Satu kata buat menggambarkan sosok ayah Kyurara. Sangar.
Saat aku pikir sosok ayah dalam ingatanku sudah super aneh, maka Shitosu Aragaki lebih-lebih lagi. Dalam artian baik.
Makan malam hari ini berjalan dengan lancar, meski awalnya aku sempat kesulitan memasukkan apapun ke dalam mulutku. Bagaimana kamu bisa makan kalau sedang berada dalam posisiku? Duduk berhadapan bersama ayah mertua (calon), lalu ditatap secara intens memakai sepasang netra setajam elang.
Kalau tatapan bisa menyilet seseorang, tadi saat makan malam aku pasti sudah jadi seonggok daging. Dan aku tidak berlebihan, auranya mampu membuat siapapun bertekuk lutut hanya dalam jarak 10 meter.
Namun semua berubah setelah aku, yang tanpa sengaja, memakan semua sayuran di dalam nampan ku terlebih dulu. Pria tersebut bertanya memakai bahasa Indonesia (Aku sendiri terkejut, Rara tak pernah cerita kalau ayahnya separuh Indonesia. Ya meski aku sendiri belum pernah bertanya juga sih soal asal-usul orang tuanya).
"Apa anda selalu memakan semua sayur di piring terlebih dulu saat makan?".
Pertanyaan unik yang diajukan ayah Rara membuatku tertegun. Nyaris kesulitan menelan salad acar yang baru saja aku kunyah.
"Ah, iya. Itu ajaran orang tua kami. Maksud saya. Mendiang orang tua saya berkata kalau bagian yang lezat serta enak seperti lauk utama harus dimakan terakhir. Maknanya seperti bekerja keras dulu, baru memetik hasilnya nanti" jawabku. Suaraku rasanya seperti bebek.
Shitosu melipat kedua tangan depan dada pada awalnya. Menatap serius antara aku dan Rara bergantian lantas berkata.
"Pemuda ini punya manner. Ayah suka" yang juga dalam bahasa Indonesia.
Membuat Rara tersedak.
Kemudian, begitulah. Suasana makan malam cair begitu saja hanya karena perkara lauk.
Shitosu lebih tertarik pada masa kecilku ketimbang apa pekerjaanku sekarang, dimana aku tinggal, berapa isi tabunganku. Hal-hal sederhana seperti itulah. Lalu di akhir perbincangan, beliau menyampaikan sesuatu yang membuat Rara menyemburkan airnya ke samping kanan saking kagetnya.
"Anda berniat serius pada putriku bukan? Berjuanglah. Karena rintangan itu tidak datang dari saya melainkan dari Kyurara sendiri. Dia sekeras baja, hingga saya saja susah mengetahui jalan pikirannya".
Kalimat Shitosu Aragaki sukses membuat ku merinding. Dengan kata lain, itu seperti sebuah restu tak langsung bukan.
"Okasan!" Rara sedikit berteriak pada ayahnya.
Astaga, sepertinya hanya anak Shitosu saja yang berani membentaknya meski itu juga tidak disengaja. Kalau orang lain, siap-siap saja gali kuburan sendiri.
Setelah makan malam usai, Shitosu bergegas undur diri. Beliau bilang masih harus mengerjakan banyak hal di kantornya. Meminta Rara agar tidak menunggunya serta lebih dulu karena bisa jadi ia tak akan pulang.
Disisi lain, Rara yang masih sedikit kesal karena ucapan ayahnya tadi memilih diam serta meneruskan makannya.
Sekitar pukul setengah sembilan malam kami keluar dari bagian ruang makan. Seluruh punggungku terasa pegal akibat duduk diatas matras cukup keras herannya Rara biasa saja.
"Err... Bisa kita bicara di luar?" tanyaku.
"Aku capek. Ini hari pertamaku tiba apa kamu tidak?" tolak Rara bahkan tanpa perlu berpikir dua kali.
"Aku bukannya mau mengajakmu berkencan keliling kota atau apa. Ini soal permintaanmu tadi siang" gumam ku.
Barulah Rara fokus padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)
RomantikBryan Contramande (28) si seksi nan tampan, pria cerdas pewaris grup Contramande sekaligus seorang perayu ulung sejati pada akhirnya menemukan lawan terberatnya. Bryan jatuh cinta pada Kyurara Aragaki (24) seorang cellist, sahabat baik sepupu iparn...