semua orang memanggilnya dekil karena memang tubuhnya hitam dan kotor, bukannya tak mandi, ia bahkan bisa mandi lima kali sehari demi mendapatkan tubuh yang lumayan bersih. Namun tubuhnya tetap saja kotor seolah ia tak pernah bersentuhan dengan air.
Dia merupakan anak desa yang riang setiap hari bibir hitamnya selalu bersenandung kecil, mengekspresikan hatinya yang bahagia. Namun kebahagiaannya perlahan memudar semenjak ejekan dekil, jijik, ataupun orang gila yang selalu dilontarkan teman sebayanya.
Awalnya ia mengabaikan dan mencoba memaafkan namun kicauan itu makin sadis dan mulai tertanam di pikiran polosnya, ia berusaha keras agar mencapai apa yang dikehendaki temannya, sekarang ia mandi bukan lima kali, tapi ia mandi delapan sampai sepuluh kali sehari. Dingin tak masalah asalkan tubuh bersih.
Hinaan tak kunjung berhenti memang manusia tidak bisa mengontrol mulut untuk berkomentar. Dia lebih rajin lagi membersihkan badan walaupun sakit menyerang, hingga ia terserang demam tinggi hampir sebulan, ia merasa diambang kematian, dalam hati ia berjanji tak akan mendengar apa yang orang lain katakan, karena ini hidupnya dan ia yang memerankannya sedang mereka bukan sutradara yang mengatur kehidupan seseorang.