Chapter 4

5.7K 736 116
                                    

TIDAK ada seorang anak pun di dunia ini yang dapat dengan bebas memilih dari keluarga mana ia akan dilahirkan, seperti apa keadaan mental dan fisiknya ketika tangis nyaringnya menyapa dunia, setelah selama 9 bulan lamanya berada dalam kandungan sang ibu, yang entah benar-benar menginginkan dirinya atau tidak selama masa mengandung.

Sama seperti yang dirasakan oleh anak ini. Anak lelaki yang dielukan sebagai pewaris keluarga Na berikutnya. Ia tidak pernah meminta dilahirkan di keluarga Na dengan keadaan tidak sempurna dan merepotkan para anggota keluarganya.

Ia tidak pernah meminta pada Tuhan untuk dilahirkan dengan keadaan yang menurutnya cacat.

Saat Jaemin masih berusia 20 tahun dan Ryujin berusia 19 tahun. Kehamilan yang dialami oleh Ryujin saat itu, meskipun sehat, meskipun mengambil cuti dari pekerjaan selama masa mengandung, kelahiran bayinya tetap memiliki sebuah kekurangan.

Na Jackson, nama yang diberikan oleh Jaemin kepada anak pertamanya, mengidap penyakit lemah jantung sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang dialami Jackson tidak ada bedanya dengan cacat lahir lain pada anak yang masih bernasib tak seberuntung dirinya. 

Namun meski bisa dikatakan beruntung, Jackson sama sekali tak bisa melihat darimana letak keberuntungannya.

Sejak dilahirkan di keluarga Na, Jackson merasa tidak pantas, tidak cukup hebat dan lebih memilih tidak dilahirkan saja. 

Ia merasa begitu merepotkan semua orang di sekitar mereka termasuk ayah dan ibunya sendiri yang malam ini lagi-lagi harus terbangun dan merawatnya karena tiba-tiba saja tadi saat anak itu terlelap, dadanya terasa sesak dan kesulitan bernafas.

Jaemin segera mengambil obat dan menyuruh Jackson meminumnya. Dengan hati-hati pria itu membantu anaknya, menyamankan posisi Jackson untuk setengah rebahan di atas ranjang.

"Sudah enakan? Sekarang tidur ya nak?" ucap Jaemin lembut dengan senyuman yang dipaksakan.

Sebagai seorang ayah, Jaemin tentu tidak tega melihat anaknya sering kali mengalami hal ini ketika kelelahan. Maka dari itu sang tuan besar Na menghimbau pada Haruto dan Chenle untuk selalu mengawasi Jackson agar tidak terlalu kelelahan saat latihan. Yang akan berujung mencelakakan anak semata wayangnya itu.

"Maaf Papa," ucap Jackson, menggenggam ujung selimut yang menutupi lehernya. Kepalanya menatap pada sang ayah dan ibunya secara bergantian.

"Kenapa meminta maaf Sonaa?" Ibunya yang menyahut, membelai lembut rambut coklat Jackson yang lepek karena sedikit keringat.

"Jackson sakit-sakitan. Jackson tidak bisa dibanggakan."

Sekuat tenaga sang anak menahan tangisnya. Antara menahan rasa sesak di dada karena irama denyut jantungnya yang memompa terlalu cepat dan menahan sedih yang menggerogoti hati.

"Kau istirahat saja Jackson, jangan memikirkan kondisimu. Papa dan Mama tetap bangga padamu, bagaimanapun keadaanmu sayang." 

Jaemin mengecup kening Jackson lalu memeluknya agar sang anak lekas kembali tidur. Tangannya juga meraih posisi sang istri yang juga tidur memeluk Jackson dari sisi yang lain. Biasanya, setelah minum obat yang disana ada kandungan antidepresan juga kandungan obat tidur.

"Tapi Jackson mengganggu tidur Papa dan Mama." 

Rasa bersalah masih menghinggapi hati anak kecil berumur 8 tahun itu. Jackson terus merasa bersalah karena penyakitnya harus kumat saat sang ibu mengunjunginya.

"Jackson, kalau masih bicara lagi, Mama hukum ya?" 

Kali ini Ryujin yang bicara, mencoba membungkam anaknya agar tidak terlalu memikirkan hal yang tak perlu dan lekas tidur. Bagaimanapun, Ryujin juga ingin yang terbaik untuk anaknya.

The Son ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang