Di sebuah bandara dua pasangan muda saling menatap satu sama lain, rasanya enggan untuk menatap kearah lain seolah-olah jika sedikit saja berpaling maka mereka akan hilang, nafas dari lelaki di hadapan Jumiati kian menggebu, getaran di pundaknya kian menguat. Jovanka menahan tangisnya
"mas aku berangkat" ucap Jumiati dengan suara berbisik, menahan tangis
"apa kamu bisa tetap di sini Jum?" tanya Jovan yang entah ke berapa kalinya.
Jumiati tersenyum sendu, menatap sang kekasih. "sekolah impianku ada di sana mas, di negeri China. Setelah ini aku janji akan pulang menjadi seorang dokter hebat dan setelahnya ayo wujudkan mimpi kita bersama"
"asal kamu tahu Jum, mas gak pernah memandang latar belakang jika kamu malu dengan latar belakang mu yang hanya tamat SMA, mas gak butuh dokter hebat, mas cuma butuh kamu di sisi mas itu saja" Jovan meraih tangan Jumiati dan menciumnya dengan tulus.
Jumiati tersenyum ia bangga memiliki Jovanka yang mau menerimanya apa adanya. "Makasih mas sudah mau menerima aku apa adanya, aku bangga memiliki mas, tapi aku harus tetap melanjutkan sekolah ku, itu cita cita bapak mas, aku gak mau buat dia kecewa"
Tautan tangan mereka terlepas, Jovanka menyugar rambutnya lalu mengalihkan pandangan ke segala arah agar Jumiati tidak melihat matanya memerah menahan tangis
"aku tahu ini berat untuk kita mas, tapi cobalah untuk bertahan 4 tahun aku akan kembali, aku janji ya?"
Lagi-lagi Jovanka menggeleng, habis, habis pertahanannya air mata lolos begitu saja, ia terisak keras,pundak nya yang lebar kian berguncang
"aku mencintai mu Jum, sungguh aku mencintai mu" Jumiati hanya menatap Jovankan dengan bulir air mata yang juga kian jatuh di pipinya
"mas,sungguh izinkan aku pergi mencari masa depanku, aku butuh dukungan kamu bukan tangisan mu mas" Jumiati memeluk Jovanka memeluknya dengan erat
10 detik, jovankan tidak membalas pelukan itu. "kamu serius tidak membalas pelukan ku mas?"
Jovanka luluh ia memeluk Jumiati menenggelamkan wajahnya di tengkuk milik Jumi meredam tangisnya di sana.
Jovanka memeluk kekasihnya itu dengan erat sangat erat "aku tunggu kamu 4 tahun lagi Jum, jangan cari orang lain di sana"
Jumiati terkekeh di sela isak tangisnya, memukul dada bidang itu dengan pelan. "apasih mas, ya nggak lah you the only one"
Jovanka tersenyum, lalu mencium kening Jumi lama. "janji ya bakal balik?"
"sip, aku janji" jovanka menatap binar mata Jumiati yang selalu saja membuatnya luluh
"pake ini" Jovanka memberikan kalung berliontin hati "biar kamu nggak lupa kalau punya tambatan hati disini"
"isshhh apaan sihhh, makasih ya mas" Jumi menunduk malu, tangannya yang sibuk memainkan kain jacket Jovan
"kalau aku bawa jacket mu yang ini kamu marah nggak" jumiati menunujuk jacket kesayangan Jovanka
"tentu aja nggak,nih pake" jovanka melepaskan jacketnya dan memasangkan nya pada jumiati
"makasih mas"
"kalau rindu tinggal jacket mas aja yang dipeluk"
"wahahha iya iya duuh jadi malu aku, yaudah aku berangkat assalamualaikum" sebelum pergi jumiati mencium pipi Jovanka dan mulai menyeret kopernya
"Waalaikumsalam Jum" perlahan jumiati menjauh, pundak kecilnya itu kian ditelan oleh gelapnya ruangan Tunggu disana
Dia telah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandara Dan Ceritanya
Romanceini aku Jum, aku yang sedang berusaha mengikhlaskan mu-