Zeron menarik Koko hingga membentur dinding, ia menatap Koko dengan tajam.
"Apapun yang lo lihat hari ini, anggap lo nggak pernah lihat apa-apa. Ngerti, lo!" bentak Zeron.
"E-tapi tadi ..."
"Lo mau gue buat kayak dia?"
"Enggak, Bang. Gu-Adek nggak bakal bilang," sahut Koko cepat. Ia sengaja berbicara lebih polos agar Zeron percaya.
"Bagus. Sekarang gue mau lo turutin apa yang gue perintahkan." Zeron menunjuk pintu kamar tempat di mana insiden itu terjadi. "Di dalam sana, ada cowok yang pingsan dan kepalanya luka. Lu bawa tuh cowok ke klinik terdekat sini. Gue bakal nyusul setelah urus tuh cewek! Paham nggak lo?!"
"Pa-paham, Bang."
Tiba-tiba bunyi mobil terdengar dari arah depan. Zeron lekas menyuruh Koko bersembunyi di balik sofa. Sementara Zeron malah keluar lewat pintu belakang.
(Nah, waktu adek sembunyi. Eh, malah kesandung meja dan menimbulkan bunyi berisik. Adek udah gugup banget, kalau bang Zeron marah. Akhirnya pintu dibuka, Adek lihat bang Joon masuk ke dalam kosan. Dia kayak buru-buru gitu, jalan terus entah ke mana. Adek lihat bang Joon kaget lihat darah, terus bang Zeron yang tiba-tiba datang marahin bang Joon. Udah sampai sana, bang Joon langsung keluar. Adek juga keluar dari tempat sembunyi.
"Eh, curut! Keluar lo! Lakuin apa yang gue suruh tadi," ujar Zeron pada Koko yang baru saja keluar.
"Iya, Bang."
(Akhirnya Adek turutin apa yang bang Zeron bilang. Adek bawa bang Jintan ke klinik terdekat. Kurang lebih setengah jam, bang Zeron datang dan suruh Adek pulang aja. Adek yang takut, akhirnya menuruti apa kata bang Zeron.)
Sesampai Koko di rumah, ia tak bisa tenang dan gelisah. Koko mengecek dapur, sudah bersih tanpa bercak darah lagi. Koko berjalan menuju kamar, ternyata pintunya sudah terkunci. Koko mencoba mengintip lewat lubang kunci, tapi ia tersentak kaget ketika mendengar suara pintu utama terbuka. Koko lantas berjalan mengecek siapa yang datang.
"Nah, Jimino, ini kosan yang bakal kamu tempati. Silakan pilih kamar yang tersedia," ujar bu Sayang yang baru saja datang bersama seorang cowok berpakain macam anak band.
"Oke, bu Say. Tadi uang sewa saya taruh di meja dekat pintu rumah ibu, habisnya bu Say kelamaan datang. Jadi saya keliling kosan deh," sahut cowok yang disebut Jimino itu.
"Baiklah. Koko, kamu bisa tunjukkan kamar yang kosong untuk Jimino. Saya pergi dulu," ujar bu Say.
"Siap, Bu."
Usai kepergian bu Say, Jimino mendekatkan diri pada Koko.
"Elu juga terlibat?" tanya Jimino dengan pelan dan menatap penuh arti.
"Terlibat? A-apaan ya?" bingung Koko.
"Pembunuhan tadi," sahut Jimino, membuat Koko membulatkan matanya.
Flashback End
Baik Royjoon maupun Thayang masih mangap usai mendengarkan cerita Koko yang terlambau panjang dan sarat makna dan misteri itu. Bahkan Koko sampai mengebrak meja agar mereka sadar diri.
Brak
"Sadar dong! Jangan kayak orang dungu."
Sontak mereka berdua tersadar, bahkan Royjoon menyeka sesuatu di sudut bibirnya.
"Kurang asam lo ngomong sama yang tua kagak ada sopannya. Oh, jadi elu tuh nggak polos toh. Elu aslinya nggak kayak gini, kan?" sambar Royjoon.
Koko mengangguk lesu. "Tapi Adek udah nyaman ngomong kayak gini," sahut Koko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]
HorrorKosan 7 Pintu? Katanya kosan itu hanya terdapat 7 pintu dan dihuni oleh pria saja. 7 kamar tersebut sudah terisi penuh dengan penghuni terakhir bernama Thayang. Hanya ia yang tahu, di dalam kosan itu ternyata ada satu kamar lagi dan satu gadis canti...