"Kehilangan orang yang sangat kita sayangi memanglah sakit, namun lebih ikhlaskan dari pada harus memendam rasa yang tak akan pernah hilang."
-Didalam Do'aku
•••••
Desiran angin yang lembut seraya mengibarkan kerudung seakan membawa masalah ini pergi.
"Aww.."
"Siapa yang lempar nih?" Gumamnya
"Gue" suara yang cukup berat.
"Sakitkan ?, Itu balasan gue untuk lo" Alvian sengaja melempar botol tepat di kepala Arin seperti yang Arin lakukan tadi pagi.
"Tapi aku gak sengaja." Pekiknya sambil mengusap kepalanya yang masih sakit.
"Lo ngapain di sini?, Lo habis nangis ya?" Dua pertanyaan sekaligus, Alvian melihat mata yang merah dan pipi yang basah seperti habis menangis dan tak seperti biasa Alvian banyak bicara.
"Gak, permisi." jawabnya cuek, Arin mengambil tasnya dan pulang namun terhenti oleh Alvian.
"Gue minta maaf soal tadi gue bentak Lo." Seorang Alvian meminta maaf sangat mengherankan sebab ia orang yang cukup batu.
Namun tiada sahutan dari Arin, ia pergi begitu saja seperti yang Alvian lakukan.
Sampai di rumah ia disambut oleh sahabat sahabatnya yang tadi cemas sebab ia tak masuk sekolah.
"Arin....lo dari mana saja?" Fiya histeris.
"Iya kenapa gak ada kabar, dan hp kamu juga gak aktif?." Tambah Pika dengan rasa senang dan sedikit cemas sisa sisa cemas tadi.
"Maaf aku...tadi.." ucap Arin tergantung.
"Tadi..?" Menunggu jawaban yang menggantung dari Arin.
"Eh kalian bilang sama Oma gak kalo aku gak masuk hari ini?" Arin sengaja mengubah topik pembicaraan, karena dia tidak ingin ada yang tau.
"Enggak soalnya tadi Omamu lagi keluar." Jawab Fiya.
"Arin..hp aku udah ketemu." Girang Pika memberi tau bahwa hpnya sudah ketemu.
"Wah Alhamdulillah, ketemu dimana?" Balas Arin turut senang.
"Em gak tau, tapi tadi ada kakak kelas yang pegang hp aku katanya dia Nemu di kursi kantin." Pika menjelaskan.
"Rin kenapa lo gak masuk" Pika tanya kembali karena tadi tiada jawaban yang sesuai untuk pertanyaan tadi.
"Maaf aku tadi bolos, tapi jangan kasih tau sama Oma ya aku gak mau dia sedih." Pinta Arin pada sahabatnya.
"Lo.."
"Eh yuk pulang Fiy udah sore entar kita dicariin." Pika memotong pembicaraan Fiya karena memang sudah sore.
"Astagfirullah gue lupa." Pekik Fiya
"Yaudah rin kita pamit dulu ya, assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh." Pamit Pika.
Kini Arin sendiri hanya dengan bi Lina.
Arin menuju kamar merenungi ingatan yang muncul kembali.
"Aku tanya sama Oma, Oma sedih gak ya?" Bantinnya.
"Assalamualaikum." Seperti suara Oma dan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didalam Do'aku
Poetry"Dibalik senyum manis yang selalu terpancar di wajahnya ternyata begitu banyak luka yang ia tahan, begitu banyak beban ia panggul sendiri. Arin terlalu tertutup untuk menceritakan kehidupannya pada orang lain walau hanya sekecil debu. Anak yang sela...