Two Sides¹ : "Better"

1.5K 216 27
                                    

Lagi dan lagi, pria itu menuangkan isi dari botol soju yang ia beli ke sebuah gelas berukuran sedang, lalu meneguknya hingga tandas. Ia tak peduli, sudah seberapa banyak ia minum sekarang. Pikirannya terlalu kalut, perasaannya campur aduk, dan membuatnya semakin sulit mengendalikan emosinya.

Prang!

Gelas bekas soju tadi hancur menjadi kepingan-kepingan kecil saat menyentuh kerasnya lantai rumah Soonyoung, menyebabkan bunyi yang begitu keras terdengar berkat lemparan keras yang Soonyoung lakukan. Kemudian, ia menundukkan kepalanya dan mengusap wajahnya kasar. Ia bahkan tak bisa paham dengan perasaannya sendiri, sampai ia jadi frustasi begini.

"Astaga, Soonyoung!" Pekik seseorang, yang membuat pria itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arahnya.

Itu Rena.

"Soonyoung, ada apa denganmu? Kenapa gelas ini bisa pecah begini, kau tak apa?" Tanya seseorang itu sembari menghampiri Soonyoung.

Soonyoung berdecak, ketika Rena mendudukkan diri tepat disebelahnya, mengelus lengan kanannya seolah mengkhawatirkannya. Karena Soonyoung saat ini benar-benar tidak ingin di ganggu, dan tengah terpengaruh alkohol ia menghempas tangan Rena yang mengelus lengannya dengan kasar, hingga wanita itu menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Soon-"

"Pulang, aku ingin sendiri" Ujar Soonyoung.

"Kenap-"

"Pulang!!" Ucapnya dengan nada suara yang meninggi, hingga wanita itu tersentak.

Kemudian, Soonyoung bangkit dari sofa yang ia duduki. Namun, lagi-lagi wanita itu menahannya dan membuatnya menghela nafasnya dan berbalik menatap wanita itu dengan tatapan kesal.

"Soonyoung...kau ini kenapa?" Tanyanya dengan nada lirih, sembari memegang pergelangan tangannya.

Pria itu tak memberikan jawaban, atau sahutan sedikitpun. Malahan, pria itu melepaskan tangan Rena dari pergelangan tangannya. Lalu, melepaskan cincin yang ada di jari manisnya. Ya, itu cincin pertunangannya dengan Rena, lalu melemparkannya tepat di wajah wanita itu.

"Aku mau pernikahan kita dibatalkan, aku tidak ingin memaksakan diriku untuk mencintaimu" Ucap pria itu, sebelum akhirnya memilih pergi meninggalkan Rena dalam keheningan dan banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di dalam kepalanya.

"Soonyoung! Tidak-kau tidak boleh seperti ini, Kwon Soonyoung!!"

Namun pria itu lebih memilih acuh, dan melangkahkan kakinya naik ke lantai dua rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Tubuh wanita itu seketika lemas, terduduk di lantai ruang tengah Soonyoung yang terlapisi oleh karpet tebal. Matanya berkaca-kaca dan tangannya mengepal erat, serta rahangnya yang mengeras.

"Lee Jihoon...kau-Argghh!!"

•••

Keadaan Jihoon hari ini sudah membaik, walau mulutnya masih terasa pahit, tapi ini sudah jauh lebih mendingan daripada yang kemarin hingga ia bangun saja rasanya tak mampu. Hari ini, Jihoon memiliki beberapa agenda yang memang sudah ia rencanakan sejak semalam. Untuk mengawali agendanya hari ini, Jihoon memutuskan untuk pergi ke pemakaman untuk berziarah.

Ya, untuk pertama kalinya Jihoon memiliki niat berkunjung ke makam, setelah sekian lama. Sebelumnya, ia selalu menolak dan hanya sekedar ikut saja, jika Seungkwan mengajaknya. Padahal, itu makam kedua orangtuanya. Tapi hari ini, ini adalah niatnya sendiri ia ingin mengunjungi makan kedua orangtuanya.

Pria itu berjalan ke arah makam orangtuanya yang bersebelahan, lalu berjongkok di depan kedua nisan tersebut. Ia meletakkan buket bunga yang baru saja diberikan Seungkwan yang berdiri di belakangnya, dan meletakkannya di atas kedua makam mendiang orangtuanya.

Jujur, Seungkwan sendiri terkejut ketika Jihoon mengatakan keinginannya untuk pergi berziarah ke makam kedua orangtuanya pagi tadi. Dan jujur, Tuan Mudanya belakangan ini memang terlihat sedikit berbeda dari biasanya, makanya ia agak merasa ada yang aneh dengan pria yang tengah berjongkok tak jauh darinya itu.

"Seungkwan-ah, kau tunggu di mobil saja. Aku tidak akan lama, aku akan segera kembali" Ujar Jihoon, dan seperti biasa Seungkwan menuruti perintah Tuan Mudanya.

Sepeninggal Seungkwan, Jihoon menatap kedua nisan didepannya bergantian. Lalu menghela nafasnya, kemudian menatap nisan sang ayah. Ia merindukan sosok ayahnya, satu-satunya orang yang menyayanginya selama ini, satu-satunya orang yang peduli padanya, ia sangat merindukannya.

"Ayah, maafkan aku. Maaf, aku tidak ada di sampingmu disaat aku membutuhkan ku. Maaf, aku belum bisa membalas kebaikan mu hingga saat ini. Ayah, aku ingin berubah menjadi yang lebih baik, tapi kenapa rasanya begitu sulit? Huh...rasanya, selama aku hidup tak ada kebahagiaan yang bisa ku gapai. Aku terlalu buruk, untuk menerimanya karena ibu..."

Jihoon menjeda perkataannya, lalu menatap nisan ibunya yang ada disebelah nisan sang ayah. "Ibu, hentikan...biarkan aku hidup dengan tenang. Aku ingin bahagia, aku bukan ibu, aku Jihoon, ku mohon hentikan...aku ingin hidup menjadi orang baik, ku mohon" Ujarnya lirih seraya menatap nisan penuh permohonan.

Ia tidak tau, apakah ucapannya ini bisa membuat ibunya berhenti muncul untuk membayang-bayanginya, menciptakan setiap mimpi buruk yang mencekam, bahkan menyiksa dirinya. Tapi, ia sudah cukup lelah dan semoga ibunya itu dapat mendengar permohonannya tersebut.

•••

Jihoon melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke ruangannya, setelah resepsionis kantornya menghubungi Seungkwan dan bilang ada seorang wanita yang memaksa masuk ke ruangannya, walau sudah di larang. Tentu mendengar itu, Jihoon geram. Dan, langsung pergi ke kantor dengan segera.

Sesampainya disana, benar saja seorang wanita mengacak-acak isi ruangannya hingga berantakan, dan Jihoon yang melihat itu semakin emosi dibuatnya.

"Yah! Shim Rena!" Pekik Jihoon dari ambang pintu ruangannya.

Wanita yang tadinya asik mengacak-acak isi ruangan itu, terdiam sejenak lalu berbalik menatap Jihoon tajam dengan seringai melukis wajahnya. Jihoon berjalan ke arah wanita itu, dan dengan tiba-tiba wanita itu mencengkeram kerah bajunya.

"Tuan-" Jihoon menahan Seungkwan untuk mendekat, dengan isyarat yang ia berikan dengan telapak tangannya.

Ia menatap wanita itu nyalang, "Berani sekali kau menginjakkan kakimu kesini?" Ujarnya dingin.

"Kau brengsek Lee Jihoon, kau yang membuat Soonyoung ingin membatalkan pernikahan kami kan!?" Ujar wanita geram seraya mencengkeram kerah Jihoon erat, dan menatapnya tajam.

Kemudian, Jihoon menghempaskan tangan Rena yang mencengkram kerahnya dengan kasar, tak peduli jika didepannya itu adalah seorang wanita, ia sama sekali tak peduli.

"Itu kemauannya, lagipula aku tidak ada keinginan untuk merebutnya darimu, sialan..."

"Apa kau bilang-"

"Jihoon...Rena!" Keduanya menoleh, mendapati sosok Soonyoung yang kini berjalan mendekat ke arah mereka, dan menengahi keduanya.

"Soonyoung-"

"Pergi! Aku sudah mengatakan keputusan ku dengan kedua orangtuamu. Mereka menyetujuinya, jadi mulai hari ini kau tidak ada hubungannya dengan ku!" Wanita itu menatapnya tidak percaya, ia menggelengkan kepalanya berharap yang dikatakan Soonyoung itu tidak benar, dan tidak terjadi. Namun, pria itu memilih acuh, lalu membawa Jihoon pergi bersamanya.

"Lee Jihoon sialan! Aku bersumpah, aku akan membunuhmu dengan tanganku Jihoon!!" Pekik wanita itu seperti orang gila.

























"everything changed suddenly..."
#Two_Sides

-
Kurang panjang ga sih? Tapi gpp kan kalo segini dulu. Konfliknya ga bakal aku bikin terlalu berat, atau gimana2 karena takut banyak yg bingung. Semoga bisa menghibur ya😌
Jaga kesehatannya, stay safe, luv u<3~!!

Two Sides || SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang