Setelah selesai membeli beberapa barang yang dibutuhkan, Joshep mengajak mereka untuk makan malam dulu. Tentu awalnya Aurora keberatan dengan itu dan mengatakan jika ia akan pulang sendiri, namun setelah beberapa bujukan dari Joshep akhirnya ia ikut. Lebih tepatnya Aurora malas mendengar rengekan pria itu jadi ia menurut saja.
Tidak banyak perbincangan, hanya Joshep yang berceloteh dan sesekali Kezie menyaut. Sedangkan Aurora dan Billy, fikiran mereka entah dimana sekarang.
"Oiya kalian berdua ke rumah ya bantu persiapan, dekor konsep, pilihin catering, yang lain masih belum nih. Terus kalau kuenya gue gak mau beli, bikin sendiri aja," ujar Joshep pada kedua sahabatnya.
"Kalau yang lain mungkin gue bisa bantu, tapi kalau masalah kue sih gue gak bisa bantu," ujar Kezie membuat Joshep tersenyum lebar.
"Lo tenang aja. Kita punya koki handal di sini." ujar Joshep melirik Billy.
Memang baginya masakan Billy adalah yang terbaik. Dari dulu Billy lah yang biasa membuatkan kue untuk acara pesta ulang tahunnya, namun beberapa tahun ke belakang tidak lagi karena Billy diminta Edy untuk membantu perusahaan mereka yang bermasalah di Prancis.
"Mau om yang bikinin? Ya udah itu gampang ntar," ujar Billy lalu sedikit mengacak rambut Joshep. Kedua gadis di hadapan mereka dapat melihat dengan jelas bagaimana Billy sangat menyayangi keponakannya itu. Apapun yang Joshep minta pasti dikabulkan. Setidaknya itu lah yang mereka simpulkan dari hasil kegiatan belanja bersama hari ini.
"Gimana kalau weekend?" Tanya Joshep melirik Kezie dan Aurora bergantian.
"Jangan lupa dateng lo, Ra. Weekend ini lo gak boleh molor sampe sore dulu," tambah Joshep. Aurora memutar sedotan minumannya gugup, ia menghindari tatapan Billy yang juga tertuju padanya.
"S-sorry, kayaknya gue gak bisa ikut deh. G-gue ada urusan."
Bohong. Jelas saja gadis itu berbohong karena alasan yang sebenarnya adalah karena ia tidak mau bertemu dengan Billy.
'Gimana cara move on kalau ketemu terus coba!? Kenapa sih seolah-olah gue sama dia ditakdirin buat ketemu terus!!'
"Eh! Onta arab! Urusan apa lo? Kuliah juga kagak, temen juga punyanya cuma gue sama Zie doang," ujar Joshep membuat Aurora kelabakan.
"E-enak aja. I-itu gue ada janji."
Billy diam-diam menahan senyum mendengar ucapan Joshep dan bagaimana wajah gugup Aurora kini ketahuan jika ia berbohong.
"Janji sama siapa hayo?"
"S-sama..."
"Udah sih, gak usah ngeles lagi lo. Lo harus ikut kalau masih anggep gue ini sahabat terganteng lo," ujar Joshep serius namun tak terdengar begitu. Aurora hanya menghela nafas tak bisa mengelak lagi.
Setelah makan, Billy mengantar mereka pulang satu persatu. Ia mengantar Kezie terlebih dahulu, karena rumah Kezie yang paling dekat.
"Makasih ya, Kak. Untuk tumpangan, makan, sama bajunya." Ucapan Kezie membuat Billy tersenyum dan mengangguk pelan.
Tak lupa Kezie juga berpamitan dengan Joshep dan Aurora. Sekali lagi Kezie melambaikan tangannya pada mereka sebelum benar-benar menjauh dari mobil Billy.
"Om berenti bentar," ujar Joshep saat Billy akan kembali melajukan mobilnya.
"Kenapa?"
"Ponsel Kezie ketinggalan, aku balikin dulu, Om."
"Oo iya, cepet ya."
"Om, gak usah nungguin. Aku ada urusan juga abis ini. Tolong anterin Ara selamat tanpa lecet ya, Om." ujar Joshep keluar dengan tergesa tanpa meminta persetujuan dari dua orang yang kini dalam suasana canggung di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Jadian Yuk!
Novela JuvenilNamanya Aurora, Aurora Esther. Gadis 18 th yang suka sama Om sahabatnya yang keren abis.. Billy Wesphal. Siapa yang bisa menolak pesona pria tampan itu? Tidak satupun, termasuk Aurora. Aurora melupakan satu hal bahwa, ia juga tampak sempurna di mata...