BAPER

9 1 0
                                    

Istilah baper semakin sering digunakan dan ditemui untuk mengeskpresikan situasi seseorang yang mudah tersinggung, terlalu kepikiran akan sesuatu dan lain-lain. Hanya saja saat ini rasanya semakin melebar maknanya. Mari luangkan waktu, kondisikan diri dalam posisi dan keadaan nyaman, lalu baca dan resapi tulisan ini.

"Apa Saja Yang Biasanya Membuat Baper?"

1. Masalah Sendiri,
2. Masalah Orang Lain,
3. Situasi dan Keadaan Tertentu,
4. Sikap dan Perlakuan Orang Lain,
Dan Lain-Lain.

"Lalu Bagaimana Cara Mengatasinnya?"

1. Masalah Sendiri
Jika berhubungan dengan emosional yang terpicu baik dari sikap orang lain atau pada pekerjaan, maka mungkin ada urusan di masa lalu yang belum terselesaikan. "Menyelam" ke dalam diri sendiri, bertanya kepada diri sendiri untuk mencari tahu, menerima dan mengakui semua perasaan yang hadir tanpa dihakimi dan dinilai. Memberi penjelasan agar diri kita di masa lalu menjadi ikhlas. Jika memang dibutuhkan maka sebaiknya didampingi tenaga ahli (Terapis Psikologis, Psikolog).

2. Masalah Orang Lain
Misalkan ada seseorang yang sedang berbagi permasalahannya (Curhat) dan kita ikut larut ke dalamnya, seperti: memikirkan masalah tersebut hingga berlarut-larut, khawatir berlebihan, berusaha membantu hingga masalah selesai dan lain-lain. Yang intinya terlalu dalam ikut campur. Cobalah untuk berusaha senantiasa membangun kesadaran bahwa permasalahan mereka bukan sepenuhnya tanggung jawab kita.

"Loh.. berarti tidak ada empati donk?"

Tentu bukan, itu berbeda. Karena jika kita terbiasa membantu masalah orang lain dengan keadaan terbawa perasaan (Baper) bukan netral, maka efeknya juga akan terasa pada mereka yang kita berikan bantuan, mereka menjadi tidak terlatih untuk mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri dan akan selalu mengandalkan kita.

Ada pula efek pada diri kita, yaitu: energi kita menjadi sangat terkuras, yang jika terlalu lelah maka efeknya juga bertambah banyak alias melebar kemana-mana, misalnya: melampiaskannya lewat amarah kepada orang-orang sekitar yang tidak bersalah (Lelah dan Ledakan Emosi).

Ini jelas merugikan semuanya termasuk diri sendiri. Maka segera sadari untuk membantu sesuai porsi dan sebisa kita. Jika seseorang ingin diberi saran, berilah sesuai pengetahuan kita, bimbinglah mereka untuk menemui ahlinya jika diperlukan. Jika emosional diri sendiri belum pada keadaan netral maka terkadang yang terjadi justru akan sama-sama emosional (sedih ikut sedih, marah ikut marah, malah terkadang lebih marah, dan lain-lain yang intinya jadi terpengaruh juga).

3. Situasi dan Keadaan Tertentu
Penjelasannya sama seperti poin 1. Dicari tahu dahulu ini berkenaan dengan apa. Berdiam diri dengan tenang dan dalam kenyamanan, lalu tanya dan "selami" diri sendiri. Jika dibutuhkan maka temui ahlinya untuk mendampingi.

4. Sikap dan Perlakuan Orang Lain
Ini sebenarnya sama saja, adakah kaitannya dengan masa lalu yang emosionalnya belum selesai. Apapun itu akui dan terima tanpa penghakiman, lalu kelola agar menjadi ikhlas.

Selain hal-hal diatas, ada lagi nih yang bisa membuat kadar baper lebih besar lagi.

"Apa Itu?"

1. Terlalu Fokus Kepada Hal-Hal Yang Ada Di Luar Kendali Kita.
Seperti : sikap, prilaku, pendapat, pemikiran orang lain (semua hal yang berada diluar diri sendiri).

2. Usaha Yang Berlebihan.
Misalnya: menginginkan sesuatu atau ingin merubah seseorang. Jadi ngoyo usaha ini dan itu. Yang ternyata kembali lagi ke poin 1, itu semua diluar kendali kita, dan sudah jelas memang tidak bisa kita kendalikan. Maka jika sudah seperti ini, segera sadari untuk kembali kepada ruang kendali diri sendiri lagi. Fokus kepada diri sendiri.

3. Harapan (Ekspektasi).
Pada akhirnya terlalu berharap ini lah yang tanpa sadar membuat kita baper, menyakiti diri sendiri sendiri dan orang lain (tanpa kita sadari) karena kita terlalu berharap (tinggi). Ketika ini terjadi maka segera turunkan standar harapan perlahan hingga nantinya sampai ke level biasa-biasa saja.

4. Mental Korban.
Beberapa contonya seperti : merasa kita yang paling menderita, paling sengsara, lebih sering meminta dimengerti. Tampaknya wajar-wajar saja, tetapi kembali ke poin 3 (Harapan/Ekspektasi), semakin berharap apalagi keadaan emosional sedang terganggu, maka akan semakin baper, dan akan membawa kita ke poin 2 (Usaha Berlebihan) dan poin 1 (Fokus Kepada Hal-Hal Diluar Kendali Kita). Semua saling berhubungan, sambung menyambung.

Poin-poin diatas bisa jadi ada hubungannya dengan masa lalu kita dimana awal mula emosional (baper tertentu) ini terjadi, maka ini semua membutuhkan restrukturisasi mental emosional agar biasa-biasa saja. Caranya tergantung siapa tenaga ahli yang kita temui. Menyimak dan menjalakan nasehat-nasehat (Psikoedukasi) dari tenaga ahli dengan penuh perasaan, serius dan konsisten juga bisa membantu, Insyaallah. Aamiin.

Jika ada waktu, bertanya dan "selami" diri sendiri, hmm..selayaknya mengajak diri sendiri untuk berteman dan saling berbagi 😁

Mungkin kita terlalu lama tidak memberi perhatian kepada diri sendiri padahal ada kok nilai-nilai kebaikan dan sisi dewasa yang bisa kita latih dan bisa membantu disaat-saat baper muncul. Tetapi dalam usaha ini lebih baik tidak ada pengharapan ya alias emosional biasa-biasa saja.

Karena semua ada prosesnya, ada turun naiknya. Ya tidak apa-apa jika terkadang hasilnya juga turun naik. Tetaplah berlatih dengan sepenuh hati. Anggap saja ini ikhtiar semampu kita, soal hasil itu bukan berada pada kendali kita melainkan hak dan kuasa Allah SWT.

Terima Kasih ..🙇‍♀️🙏🏻

BUKAN CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang