ada rindu yang tertahan di dalam sana.

'Tidak apa-apa. Fokuslah pada tujuanmu.'

'Jangan merasa terbebani. Bila memang sudah waktunya, kita pasti bertemu.'

Begitu pesannya terkirim, Mark meletakkan ponselnya lagi, menoleh pada Jaehyun yang kembali fokus pada tayangan di televisi sebelum kembali melihat ponselnya yang kehabisan daya.

Mungkin Mark tidak akan menyalakannya seminggu ini dan mencoba melupakan rasa kesalnya.

———

Liburan Chuseok datang sekejap mata. Seperti rencananya seminggu lalu, ia tak menyalakan ponselnya, membiarkan benda digital itu mati kehabisan daya. Orang tuanya mungkin mengirim pesan, mungkin juga menanyakan kapan Mark pulang kekediaman mereka. Anggap saja Mark sedang membuat kejutan dan pulang sambil membawa hadiah untuk orang tuanya. Penghuni asrama tinggal dirinya seorang, setelah memastikan sudah memasukkan barang penting ke ranselnya, ia meraih kunci mobil dan turun ke basement sambil menenteng paperbag besar berisi hadiah.

blooming • markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang