Vote and Comment Bund....
Seperti biasa -3-____
Suasana Great Hall lain dari biasanya. Tak ada lagi canda tawa di setiap pembicaraan. Meja panjang yang biasanya tertata kini hilang untuk sementara, digantikan dengan kursi kayu berjajar menghadap altar Kepala Sekolah dan meja para guru.
Di sana, di atas podium itu terpampang wajah seseorang yang telah terbaring di peti. Dengan bingkai hitam dan rancangan bunga serba putih, senyum tampan nya bahkan masih sempat membuat seorang gadis berjubah biru itu merona di tengah duka nya.
In memorial
Cedric Diggory
Harry menundukkan kepala nya, benar-benar tak tahu harus berkata ataupun melakukan apa. Ini terlalu tiba-tiba. Di sampingnya, Hermione dan Ron menepuk bahu pemuda itu, menyalurkan kekuatan dan membisikkan kata-kata semangat untuk sahabat mereka.
Sosok bermata hijau itu begitu kalut, hingga tak menyadari bahwa ada sosok bermata tajam yang memperhatikan nya sayu. Menelisik setiap detail gerakan yang di lakukan oleh anak asrama singa itu.
"Mau sampai kapan kau memandang Potter begitu?" Suara gadis di sebelahnya membuat Draco menoleh.
"Dia bisa saja menangkapmu basah."Draco mengerutkan dahi nya. Sedikit tak paham dengan apa yang dikatakan perempuan bermarga Parkinson itu. "Kau ini apa-apaan sih, Pansy? Tak ada yang memandangi anak Gryffindork itu." Dengusnya kesal. Yah, mencoba menutupi bahwa dia memang sedang memperhatikan Harry.
Theo yang di sebelah Pansy tertawa pelan. Tentu saja! Mereka sedang ada di upacara penghormatan terakhir Cedric, apa jadinya jika Theo tertawa keras seperti yang biasa dia lakukan? "Ayolah Draco, sampai kapan kau akan menyangkal nya?" Tanya nya sambil sesekali mencuri pandang ke pemuda berambut raven yang duduk sedikit jauh dari mereka itu. "Atau kau ingin aku yang mengambil nya darimu?"
Ucapan Theo langsung di balas tajamnya tatapan pemuda berkulit sepucat mayat itu.
"Aku tak akan pernah menyukai nya." Draco bersandar, menghela napas kecil. Khotbah Dumbledore belum selesai juga dari tadi. Ini membuatnya kesal. "Jadi hapus pikiran kalian kalau aku menyimpan rasa pada bocah itu."
Pansy memutar bola matanya, mendengus kecil. "Yeah right. Jika kau bisa menjelaskan mengapa kau rela mengikuti si Potty manis mu dan memanjat pohon seperti monyet hanya untuk mengganggu nya." Paparan gadis berambut hitam itu langsung membuat Blaise dan Theo menahan tawanya, bertepuk tangan pelan. Mungkin hari ini tak seburuk itu, mereka bisa melihat pangeran asrama salah tingkah dengan muka merona.
Yah, walaupun begitu. Jelas ada satu hati yang tak menerima. Walau dia sendiri yang tadi mengucapkan kata-kata tersebut. Pansy menundukkan wajahnya sebentar, menghapus cepat setetes kristal yang sudah meluncur tanpa permisi.
•••
Asrama kamarnya kosong, tak seperti hari-hari biasa di mana banyak suara dari tawa anak Gryffindor yang terkadang sangat mengganggunya. Harry meringkuk di ranjang asrama nya. Menatap kosong pada koper hitam yang tergeletak di hadapan nya.
Hari sudah beranjak petang, harusnya dia sudah ada di kereta sekarang, harusnya dia sedang bercanda dengan Ron dan Hermione di kompartemen yang hangat. Seperti yang biasa dia lakukan setiap liburan akhir tahun.Namun tidak untuk tahun ini...
"AVADA KEDAVRA!"
"CEDRIC NOOO!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The One That Got Away | DRARRY [REVISI]
Fiksi PenggemarDraco tersenyum tipis. Bukan senyum menghina atau sarkas seperti yang biasa dia tunjukkan. Benar-benar senyum tipis yang tulus. "Aku sudah berjanji kan? Aku akan membuatmu ingat lagi tentang ku." Itu adalah kalimat paling konyol pertama yang pernah...