1897
Malam itu, hujan mengguyur kota Jakarta dengan derasnya. Entah sejak kapan, namun ketika Calea mengecek dari jendela, rintik air hujan telah memudarkan jendela perpustakaan. Kesepuluh remaja itu, masih berada digelapnya perpustakaan lantai 3. Kotak buatan kayu pinus zaman Belanda itu berhasil dibuka oleh seorang gadis berambut sebahu, Calea.
"Ini kunci ruangan itu?" tanya Alesha ketika Calea mengeluarkan sebuah kunci dari balik kotak itu, pun dengan sebuah kertas yang sudah menguning termakan usia. Kertas itu berpita ranting kayu yang sudah mengering dan lunak. Tergulung dan ketika terbuka gulungannya, memiliki panjang sekitar 50 sentimeter. Gulungan kertas itu berukuran hampir sama dengan tisu gulung yang biasanya terdapat di toilet.
"Ini bahasa apa?" Kini Abercio yang bertanya.
"Belanda." Aksa yang menjawab. Calea tetap diam. Ia menyerahkan kotak yang sudah kosong itu kepada Abella yang langsung diterima oleh kakak kelasnya itu. Ia menggenggam kunci dan gulungan kertas tua itu ditangan kirinya, sementara tangan kanannya, bergerak menelusuri foto diponselnya.
Pada hari pernikahan Mamanya, Calea bertemu dengan Nenek Kemala, nenek kandung dari pihak Mama Calea. Walau wajahnya keriput dan sudah berumur, wajah Eropa tidak mungkin hilang dari wajah Nenek Kemala. Sebab, Nenek Kemala memanglah orang Belanda yang lahir dan besar di Belanda. Hanya saja, setelah ia mengabdikan diri untuk menjadi tenaga kesehatan, ia akhirnya menginjakkan kakinya ke Bumi Nusantara.
Nenek Kemala bercerita banyak hal tentang era kolonial. Termasuk tentang bagaimana Calea tahu bahwa SMA Gardapati berdiri sejak tahun 1897. Nenek Kemala membantu Calea mengetahui lebih banyak mengenai SMA Gardapati.
"Ini adalah surat peralihan kepemimpinan." Calea yang tadinya bungkam pun bersuara.
"Maksudnya?" Atreo menuntut ingin tahu lebih banyak.
Calea mendudukkan dirinya di lantai yang dingin, membuat yang lain pun mengikuti jejaknya. Atreo mengambil kertas usang itu dari Calea yang tentunya langsung diserahkan oleh adik kelasnya itu. Dia tidak begitu fasih berbahasa Belanda, tetapi untuk sekadar menerjemahkan, ia bisa.
Atreo membaca dengan seksama isi dari kertas usang yang ternyata adalah benar, surat peralihan kepemimpinan. Sekolah ini sudah berdiri lama, sejak tahun 1897, dibawah kepemimpinan seorang biarawati keturunan Spanyol. Tetapi, mengikuti sejarah Indonesia, masa penjajahan Spanyol berlangsung cukup singkat, sekitar 1521-1529. Lantas, bagaimana bisa, pada tahun 1897, seorang biarawati keturunan Spanyol, justru mendirikan sebuah sekolah dengan ajaran agama Katolik? Bukannya pada tahun 1897, yang menguasai Nusantara adalah bangsa Belanda?
—————————
Setelah mendengar cerita singkat mengenai SMA Gardapati yang ternyata sudah ada sejak tahun 1897, Calea seakan menemukan sebuah jalan untuk mengetahui misteri SMA Gardapati. Hari itu adalah hari minggu. Ketika Abella dan Alesha kembali ke rumah mereka masing-masing, Calea memilih untuk memesan sebuah tiket kereta api menuju kota tempat ia dibesarkan. Semarang, Jawa Tengah. Ia berangkat pagi sekali. Dan di depan sebuah bangunan megah nan indah, Calea berdiri memperhatikan setiap sudut bangunan tua itu.
Gereja Katolik Santa Teresa dan Yayasan Pendidikan Santa Teresa berada di satu daerah yang sama. Calea melangkah mendekati seorang biarawati yang walau Calea hanya melihat tubuh bagian belakang, Calea tetap mengenali biarawati itu, Suster Stephanie.
"Selamat pagi, Suster." Calea menyapa ramah pun memberi salam kepada Suster yang selalu menemaninya saat masih berada di tingkat sekolah dasar. Calea jadi ingat, saat-saat dimana teman-temannya sudah dijemput sejak siang, namun seorang Calea kecil harus menunggu hingga sore hari, karena belum dijemput oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISKALA - The Dark Side of Gardapati High School
Ficção AdolescenteAlgebra Caleabree. Seorang gadis yang masih menyandang status sebagai seorang pelajar di jenjang sekolah menengah atas. Semua orang akan berpikir bahwa hidup Calea sangatlah sempurna. Tetapi, kenyataan berkata tidak. Lahir tanpa kehadiran seorang Ay...