Assalamualaikum .....
Welcome buat kalian semua yang sudah bersedia mampir ke lapak cerpen ini. Semoga suka, ya ....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini, contohnya vote dan comment. Kalau mau share juga gapapa, ya, hehe^^
Oke langsung aja, selamat membaca^^
^^^
"Tania!" aku menoleh kala mendengar suaranya yang begitu merdu memenuhi telingaku.
"Hai, Van, tumben kau tak menjemputku ke rumah," kataku pada Gevan yang kini sudah berada di hadapanku.
"Ah, tadi aku sedikit terlambat, jadi tak sempat menjemputmu,"
Aku terkekeh geli, "Dasar tukang tidur,"
"Kau ini," ucap Gevan lantas mengacak-acak rambutku seraya terkekeh.
"Hei, masih pagi! Jangan buat rambutku gimbal seperti orang gila," protesku pada Gevan. Yah, sebenarnya aku protes bukan karena rambutku yang menjadi berantakan, namun perlakuan Gevan lah yang justru membuat hatiku menjadi berantakan hingga menimbulkan semburat merah di kedua pipiku.
"Omong-omong soal rambut, kau suka tidak dengan style-ku yang baru ini?" tanyanya seraya menyisir rambutnya ke depan.
"Hmm ... boleh juga, kau nampak seperti orang-orang yang di jalanan," jawabku seraya memperhatikan Gevan dari atas sampai bawah.
"Aih! Kau ini. Laki-laki keren sepertiku kau samakan dengan orang gila?" ucap Gevan pura-pura merajuk.
"Hei, memangnya aku mengatakan bahwa kau sama dengan orang gila?" tanyaku seraya terkekeh.
"Terserah kau saja,"
"Ya ampun, lihatlah, laki-laki tampan ini tengah merajuk," godaku seraya berusaha mensejajarkan langkah dengan Gevan yang berjalan mendahuluiku. Jika di depan orang lain, pasti dia tak akan bersikap seperti ini.
Asal kalian tahu, aku dan Gevan bersahabat sudah sangat lama sekali, jadi wajar saja kami sangat dekat. Bahkan terkadang aku berpikir bahwa kami adalah sepasang kekasih, bukan hanya aku saja yang berpikir begitu, tapi satu sekolah juga.
Kalian pasti pernah mendengar, 'kan, jika sepasang sahabat berbeda jenis kelamin tak jarang berakhir menjadi sepasang kekasih?
Huh, jika boleh jujur, sebenarnya aku sudah menyukai Gevan sejak lama. Hanya saja, aku takut untuk menyatakan perasaanku padanya. Lagipula, aku ini perempuan, tak pantas menyatakan cinta duluan.
Setelah beberapa menit berjalan, kami akhirnya tiba juga di kelas kami yang riuh dengan hiruk-pikuk kesibukan penghuni kelas, yang seperti biasa ribut mencari-cari bahan contekan.
"Hei, Tania, boleh pinjam buku matematikamu?" tanya Tere saat aku baru memasuki kelas bersama Gevan.
"Untuk apa?" tanyaku pura-pura tak tahu.
"Aih, kau ini, ya seperti biasa, lah,"
Aku terkekeh melihat wajah kesal Tere, "Makannya, kerjakan pr itu dari kemarin-kemarin,"
"Aish, menyebalkan. Cepat, mana bukumu? Bel sebentar lagi berbunyi,"
"Iya, sebentar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Teenfikce[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [CERPEN FIKSI REMAJA] Dulu kita sangat dekat. Aku pikir kau menyukaiku, tapi nyatanya, itu hanya asumsiku saja. Sekarang, aku hanya bisa menatapmu bahagia dari sini. Tentu bukan bersamaku, melainkan bersama dia. Eakkk Ini cu...