Chapter 8 : Friend

1.9K 307 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anonim


Lautan di hadapannya terlihat begitu tenang, dengan ombak yang terkadang mengenai kakinya. Membasahi rok yang dia pakai. Dia duduk dengan kaki bergelantungan di antara bebatuan besar yang tersusun tak beraturan hingga mencapai sedikit jauh dari tepi pantai.

Amegakure tidak memiliki lautan seindah di Konoha, jadi saat di sana dia selalu merindukan pemandangan ini.

Pemandangan indah lautan berwarna biru dengan burung yang berterbangan, bau khas dari garam yang menusuk penciuman, angin yang menerpa, serta indahnya sunset maupun sunrise yang memanjakan penglihatan. Ah, atau sebenarnya bukan itu yang hatinya rindukan? Melainkan kehadiran seseorang yang telah melukiskan kenangan dengannya di sepanjang garis pantai?

Dia memejamkan mata, sayup-sayup mendengar suara kapal, berpikir mungkin para nelayan sudah mau pulang, mengingat langit yang semakin mengelam dan telah dihidupkannya lampu-lampu di sekitar.

Namun sayangnya, meski mengetahui hal itu, dia tidak kunjung beranjak untuk kembali, tetap berada di sana dalam waktu yang lama. Memikirkan tentang banyak hal.

"Sunset."

Suara itu telah berhasil menyentaknya dari keheningan, dia segera membuka mata, kemudian menolehkan kepala ke belakang. Mendapati sosok pemuda yang terlihat begitu mempesona di bawah cahaya yang menjingga. Rambutnya terlihat berantakan, pakaian yang dia kenakan pun sangat santai, tetapi daya pikat di sekitarnya sama sekali tak berkurang.

Pria itu tak balas memandang, netra onyx miliknya terfokus pada mentari yang akan segera meninggalkan bumi untuk bulan sinari.

"Hm," gumam sang perempuan. Ikut mengalihkan atensi menuju sinar yang seakan tertelan oleh lautan.

5 menit, 10 menit, dua insan itu masih terdiam. Mengamati mentari yang terus beranjak. Tidak terpikirkan bahwa saat pertemuan diadakan, mereka akan memandang sunrise dan sunset bersama kembali.

"Apa kau menyesalinya? Bertemu dan menjalin hubungan bersamaku?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang lelaki membuat ingatan perempuan itu kembali ke masa lalu.

Pertanyaan yang sama, tetapi dia tahu bahwa pria itu meminta jawaban yang berbeda. Karena aura keseriusan tanpa sadar telah melingkupi mereka berdua. Nada suara pria itu pun tak bercanda, apalagi menggoda seperti biasa.

Sang perempuan meneguk ludahnya kering, dia kemudian menarik napas dalam dan menjawab dari lubuk hatinya, "Aku tidak pernah menyesali semua yang terjadi, aku sadar ... semua yang kudapatkan kini adalah hasil dari keputusan yang kuambil dulu." Jawaban yang dia lontarkan disambut oleh kebisuan, pria di belakangnya tak menyahut. Membuatnya kembali menoleh ke belakang, sedikit terlonjak saat tahu bahwa pandangan pria itu telah sepenuhnya jatuh kepadanya.

You Again (sasusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang